Selasa, 14 April 2009

Kekerabatan Dalam Adat Batak (Partuturan Adat)

Dalihan Natolu (DNT)

SECARA umum kita mengetahui bahwa Dalihan Natolu adalah struktur tata hubungan sosial masyarakat Batak yang didasarkan pada hubungan daerah atau keturunan (genealogis).


Masyarakat Batak yang patrilineal, membagi dua hubungan itu menjadi hubungan keturunan laki-laki (kinship relations) dan hubungan keturunan perempuan (affinity relations).

Kelompok laki-laki dari satu garis keturunan disebut Dongan Sabutuha dan kelompok perempuan dari garis keturunan yang sama (kawin dengan laki-laki dari marga lain-exogam) disebut boru. Bagi kelompok boru sebagai pihak penerima istri, seluruh keluarga marga istrinya adalah hulahula, sehingga mardongan sabutuha adalah kinship relation sedangkan marhulahula serta marboru adalah affinity relation (BH Harahap, 1987:106).

Dalam affinity relations atau hubungan affinal antara kelompok hulahula dan kelompok boru secara timbal balik itulah sebenarnya merupakan tatanan inti kekerabatan adat batak yaitu Dalihan Natolu. Tata tertib atau tatakarama saling hubungan di antar keduanya juga diatur dengan elek marboru bagi kelompok boru terhadap hulahula-nya.

Secara tradisional masyarakat Batak menghubungkan sikap somba marhulahula dengan pandangan yang menganggap:
1. hulahula mata ni ari binsar, bagaikan matahari terbit yang menyinari dan memberi kehangatan bagi alam raya.
2. Hulahula do Debata na niida, bagaikan Tuhan yang terlihat di dunia ini.

Dalam hubungan affinal itu, hulahula dianggap sebagai pemberi doa restu bagi boru-nya, yaitu doa yang dialamatkan kepada Allah di surga, memohon agar Tuhan (Debata) mencurahkan anugerah dan berkat yang berkelimpahan, memberikan kehidupan yang tenteram dan sejahtera kepada seluruh keluarga boru-nya. Hal itu tergambar dengan jelas dalam ungkapan pantun yang berbunyi,
“Obuk dojambulan na nidandan bahen samara; tangiang ni hulahula
marsundut-sundut soada mara”

Artinya, doa hulahula terhadap boru-nya akan selalu melindungi mereka dari malapetaka. (M Sihombing, 1985:76).

Dasar kekerabatan inilah yang menampakkan dengan jelas hingga sekarang dalam hidup orang batak dimanapun mereka berada—Pergaulan hidup sehari-hari menunjukkan secara nyata bahwa kelompok boru selalu bersikap hormat terhadap hulahula. Dan sebaliknya, kelompok hulahula selalu bersikap persuasif terhadap boru-nya. Dengan pengertian lain, saling hubungan di antara mereka selalu berlangsung dalam sikap saling menghormati dan saling menghargai. Dan sikap-sikap terhormat dalam tingkat sopan-santun yang tinggi itu nyata melalui sapaan-sapaan yang penuh penghormatan dalam tutur kata yang baik.
“Apa marganya (boru apa ito)?”. Pertanyaan itu menjadi pembicaraan penting bagi setiap orang batak ketika bertemu sesamanya. Ini semua mau menyatakan dengan jelas bahwa orang batak memiliki inters dan habit bersaudara atau membangun semangat kekluargaan. Mungkin ini bias dikatakan cukup subjektif. Namun inilah yang kerap kita jumpai dan alami serta lakukan sebagai orang yang lahir dan besar dalam budaya batak.

Singkatnya apa yang diatur dalam DNT diwujudnyatakan dalam hubungan kekerabatan yang lebih konkrit dalam tutur panggilan. Itulah yang nampak tergambar dari system kekerabatan (partuturan) suku batak.
Berikut saya mencoba paparkan ragam hubungan kekerabatan yang tampak dalam panggilan kepada pihak lain menurut adat dan kebiasaan batak (partuturan):

Amang mangulahi : oppung dari bapak
Inang mangulahi : oppung boru dari bapak

Ompung : ayah dari bapak
Ompung boru : ibu dari bapak

Ompung bao : ayah dari mamak
Ompung boru : ibu dari mamak

Amang/among : bapak / orang tua laki-laki
Inang/inong : ibu / orang tua perempuan

Amang simatua (amang) : bapak / orang tua laki-laki dari isteri
Inang simatua (inang) : ibu / orang tua perempuan dari isteri

Akkang : abang, kakak (untuk perempun ke perempuan),
isteri abang
Anggi : adik laki-laki, adik (untuk perempuan ke perempuan)
Ito/iboto/pinaribot : panggilan untuk saudara laki-laki dari saudarinya

dan Sebaliknya dari saudara laki-laki ke saudarinya
Amang tua/bapa tua : abang dari bapak, suaminya kakak (untuk adik perempuan
kepada suami kakaknya)
inang tua : isteri dari abangnya bapak, kakak dari ibu
amanguda : adik dari bapak, suami dari adiknya (perempuan) ibu
inanguda : isteri adiknya bapak
inang baju : tante, adiknya (perempuan) mamak
amang boru : suami dari saudarinya bapak
namboru : saudarinya bapak

Tulang : saudara dari ibu
Nantulang : isteri dari saudara ibu
Pariban : anak perempuan dari tulang (untuk yang laki-laki), anak
laki-laki amangboru (untuk yang perempuan)
lae : suaminya saudari (ito)

tunggane : itonya isteri, anak laki-laki tulang
Eda : isteri memanggil ito dari suami, atau sebaliknya ito pihak
laki-laki (suami) kepada isteri
amang bao : suami dari eda, suami dari anak perempuan amangboru
inang bao : isteri dari anak laki-laki tulang

=====

tutur sapa Adat Batak yang sering diucapkan  :

  1. Ale-ale = teman akrab, bisa saja berbeda marga
  2. Amang Naposo  = anak (lk) abang/adik dari hula-hula kita
  3. Amang/ damang/ damang parsinuan  = ayah, bapak, sapaan umum menghormati kaum laki-laki
  4. Amangbao  = suami dari adik/ kakak (pr) (eda) suami kita
  5. Amangboru  = suami kakak atau adik perempuan dari ayah
  6. Amangtua mangulaki  = kakek ayah
  7. Amangtua  = abang dari ayah, suami dari kakak ibu, suami dari pariban ayah yang lebih tua
  8. Amanguda  = adik laki-laki dari ayah, suami dari adik ibu, suami dari pariban ayah yang lebih muda
  9. Amanta/ amanta raja  = kaum laki-laki yang biasa dipanggil pada sebuah acara adat
  10. Ampara  = sapaan umum buat yang se-marga, marhaha-maranggi (abang-adik) untuk yang laki-laki
  11. Anakboru  = perempuan yang masih gadis atau belum menikah
  12. Anggi doli  = suami dari anggiboru. Adik (lk) sudah kawin.
  13. Anggi  = adik kita (lk), adik (pr) boru tulang
  14. Anggiboru  = isteri adik kita yang laki-laki, istri dari adik yang satu marga
  15. Angkang boru  = isteri abang satu marga
  16. Angkang doli  = abang, laki-laki yang lebih tua dari kita yang sudah menikah dan satu marga sesuai tarombo / silsilah
  17. Angkangboru mangulaki  = namboru ayah dari seorang perempuan
  18. Bere  = semua anak (lk / pr) dari adik/kakak perempuan
  19. Bona niari  = tulang dari kakek
  20. Bonaniari binsar  = tulang dari ayah kakek
  21. Bonatulang  = tulang dari ayah
  22. Boru diampuan  = keturunan dari namboru ayah
  23. Boru  = anak kandung perempuan, semua pihak keluarga dari saudara perempuan
  24. Borutubu  = semua menantu (lk) / isteri dari satu ompung
  25. Dahahang (baoa/ boru)  = abang kita atau isterinya
  26. Dainang  = ibu, sebutan kasih sayang anak kepada ibu, digunakan juga oleh ayah kepada anak perempuannya
  27. Dakdanak  = anak laki-laki atau perempuan yang masih kecil
  28. Damang  = ayah, bapak, sebutan kasih sayang dari anak kepada ayah, digunakan juga oleh ibu kepada anaknya sendiri
  29. Dolidoli  = laki-laki yang masih lajang atau belum menikah
  30. Dongan sahuta  = kekerabatan akrab karena tinggal dalam satu kampung
  31. Dongansapadan  = dianggap semarga karena diikat oleh janji atau ikrar
  32. Dongantubu  = abang/ adik satu marga
  33. Eda  = kakak atau adik ipar antar perempuan, sapaan awal antara sesama wanita
  34. Haha  = abang laki-laki
  35. Hahadoli  = sebutan isteri terhadap abang (kandung) suaminya, abang dari urutan marga
  36. Hela  = suami anak perempuan kita, menantu laki-laki, bisa juga sebutan untuk suami dari anak perempuan kita yang se-marga dan setarap menurut silsilah marga
  37. Hula-hula  = keluarga abang/adik (lk) dari isteri
  38. Ibebere  = keluarga anak (lk/pr) dari pihak perempuan
  39. Inang simatua  = ibu mertua
  40. Inangbao  = isteri dari adik/ abang (lk) istri kita
  41. Inangnaposo  = isteri dari amangnaposo
  42. Inangtua mangulaki  = nenek ayah
  43. Inangtua  = isteri dari abang ayah, ada juga inangtua marpariban
  44. Inanguda  = isteri dari adik ayah, ada juga inanguda marpariban
  45. Inanta/ inanta soripada  = sebutan penghormatan bagi wanita sudah menikah, kaum ibu yang lebih dihormati dalam acara adat
  46. Ito, iboto  = kakak atau adik perempuan satu marga, sapaan awal dari laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya, panggilan kita kepada anak perempuan dari namboru
  47. Lae  = tutur sapa anak laki-laki tulang dengan kita (lk) maupun sebaliknya, tutur sapa awal perkenalan antara dua laki-laki, suami dari kakak atau adik kita sendiri (lk), anak laki-laki dari namboru kita (lk
  48. Maen  = anak-gadis dari hula-hula kita
  49. Namboru  = kakak atau adik ayah kita yang sudah menikah maupun belum
  50. Nantulang  = isteri dari tulang kita, mertua dari adik kita yang perempuan
  51. Nini  = sebutan untuk anak dari cucu laki-laki
  52. Nono  = sebutan untuk anak dari cucu perempuan
  53. Ompung boru  = nenek, orang tua perempuan dari ayah kita
  54. Ompung doli  = kakek, orang tua laki-laki dari ayah kita
  55. Ompungbao  = kakek/nenek dari ibu kita, orangtua dari ibu kandung kita
  56. Ondok-ondok  = cucu dari cucu laki-laki
  57. Pahompu  = sebutan untuk semua cucu, anak - anak dari semua anak kita
  58. Pamarai  = abang atau adik dari suhut utama, orang kedua
  59. Paramaan  = anak (lk) dari hula-hula
  60. Pariban  = semua anak perempuan dari pihak tulang kita, abang-adik karena isteri juga kakak-beradik, anak perempuan yang sudah menikah dari pariban mertua perempuan
  61. Parumaen  = mantu perempuan, isteri dari anak
  62. Rorobot, tulangrorobot  = tulang isteri (bukan narobot)
  63. Simatua boru  = mertua perempuan, ibu dari istri
  64. Simatua doli  = mertua laki-laki, ayah/ bapak dari istri
  65. Simolohon / simandokhon  = iboto, kakak atau adik laki-laki
  66. Suhut  = pemilik hajatan kelompok orang yang membuat acara adat
  67. Tulang  = abang atau adik dari ibu, mertua dari adik kita yang laki-laki
  68. Tulang naposo  = paraman yang sudah menikah
  69. Tulang Ni Hela  = tulang dari pengantin laki-laki
  70. Tunggane boru, inang siadopan, pardijabunami,  = isteri
  71. Tunggane doli, amang siadopan, amanta jabunami  = suami
  72. Tunggane  = semua abang dan adik (lk) dari isteri kita, semua anak laki-laki dari tulang

Tidak ada komentar: