Dalihan Natolu (DNT)
SECARA umum kita mengetahui bahwa Dalihan Natolu adalah struktur tata hubungan sosial masyarakat Batak yang didasarkan pada hubungan daerah atau keturunan (genealogis).
Masyarakat Batak yang patrilineal, membagi dua hubungan itu menjadi hubungan keturunan laki-laki (kinship relations) dan hubungan keturunan perempuan (affinity relations).
Kelompok laki-laki dari satu garis keturunan disebut Dongan Sabutuha dan kelompok perempuan dari garis keturunan yang sama (kawin dengan laki-laki dari marga lain-exogam) disebut boru. Bagi kelompok boru sebagai pihak penerima istri, seluruh keluarga marga istrinya adalah hulahula, sehingga mardongan sabutuha adalah kinship relation sedangkan marhulahula serta marboru adalah affinity relation (BH Harahap, 1987:106).
Dalam affinity relations atau hubungan affinal antara kelompok hulahula dan kelompok boru secara timbal balik itulah sebenarnya merupakan tatanan inti kekerabatan adat batak yaitu Dalihan Natolu. Tata tertib atau tatakarama saling hubungan di antar keduanya juga diatur dengan elek marboru bagi kelompok boru terhadap hulahula-nya.
Secara tradisional masyarakat Batak menghubungkan sikap somba marhulahula dengan pandangan yang menganggap:
1. hulahula mata ni ari binsar, bagaikan matahari terbit yang menyinari dan memberi kehangatan bagi alam raya.
2. Hulahula do Debata na niida, bagaikan Tuhan yang terlihat di dunia ini.
Dalam hubungan affinal itu, hulahula dianggap sebagai pemberi doa restu bagi boru-nya, yaitu doa yang dialamatkan kepada Allah di surga, memohon agar Tuhan (Debata) mencurahkan anugerah dan berkat yang berkelimpahan, memberikan kehidupan yang tenteram dan sejahtera kepada seluruh keluarga boru-nya. Hal itu tergambar dengan jelas dalam ungkapan pantun yang berbunyi,
“Obuk dojambulan na nidandan bahen samara; tangiang ni hulahula
marsundut-sundut soada mara”
Artinya, doa hulahula terhadap boru-nya akan selalu melindungi mereka dari malapetaka. (M Sihombing, 1985:76).
Dasar kekerabatan inilah yang menampakkan dengan jelas hingga sekarang dalam hidup orang batak dimanapun mereka berada—Pergaulan hidup sehari-hari menunjukkan secara nyata bahwa kelompok boru selalu bersikap hormat terhadap hulahula. Dan sebaliknya, kelompok hulahula selalu bersikap persuasif terhadap boru-nya. Dengan pengertian lain, saling hubungan di antara mereka selalu berlangsung dalam sikap saling menghormati dan saling menghargai. Dan sikap-sikap terhormat dalam tingkat sopan-santun yang tinggi itu nyata melalui sapaan-sapaan yang penuh penghormatan dalam tutur kata yang baik.
“Apa marganya (boru apa ito)?”. Pertanyaan itu menjadi pembicaraan penting bagi setiap orang batak ketika bertemu sesamanya. Ini semua mau menyatakan dengan jelas bahwa orang batak memiliki inters dan habit bersaudara atau membangun semangat kekluargaan. Mungkin ini bias dikatakan cukup subjektif. Namun inilah yang kerap kita jumpai dan alami serta lakukan sebagai orang yang lahir dan besar dalam budaya batak.
Singkatnya apa yang diatur dalam DNT diwujudnyatakan dalam hubungan kekerabatan yang lebih konkrit dalam tutur panggilan. Itulah yang nampak tergambar dari system kekerabatan (partuturan) suku batak.
Berikut saya mencoba paparkan ragam hubungan kekerabatan yang tampak dalam panggilan kepada pihak lain menurut adat dan kebiasaan batak (partuturan):
Amang mangulahi : oppung dari bapak
Inang mangulahi : oppung boru dari bapak
Ompung : ayah dari bapak
Ompung boru : ibu dari bapak
Ompung bao : ayah dari mamak
Ompung boru : ibu dari mamak
Amang/among : bapak / orang tua laki-laki
Inang/inong : ibu / orang tua perempuan
Amang simatua (amang) : bapak / orang tua laki-laki dari isteri
Inang simatua (inang) : ibu / orang tua perempuan dari isteri
Akkang : abang, kakak (untuk perempun ke perempuan),
isteri abang
Anggi : adik laki-laki, adik (untuk perempuan ke perempuan)
Ito/iboto/pinaribot : panggilan untuk saudara laki-laki dari saudarinya
dan Sebaliknya dari saudara laki-laki ke saudarinya
Amang tua/bapa tua : abang dari bapak, suaminya kakak (untuk adik perempuan
kepada suami kakaknya)
inang tua : isteri dari abangnya bapak, kakak dari ibu
amanguda : adik dari bapak, suami dari adiknya (perempuan) ibu
inanguda : isteri adiknya bapak
inang baju : tante, adiknya (perempuan) mamak
amang boru : suami dari saudarinya bapak
namboru : saudarinya bapak
Tulang : saudara dari ibu
Nantulang : isteri dari saudara ibu
Pariban : anak perempuan dari tulang (untuk yang laki-laki), anak
laki-laki amangboru (untuk yang perempuan)
lae : suaminya saudari (ito)
tunggane : itonya isteri, anak laki-laki tulang
Eda : isteri memanggil ito dari suami, atau sebaliknya ito pihak
laki-laki (suami) kepada isteri
amang bao : suami dari eda, suami dari anak perempuan amangboru
inang bao : isteri dari anak laki-laki tulang
=====
tutur sapa Adat Batak yang sering diucapkan :
SECARA umum kita mengetahui bahwa Dalihan Natolu adalah struktur tata hubungan sosial masyarakat Batak yang didasarkan pada hubungan daerah atau keturunan (genealogis).
Masyarakat Batak yang patrilineal, membagi dua hubungan itu menjadi hubungan keturunan laki-laki (kinship relations) dan hubungan keturunan perempuan (affinity relations).
Kelompok laki-laki dari satu garis keturunan disebut Dongan Sabutuha dan kelompok perempuan dari garis keturunan yang sama (kawin dengan laki-laki dari marga lain-exogam) disebut boru. Bagi kelompok boru sebagai pihak penerima istri, seluruh keluarga marga istrinya adalah hulahula, sehingga mardongan sabutuha adalah kinship relation sedangkan marhulahula serta marboru adalah affinity relation (BH Harahap, 1987:106).
Dalam affinity relations atau hubungan affinal antara kelompok hulahula dan kelompok boru secara timbal balik itulah sebenarnya merupakan tatanan inti kekerabatan adat batak yaitu Dalihan Natolu. Tata tertib atau tatakarama saling hubungan di antar keduanya juga diatur dengan elek marboru bagi kelompok boru terhadap hulahula-nya.
Secara tradisional masyarakat Batak menghubungkan sikap somba marhulahula dengan pandangan yang menganggap:
1. hulahula mata ni ari binsar, bagaikan matahari terbit yang menyinari dan memberi kehangatan bagi alam raya.
2. Hulahula do Debata na niida, bagaikan Tuhan yang terlihat di dunia ini.
Dalam hubungan affinal itu, hulahula dianggap sebagai pemberi doa restu bagi boru-nya, yaitu doa yang dialamatkan kepada Allah di surga, memohon agar Tuhan (Debata) mencurahkan anugerah dan berkat yang berkelimpahan, memberikan kehidupan yang tenteram dan sejahtera kepada seluruh keluarga boru-nya. Hal itu tergambar dengan jelas dalam ungkapan pantun yang berbunyi,
“Obuk dojambulan na nidandan bahen samara; tangiang ni hulahula
marsundut-sundut soada mara”
Artinya, doa hulahula terhadap boru-nya akan selalu melindungi mereka dari malapetaka. (M Sihombing, 1985:76).
Dasar kekerabatan inilah yang menampakkan dengan jelas hingga sekarang dalam hidup orang batak dimanapun mereka berada—Pergaulan hidup sehari-hari menunjukkan secara nyata bahwa kelompok boru selalu bersikap hormat terhadap hulahula. Dan sebaliknya, kelompok hulahula selalu bersikap persuasif terhadap boru-nya. Dengan pengertian lain, saling hubungan di antara mereka selalu berlangsung dalam sikap saling menghormati dan saling menghargai. Dan sikap-sikap terhormat dalam tingkat sopan-santun yang tinggi itu nyata melalui sapaan-sapaan yang penuh penghormatan dalam tutur kata yang baik.
“Apa marganya (boru apa ito)?”. Pertanyaan itu menjadi pembicaraan penting bagi setiap orang batak ketika bertemu sesamanya. Ini semua mau menyatakan dengan jelas bahwa orang batak memiliki inters dan habit bersaudara atau membangun semangat kekluargaan. Mungkin ini bias dikatakan cukup subjektif. Namun inilah yang kerap kita jumpai dan alami serta lakukan sebagai orang yang lahir dan besar dalam budaya batak.
Singkatnya apa yang diatur dalam DNT diwujudnyatakan dalam hubungan kekerabatan yang lebih konkrit dalam tutur panggilan. Itulah yang nampak tergambar dari system kekerabatan (partuturan) suku batak.
Berikut saya mencoba paparkan ragam hubungan kekerabatan yang tampak dalam panggilan kepada pihak lain menurut adat dan kebiasaan batak (partuturan):
Amang mangulahi : oppung dari bapak
Inang mangulahi : oppung boru dari bapak
Ompung : ayah dari bapak
Ompung boru : ibu dari bapak
Ompung bao : ayah dari mamak
Ompung boru : ibu dari mamak
Amang/among : bapak / orang tua laki-laki
Inang/inong : ibu / orang tua perempuan
Amang simatua (amang) : bapak / orang tua laki-laki dari isteri
Inang simatua (inang) : ibu / orang tua perempuan dari isteri
Akkang : abang, kakak (untuk perempun ke perempuan),
isteri abang
Anggi : adik laki-laki, adik (untuk perempuan ke perempuan)
Ito/iboto/pinaribot : panggilan untuk saudara laki-laki dari saudarinya
dan Sebaliknya dari saudara laki-laki ke saudarinya
Amang tua/bapa tua : abang dari bapak, suaminya kakak (untuk adik perempuan
kepada suami kakaknya)
inang tua : isteri dari abangnya bapak, kakak dari ibu
amanguda : adik dari bapak, suami dari adiknya (perempuan) ibu
inanguda : isteri adiknya bapak
inang baju : tante, adiknya (perempuan) mamak
amang boru : suami dari saudarinya bapak
namboru : saudarinya bapak
Tulang : saudara dari ibu
Nantulang : isteri dari saudara ibu
Pariban : anak perempuan dari tulang (untuk yang laki-laki), anak
laki-laki amangboru (untuk yang perempuan)
lae : suaminya saudari (ito)
tunggane : itonya isteri, anak laki-laki tulang
Eda : isteri memanggil ito dari suami, atau sebaliknya ito pihak
laki-laki (suami) kepada isteri
amang bao : suami dari eda, suami dari anak perempuan amangboru
inang bao : isteri dari anak laki-laki tulang
=====
tutur sapa Adat Batak yang sering diucapkan :
- Ale-ale = teman akrab, bisa saja berbeda marga
- Amang Naposo = anak (lk) abang/adik dari hula-hula kita
- Amang/ damang/ damang parsinuan = ayah, bapak, sapaan umum menghormati kaum laki-laki
- Amangbao = suami dari adik/ kakak (pr) (eda) suami kita
- Amangboru = suami kakak atau adik perempuan dari ayah
- Amangtua mangulaki = kakek ayah
- Amangtua = abang dari ayah, suami dari kakak ibu, suami dari pariban ayah yang lebih tua
- Amanguda = adik laki-laki dari ayah, suami dari adik ibu, suami dari pariban ayah yang lebih muda
- Amanta/ amanta raja = kaum laki-laki yang biasa dipanggil pada sebuah acara adat
- Ampara = sapaan umum buat yang se-marga, marhaha-maranggi (abang-adik) untuk yang laki-laki
- Anakboru = perempuan yang masih gadis atau belum menikah
- Anggi doli = suami dari anggiboru. Adik (lk) sudah kawin.
- Anggi = adik kita (lk), adik (pr) boru tulang
- Anggiboru = isteri adik kita yang laki-laki, istri dari adik yang satu marga
- Angkang boru = isteri abang satu marga
- Angkang doli = abang, laki-laki yang lebih tua dari kita yang sudah menikah dan satu marga sesuai tarombo / silsilah
- Angkangboru mangulaki = namboru ayah dari seorang perempuan
- Bere = semua anak (lk / pr) dari adik/kakak perempuan
- Bona niari = tulang dari kakek
- Bonaniari binsar = tulang dari ayah kakek
- Bonatulang = tulang dari ayah
- Boru diampuan = keturunan dari namboru ayah
- Boru = anak kandung perempuan, semua pihak keluarga dari saudara perempuan
- Borutubu = semua menantu (lk) / isteri dari satu ompung
- Dahahang (baoa/ boru) = abang kita atau isterinya
- Dainang = ibu, sebutan kasih sayang anak kepada ibu, digunakan juga oleh ayah kepada anak perempuannya
- Dakdanak = anak laki-laki atau perempuan yang masih kecil
- Damang = ayah, bapak, sebutan kasih sayang dari anak kepada ayah, digunakan juga oleh ibu kepada anaknya sendiri
- Dolidoli = laki-laki yang masih lajang atau belum menikah
- Dongan sahuta = kekerabatan akrab karena tinggal dalam satu kampung
- Dongansapadan = dianggap semarga karena diikat oleh janji atau ikrar
- Dongantubu = abang/ adik satu marga
- Eda = kakak atau adik ipar antar perempuan, sapaan awal antara sesama wanita
- Haha = abang laki-laki
- Hahadoli = sebutan isteri terhadap abang (kandung) suaminya, abang dari urutan marga
- Hela = suami anak perempuan kita, menantu laki-laki, bisa juga sebutan untuk suami dari anak perempuan kita yang se-marga dan setarap menurut silsilah marga
- Hula-hula = keluarga abang/adik (lk) dari isteri
- Ibebere = keluarga anak (lk/pr) dari pihak perempuan
- Inang simatua = ibu mertua
- Inangbao = isteri dari adik/ abang (lk) istri kita
- Inangnaposo = isteri dari amangnaposo
- Inangtua mangulaki = nenek ayah
- Inangtua = isteri dari abang ayah, ada juga inangtua marpariban
- Inanguda = isteri dari adik ayah, ada juga inanguda marpariban
- Inanta/ inanta soripada = sebutan penghormatan bagi wanita sudah menikah, kaum ibu yang lebih dihormati dalam acara adat
- Ito, iboto = kakak atau adik perempuan satu marga, sapaan awal dari laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya, panggilan kita kepada anak perempuan dari namboru
- Lae = tutur sapa anak laki-laki tulang dengan kita (lk) maupun sebaliknya, tutur sapa awal perkenalan antara dua laki-laki, suami dari kakak atau adik kita sendiri (lk), anak laki-laki dari namboru kita (lk
- Maen = anak-gadis dari hula-hula kita
- Namboru = kakak atau adik ayah kita yang sudah menikah maupun belum
- Nantulang = isteri dari tulang kita, mertua dari adik kita yang perempuan
- Nini = sebutan untuk anak dari cucu laki-laki
- Nono = sebutan untuk anak dari cucu perempuan
- Ompung boru = nenek, orang tua perempuan dari ayah kita
- Ompung doli = kakek, orang tua laki-laki dari ayah kita
- Ompungbao = kakek/nenek dari ibu kita, orangtua dari ibu kandung kita
- Ondok-ondok = cucu dari cucu laki-laki
- Pahompu = sebutan untuk semua cucu, anak - anak dari semua anak kita
- Pamarai = abang atau adik dari suhut utama, orang kedua
- Paramaan = anak (lk) dari hula-hula
- Pariban = semua anak perempuan dari pihak tulang kita, abang-adik karena isteri juga kakak-beradik, anak perempuan yang sudah menikah dari pariban mertua perempuan
- Parumaen = mantu perempuan, isteri dari anak
- Rorobot, tulangrorobot = tulang isteri (bukan narobot)
- Simatua boru = mertua perempuan, ibu dari istri
- Simatua doli = mertua laki-laki, ayah/ bapak dari istri
- Simolohon / simandokhon = iboto, kakak atau adik laki-laki
- Suhut = pemilik hajatan kelompok orang yang membuat acara adat
- Tulang = abang atau adik dari ibu, mertua dari adik kita yang laki-laki
- Tulang naposo = paraman yang sudah menikah
- Tulang Ni Hela = tulang dari pengantin laki-laki
- Tunggane boru, inang siadopan, pardijabunami, = isteri
- Tunggane doli, amang siadopan, amanta jabunami = suami
- Tunggane = semua abang dan adik (lk) dari isteri kita, semua anak laki-laki dari tulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar