Selasa, 22 Desember 2009

MENDIRIKAN KOPERASI

Bagi rekan-rekan yang masih bingung bagaimana cara mendirikan koperasi, berikut ini pengalaman saya dalam mendirikan koperasi. Syarat-syaratnya kurang lebih sebagai berikut:

Selasa, 14 Juli 2009

SORMIN

Dienet sian Buku Perkembangan Turunan dari TOGA SIREGAR, penulis: O. GORGA SIREGAR, dan SUTAN HABIARAN SIREGAR Tahun 1974. hal – 39. “Harian SIB 15-01-1972 (St. W. Sormin). “Semua marga Sormin awalnya dimulai adalah di Pangaribuan, yaitu disundut ke VI dari Silo, yang namanya Ompu Tuan Sumar dan Mangasa Pintor”. Harian SIB. 24-1-1972. “Apapun dalilnya, marga SORMIN itu adalah termasuk golongan Marga Siregar Silo” op.cit. hal-41. Setelah O. Tuan Sumar berada di Pangaribuan, maka dia atau dari sejak anaknya menggunakan pemakaian Marganya dengan sebutan Sormin.

Minggu, 12 Juli 2009

Syukuran Renovasi Tugu Siregar Dunia

Penyelenggara: PERKUMPULAN SIREGAR DUNIA
Jenis: Lain-lain - Upacara
Jaringan: Global
Tanggal: 18 Juli 2009
Waktu: 9:00 - 13:00
Tempat: Lapangan Dermaga Pelabuhan Muara
Nama Jalan: Kecamatan Muara
Kota/Daerah: Tapanuli, Indonesia
Lihat peta GoogleMapQuestMicrosoftYahoo
Telepon: 02179181222
Email: siregardunia@yahoo.co.id

Keterangan

SUSUNAN ACARA
SILATURRAHMI & SYUKURAN ATAS SELESAINYA
PEMUGARAN MONUMEN PATOGAR di MUARA
dan PENGUKUHAN PERKUMPULAN SIREGAR DUNIA.
Muara, 18 Juli 2009


Sasaran:
Maksud diadakannya syukuran ini adalah untuk mengucapkan syukur dan terimakasih kepada Allah SWT, Tuhan YME, karena hanya atas anugerah dan bimbinganNya, kita dapat menyelesaikan pemugaran monumen lambang persatuan dan kesatuan marga Siregar tersebut, seraya memohon agar kedepan pomparan Raja Siregar termasuk boru dan bere senantiasa diberi perlindungan dan berkat melimpah serta menjadi tauladan dilingkungan masyarakat dimanapun bertempat tinggal dan berprofesi.

Acara ini juga sekaligus bertujuan untuk mensosialisasikan bahwa monumen ini adalah sebagai lambang persatuan dan kesatuan marga Siregar dan Muara sebagai tempat asal muasalnya. Melalui monumen ini kita diingatkan bahwa sekalipun berada di perantauan di seantero dunia, dengan profesi dan keyakinan yang berbeda, namun kita tetap menyatu sesama dongan tubu, juga dengan masyarakat, alam dan budaya di bona pasogit.

Susunan Acara:

I.08.00 – 09.00: Acara khusus internal Siregar, Boru & Bere, Doa bersama di Monumen.
1.Diikuti oleh: Pengurus Siregar Dunia, Panitia renovasi, utusan Patogar dari berbagai daerah yg hadir di Muara dan Dongantubu yg di Muara.
2.Kegiatan pokok: Peninjauan, Doa bersama, Foto bersama.
3.Doa dipimpin oleh:……….

II.09.30 - 16.00: Acara syukuran dan Pengukuhan perkumpulan Siregar Dunia di lokasi dermaga Muara.
1.09.30 - 09.35 : Pembukaan - MC
2.09.35 - 09.40 : Hata Huhuasi/ Pengantar & Ucapan selamat datang - Panitia Muara, Drs Gibson Siregar
3.09.40 - 09.50 : Pengukuhan Perkumpulan Siregar Dunia oleh Penasehat didampingi oleh sesepuh dongan tubu, boru & bere. Diawali dengan pembacaan riwayat pembentukan.
4.09.50 - 10.00 : Laporan sekaligus sambutan ketua panitia renovasi
5.10.00 - 10.20 : a. Penandatanganan Berita Acara serah terima dari:
Ketua Panitia kpd Ketua Patogar Jaya
Ketua Patogar Jaya kpd Presiden Siregar Dunia.
b.Pembubaran panitia renovasi dan pemberian kenang2an.
6.10.20 - 10.30 : Penandatangan Prasasti, disaksikan oleh Bupati Taput.
7.10.30 - 12.15 : Sambutan- sambutan:
a.10.30 - 10.40 : Sambutan Ketua Patogar Jaya.
b.10.40 - 10.50 : Sambutan perwakilan Boru & Bere, Ir. Tigor Simanjuntak.
c.10.50 - 11.00 : Sambutan perwakilan undangan & dongan sahuta.
d.11.00 - 11.10 : Sambutan dongan sapadan Nainggolan
e.11.10 - 11.20 : Sambutan Dongantubu dr Bonapasogit Muara.
f.11.20 - 11.30 : Sambutan mewakili Penasehat – DR. Arifin Siregar
g.11.30 - 11.45 : Sambutan Presiden Siregar dunia
h.11.45 - 12.00 : Sambutan Bupati Taput
8.12.00 - 13.00 : Makan Bersama, diawali dgn Doa makan oleh….
9.13.00 - 16.00 : Acara spontanitas budaya, silaturrahmi

III.16.00 - 16.10 : Penutup:
Sambutan penutup, Panitia Muara, Drs. Gibson Siregar
Doa Penutup oleh ……
Salam -salaman

Jakarta, 2 Juli 2009

Kamis, 09 Juli 2009

Legenda Namboru Nan Tinjo dan Namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut

AWAL TERJADINYA PULAU MALAU

Nantinjo adalah putri bungsu dari Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon dari sepuluh bersaudara, anak yang pertama adalah Raja Uti, ke dua Saribu Raja, ke tiga Limbong Mulana, ke empat Sagala Raja, ke lima Lau Raja sedangkan perempuan yang pertama adalah Biding Laut, ke dua Boru Pareme, ke tiga Anting Haumasan, ke empat Sinta Haumasan dan ke lima Nantinjo. Kita dapat berbicara langsung dengan Nantinjo melalui Nai Hotni Boru Sagala yang tinggal di Cianjur Jawa Barat yang menjadi tempat masuknya Roh Nantinjo (Hasorangan). Tujuan Nantinjo kembali kedunia adalah untuk mengobati, membantu orang yang meminta pertolongan terlebih keturunan dari Bapak dan Ibunya serta meluruskan sejarah asal mula keturunan dari keluarganya dan mempersatukan kembali keturunan Bapaknya Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon.

Semasa hidupnya, Nantinjo mengalami penderitaan yang cukup berat, sebab ketika lahir kedunia ini saja dia tidak sempuma, dikatakan wanita bukan, pria juga bukan. Pada saat umurnya sepuluh tahun kedua orang tua Nantinjo telah di panggil Yang Kuasa. Semenjak ditinggal kedua orang tuanya semakin beratlah penderitaan yang dialaminya. Nantinjo tinggal bersama abangnya Limbong Mulana, karena yang tinggal dikampung pada saat itu hanyalah ketiga abangnya Limbong Mulana, Sagala Raja serta Lau Raja, sedangkan abangnya Raja Gumeleng-Geleng telah pergi dibawa oleh Yang Kuasa kepuncak Gunung Pusuk Buhit. Abangnya yang nomor dua Saribu Raja telah pergi juga merantau entah kemana rimbanya, dikarenakan adanya skandal cinta dengan adiknya sendiri Boru Pareme.

Kemelut keluarga yang begitu hebat telah melanda keluarga Nantinjo sehingga abangnya yang nomor tigalah yang harus bertanggung jawab atas diri Natinjo sepeninggal kedua orang tuanya. Walaupun Nantinjo tinggal dirumah abangnya sendiri, penderitaan yang dialaminya sangat berat karena begitu besar tanggungjawab yang dibebankan abangnya terhadap dirinya mulai dari mengurus rumah, mengasuh anak-anak, serta mencari bahan makanan ke hutan. Dan yang membuat hati Nantinjo sangat menderita apabila Nantinjo salah sedikit saja pastilah dia mendapat hukuman dari abangnya. Siksaan demi siksaan diterima Natinjo hari lepas hari dari abangnya tersebut. Meskipun begitu berat penderitaannya Nantinjo pasrah, sebab tumpuan harapan pengaduannya telah pergi merantau entah kemana.

Nantinjo mempunyai keahlian bertenun, maklumlah pada saat itu dia harus bertenun jika ingin mempunyai pakaian. Setiap bertenun, Nantinjo selalu melantunkan syair lagu penderitaannya dengan berlinang air mata sambil memohon kepada yang Kuasa agar ditunjukkan jalan padanya untuk dapat keluar dari deritanya. Melihat dan mendengar penderitaan serta jeritan hati Nantinjo, Yang Kuasa akhirnya menunjukkan jalan keluar kepada Nantinjo. Pada suatu saat datanglah abangnya Lau Raja bertamu kerumah Limbong Mulana, melihat adiknya sedang menangis hatinya sedih, sebagai abangnya Lau Raja penasaran dan bertanya kepada sang adik, mengapa engkau menangis Nantinjo? namun pertanyaan abangnya itu bukan membuat Nantinjo diam malah membuat tangisan Nationjo semakin keras. Lau Raja pun mendekati adiknya, dipeluk dan dihibur adiknya dengan penuh kasih sayang sambil bertanya ada apa gerangan yang membuat hati adiknya begitu pilu dan sedih? Sadar bahwa abangnya begitu sayang kepadanya, Nantinjo akhirnya menceritakan segala penderitaannya dan menunjukkan luka dipunggungnya akibat siksaan yang kerap dilakukan abangnya Limbong Mulana kepadanya.

Tanpa sadar Lau Raja memanggil nama ibunya “Sibaso Bolon” sambil berujar “teganya kamu Ibu, membiarkan putri bungsumu mengalami penderitaan yang begitu berat dan tidak berkesudahan”. Sambil membelai adiknya, Lau Raja mengajak Natinjo pergi dari rumah Limbong Mulana dan ia berjanji akan menyayangi Natinjo. Mendengar ucapan dan janji abangnya, Nantinjo langsung mengikuti ajakan Lau Raja. Akhirnya Lau Raja membawa Nantinjo ke Simanindo Pulau Samosir tempatnya tinggal. Semenjak tinggal dengan Lau Raja. Nantinjo merasa senang, tenang dan bahagia. Nantinjo diberi kebebasan untuk melakukan kesenangannya bertenun walaupun abangnya miskin .

Hari lepas hari berganti, tak terasa Nantinjo sudah mulai berkembang menjadi gadis remaja yang anggun, cantik dan bersahaja. Kecantikan wajah dan sikap Nantinjo yang tidak pernah membedakan teman-temannya semakin menambah harum namanya terlebih dikalangan pemuda. Nantinjo menjadi gadis pujaan semua lelaki baik dikampungnya maupun dari kampung seberang danau toba. Seorang pemuda dari perkampungan (Huta) Silalahi sangat tertarik kepada Nantinjo dan ingin menjadikannya sebagai pendampingnya seumur hidup. Tanpa mengadakan pendekatan kepada Nantinjo, pemuda tersebut langsung meminta kedua orang tuanya untuk segera meminang Nantinjo. mendengar permintaan sang anak, orang tua pemuda tersebut sangat senang dan bangga ternyata putra mereka bemiat meminang bunga desa dari Simanindo.

Tanpa membuang banyak waktu, pihak keluarga tersebut akhirnya berangkat beserta rombongan ke rumah Lau Raja. Dengan maksud untuk meminang Nantinjo yang akan dijadikan istri dari putranya. Setelah mendengar dan mendapat pinangan tersebut, Lau Raja mengundang kedua abangnya Limbong Mulana dan Sagala Raja untuk mengadakan rapat keluarga, untuk menentukan apakah pinangan tersebut diterima atau tidak.

Ternyata, kedua abangnya mempunyai pendapat yang sama yaitu menerima pinangan tersebut. Namun Lau Raja berpendapat bahwa Nantinjo yang harus menentukan keputusan itu, diterima atau tidaknya lamaran tersebut. Kemudian mereka memanggil Nantinjo untuk hadir dalam rapat keluarga tersebut, dan mempertanyakan kepada Natinjo apakah ia bersedia menerima pinangan pihak laki-Iaki dari seberang danau toba itu? Sadar akan keberadaan dirinya yang laki-laki bukan perempuan juga bukan dengan spontan Nantinjo menjawab bahwa dirinya belum siap untuk berumah tangga. Dengan alas an Natinjo ingin menyelesaikan tenunannya terlebih dahulu agar dia bisa memakainya suatu saat nanti jika ia telah siap untuk berumah tangga.

Namun abangnya Limbong Mulana tidak memperdulikan jawaban Nantinjo dan tidak memberikan kesempatan kepada Nantinjo untuk menolak. Katanya “kamu harus menerima pinangan tersebut”. Mendengar paksaan dari abangnya itu tanpa sadar air mata Nantinjo menetes dipipi, dia berpikir tidak akan bisa melawan keinginan abangnya Limbong Mulana. Nantinjo melayangkan pandangan kepada abangnya Lau Raja dengan harapan dapat membela dirinya, namun Lau Raja pun tidak dapat membela adik yang sangat disayanginya itu karena dia sendiripun takut akan amarah abangnya Limbong Mulana. Melihat situasi seperti itu Nantinjo hanya dapat menangis dan menjerit meratapi nasibnya dalam hati.

Hanya Nantinjo sendiri yang tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Ketiga abangnya tidak mengetahui bahwa Nantinjo tidak sempurna dilahirkan kedunia ini sebagai seorang wanita. Nantinjo menolak karena dia menyadari bahwa dia tidak akan dapat membahagiakan calon suaminya dikemudian hari. Nantinjo berusaha berpikir keras, alasan apalagikah yang tepat untuk dapat menolak lamaran tersebut.

Nantinjo terus berfikir, berusaha mencari alasan untuk menolak lamaran tersebut. Akhirnya dia mendapat ide dan mengatakan kepada abangnya: “saya bersedia menerima pinangan dengan syarat pihak laki-laki itu harus dapat menyediakan emas satu perahu penuh serta uang ringgit satu perahu penuh” Mendengar persyaratan yang diberikan Nantinjo ternyata orang tua calon suaminya siap memenuhi permintaannya itu, bahkan calon mertuanya mengatakan lebih dari permintaanmu kami dapat kami penuhi.

Setelah kedua belah pihak sepakat, pihak lelaki kembali ke kampungnya diseberang Pulau Samosir. Keesokan harinya, pihak laki-laki itupun datang kembali beserta rombongan dengan membawa persyaratan yang diminta Nantinjo, yaitu emas satu perahu dan ringgit satu perahu.
Melihat emas satu perahu dan ringgit satu perahu keserakahan Limbong Mulana timbul, sikapnya langsung berubah lembut kepada Nantinjo. Dengan lembut Limbong Mulana mengatakan kepada adiknya “sekarang kamu tidak memiliki alasan lagi untuk menolak pinangan calon suamimu itu adikku, sebab calon mertuamu sudah memenuhi permintaanmu disaksikan ketiga abang¬abangmu serta khalayak ramai. Begitu tulusnya calon mertuamu menjadikan kamu sebagai menantu, dan sebagai abangmu yang tertua diantara kami, aku memutuskan bahwa kamu harus berangkat saat ini juga ikut dengan suamimu, Doa Restu dari kami abang-abangmu menyertai keberangkatanmu. Kami mendoakan kiranya Tuhan memberikan kebahagian lahir maupun batin kepada kamu” kata Limbong Maulana panjang lebar.

Dengan hati yang hancur Nantinjo menatap abangnya satu persatu sambil berkata kepada abangnya Lau Raja : “Jikalau memang saya harus berangkat untuk berumah tangga dengan calon suami saya yang bukan pilihan hati saya, tetapi dikarenakan godaan emas dan ringgit satu perahu, ternyata kalian tega memaksa saya untuk berumah tangga, bagiku tidak ada pilihan kecuali menerima namun permintaanku pada abang :” Kumpulkanlah semua apa yang menjadi milikku termasuk alat yang selalu kupakai untuk bertenun. Bambu turak ini tempat benang tenunku tolong tanamkan di ujung desa ini, suatu saat nanti semua keturunan Bapak dan Ibuku akan melihat dan mengingat saya yang penuh dengan penderitaan.”

Lau Raja memenuhi permintaan adiknya dan berjanji akan melaksanakannya. Nantinjopun akhirnya menaiki perahu kesayangannya dan berangkat meninggalkan kampung itu mengikuti rombongan calon suaminya. Sambil mendayung perahu hati Nantinjo terus gusar. Dia tidak dapat membayangkan apa yang bakal terjadi setelah sampai dikampung calon suaminya nanti. Kegundahan dan kekalutan pikiran Nantinjo tidak menemukan jawaban, kemudian Nantinjo memohon dan berseru kepada ibunya Sibaso Bolon, “Bu, mengapa ini harus terjadi, seandainya dahulu ibu cerita kepada semua abangnya tentang keadaan Natinjo yang sebenarnya, mungkin ini tidak akan terjadi. lbulah yang bersalah serlo Limbong Mulana yang tergoda dengan emas dan ringgit satu perahu”. Dengan hati yang sangat pilu Nantinjo bertanya kepada Ibunya, “masihkah lbu sayang pada putrimu ini? kalau lbu benar-benar masih sayang dengarkanlah jeritan hati putrimu ini yang pal¬ing dalam. lbu! saya tidak mau berumah tangga sebab itu hanya akan membuat aib dikeluarga, Putrimu ini rela berkorban demi nama baik keturunan Bapak dan lbu di kemudian hari. Saya tahu ibu dapat berkomunikasi langsung dengan Yang Kuasa, Pintalah kepada Yang Kuasa agar saya lepas dari penderitaan ini dan persatukanlah saya dengan ibu”. Mendengar jeritan sang putri yang sangat memilukan hati, ibunya pun meminta kepada Yang Kuasa. Maka seketika itu juga turunlah hujan yang sangat lebat, angin dan badaipun datang menerjang perahu Nantinjo. Gemuruh ombak disertai halilintar turut menangis melihat penderitaan Nantinjo. Akhirnya perahu Nantinjopun tenggelam ditelan ombak danau toba. Nantinjo menemui ajalnya seketika itu juga. Ketiga abangnya yang menyaksikan hal itu merasa bersalah serta takut.

Bahkan setelah Limbong Mulana memeriksa emas dan ringgit satu perahu yang diberikan calon suami adiknya ternyata hanya diatasnya saja emas dan ringgit dibawahnya hanya gundukan pasir dan tanah. Penyesalan yang timbul selalu datang terlambat, apa mau dikata Nantinjo sudah tenggelam kedasar danau toba.

Keesokan harinya disaat orang masih tertidur pulas Lau Raja pergi kepantai tempat perahu Nantinjo diberangkatkan dengan harapan dapat menemukan adiknya hidup maupun mati. Ditelusurinya sepanjang pantai namun tidak ditemukan jasad adiknya. Sambil menangis tersedu-sedu Lau Raja meminta dalam hatinya kepada Yang Kuasa agar jasad adik yang disayanginya dapat ditemukan.

Sayup-sayup Lau Raja mendengar bisikan: “Adikmu Nantinjo sudah saya bawa ketempat yang aman, sekarang dia bersama ibumu. Anakku hapuslah air matamu, dan lihatlah ketempat dimana perahu adikmu tenggelam, disitu kau akan melihat satu keajaiban dunia, perahu adikmu akan muncul kembali berupa pulau. “ Inilah sebagai pertanda bagi keturunanku di kemudian hari betapa tulus dan mulia pengorbanan adikmu, tidak pernah mau membuat saudaranya malu dan terhtina dihadapan orang “.

Tiba-tiba Lau Raja tersadar dan melihat dimana perahu adiknya tenggelam, dengan rasa kaget dia melihat apa yang dibisikkan oleh ibunya. Timbulnya pulau itu membuat Lau raja merasa adiknya Nantinjo serasa hidup kembali, dan dia berjanji pada diri sendiri bahwa ia beserta seluruh keturunannya harus menjaga dan merawat serta menyayangi pulau itu, sebagaimana dia menyayangi adiknya. Lau Raja memberi nama pulau itu “Pulau Malau”.


TURUNNYA ROH NANTINJO

Setelah Nantinjo tenang bersama ibunya disisi Yang Kuasa, pada suatu hari ibunya meminta Nantinjo untuk turun kebumi untuk melihat keturunan ibunya. ltulah pertama sekali Nantinjo menumpang ketubuh orang (marhuta¬ hula) di desa sagala. Pada saat itu ada seorang ibu, istri dari marga sagala sedang pendarahan dan Nantinjo menumpang ke tubuh orang yang kurang waras. Nantinjo meminta air untuk menyembuhkan si ibu namun orang-orang yang ada dirumah itu berserta keluarga si ibu tersebut mengatakan bagaimana kamu bisa membantu, kamu saja kurang waras, namun Nantinjo tetap meminta air, akhirnya mereka memberikan air yang diminta Nantinjo dan dia mengobati si ibu.

Betapa herannya orang yang ada dirumah itu karena si ibu dapat sembuh. Akhirnya mereka bertanya “siapa kamu sebenarnya, lalu Nantinjo menjawab: saya adalah namboru kalian Nantinjo” mereka menjawab Nantinjokan sudah tenggelam, tetapi Nantinjo menjawab bahwa Rohnyalah yang menumpang pada orang yang kurang waras tersebut serta mengatakan “Jikalau kalian butuh bantuan panggillah namaku, terlebih kalau di danau toba. Natinjo juga berpesan kepada mereka, kalau telur ayam kalian mengecil jangan kalian takut sebab akulah yang meminta, kalau padimu tertinggal disawah dan tidak dapat kamu panen akulah yang memintanya. Kemudian Nantinjo kembali lagi kesisi ibunya.

Melihat keturunannya (pomparan) semakin berantakan serta sering memanggil-manggil nama putrinya Akhirnya Ibunya Sibaso Bolon meminta Nantinjo kembali ke dunia untuk membantu keturunannya dan mengupayakan untuk mempersatukan kembali keturunan ibunya.

Sekarang Nantinjo dapat kita temui melalui nai Hotni yang ada di Cianjur untuk meminta pertolongan ataupun menggali sejarah Pompa ran Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon. Sebelumnya nai Hotni juga tidak mengetahui kalau dirinya telah dipilih Nantinjo sebagai hasorangan (yang menggendong Nantinjo). Memang semenjak kecil telah terjadi keanehan yang selalu dibuat nai Hotni melalui Nantinjo. Pada usia empat tahun nai Hotni telah menyembuhkan seorang gadis yang sakit parah bahkan sudah divonis dokter tidak panjang umur. Saat ini gadis yang divonis harus meninggal itu masihlah hidup dan umurnya kira-kira 60 tahun kurang lebih. Dan gadis itu berada di daerah sidikalang, tepatnya di sumbul. Dan yang lebih aneh jikalau nai Hotni marah ataupun sedang kesal diwaktu kecil cukup diberikan sebuah jeruk purut, maka amarah dan kesalnya akan hilang, tidak seperti kebiasaan anak lainnya yang dapat dibujuk dengan permen atau mainan.

Nai Hotni adalah hasorangan namboru Nantinjo yang ke Lima. Yang pertama gadis yang kurang waras di desa sagala meskipun hanya sekejap, yang kedua sampai ke empat namboru memilih dari boru Limbong, boru sagala dan boru malau. Sebelum nai Hotni resmi menjadi hasorangan Nantinjo kehidupannya sangat menderita..Kalau kita mendengar ceritanya hampir mirip dengan penderitaan Nantinjo, semenjak merantau tahun 1994 ke pulau Jawa, tepatnya Jawa Barat kehidupan keluarga nai Hotni sangat menderita. Adapun tujuan mereka merantau untuk merubah nasib namun ternyata justru penderitaan yang datang silih berganti.

Pada saat itu nai Hotni dengan suaminya hidup dari berdagang. Agar dagangannya laris mereka mencoba meminta bantuan kepada orang pintar (Dukun), orang pintar tersebut mengatakan bahwa nai Hotni tidak perlu minta bantuan karena ada yang mengikutinya, nai Hotni pun menoleh dan menjawab tidak ada yang mengikuti saya! Sang dukun mengatakan bahwa dia diikuti wanita yang berjubah putih. Semakin penasaran nai Hotni lalu bertanya siapa? Namborumu jawab dukun itu, wong namboru saya masih hidup jawab Nai Hotni sang dukun tersebut menjawab, yang diatas, karena bingung Nai Hotnipun akhirnya pulang.

Suatu ketika, si Hotni demam lalu nai Hotni membawa anaknya ke dukun untuk minta diobati namun sang dukun tidak mau memberikan dengan alasan tidak mampu mengobati karena dihalang-halangi wanita berjubah putih. Sang dukun mengatakan hanya pakai air liur ibu saja anak ibu sehat, karena bingung dan bercampur kesal ia pun pun pulang kerumah. Sesampai dirumah sambil tiduran menjaga si Hotni, dia teringat apa yang dikatakan dukun tadi, lalu Nai Hotni mengusapkan liurnya kedahi putrinya, setelah diusapkan ternyata panas si Hotni benar-benar hilang.

Akhir tahun 1995 nai Hotni jatuh sakit, dokter sudah menyatakan tidak sanggup untuk menyembuhkan nai Hotni, suaminya sangat bingung mau dibawa kemana istri tercintanya? dibawa berobat sementara penghasilanpun sudah tidak ada, disaat sang suami sudah pasrah datanglah seorang ibu menganjurkan agar nai Hotni mengurus namboru yang selalu mengikutinya. Ibu itu juga mengatakan ia hanya dapat memberikan j eruk purut (anggir) ini untuk diminum. nai Hotnipun meminum jeruk purut tersebut dan kesehatannya pun mulai membaik.

Kemudian sang suami memutuskan untuk mengadakan gondang (gendang) dikampung, namun tidak mungkin dilakukan karena pada saat itu karena nai Hotni sedang hamil tua. Karena tidak jadi mengadakan gondang, kehidupan nai Hotni semakin runyam dan tersiksa. Akibat rasa sakit yang tidak tertahankan lagi akhirnya ama nihotni pun memutuskan untuk segera mengadakan gondang tahun 1997 di kampung. Setelah mengadakan gondang barulah datang Namboru Paraek Bunga-bunga setelah itu baru Namboru Nantinjo datang ke nai Hotni.

Memanggil namboru Nantinjo harus terlebih dahulu memanggil Namboru Paraek Bunga-bunga sebab kesucian Namboru Nantinjo lebih tinggi, tidak boleh Nai Hotni langsung memanggil Namboru Nantinjo. Inilah satu pertanda dimana namboru Nantinjo yang sebenarnya.

Pada tahun 1999 Namboru Nantinjo mengadakan gondang di Buhit pulau Samosir. Pada saat itu sesepuh dari marga Limbong tidak memberikan ijin dikarenakan tidak pernah ada yang dapat mengadakan gondang ditempat itu katanya! Lalu namboru menjawab, kenapa kamu melarang saya membuat gondang di kampung saya sendiri? kalau yang lain bisa kamu larang, tetapi saya tidak boleh kamu larang! Akhirnya sesepuh limbong tidak dapat berbuat apa-apa gondang pun dilaksanakan. Gondang tersebut berjalan dengan lancar dan sejak saat itulah orang-orang yang membawakan nama Namboru Nantinjo mengadakan acara gondang dibuhit.

Satu tahun kemudian Namboru Nantinjo mengadakan gondang di Simanindo tepatnya tanggal 9 Juni 2000, untuk Patappehon Oppung Silau Raja kepada hasorangannya Nai Dianto boru Sidauruk Istri dare Ama Dianto Malau yang sekaligus menjaga Bulu Turak Namboru Nantinjo. Melalui hasorangan namboru Nantinjo nai Hotni boru sagala, acara patappehon oppung Silau Raja berjalan dengan lancar.


NAMBORU MENGADAKAN GONDANG DI TAMAN MINI INDONESIA INDAH

Untuk mempersatukan seluruh keluarga dari saudaranya laki-Iaki (ibotonya) namboru Nantinjo mengadakan Pesta Budaya Batak di Taman Mini Indonesia Indah (TMIl) pada tanggal 7 Oktober 2000. Seluruh keturunan (pomporan) ibotonya pada saat itu hadir dalam acara tersebut. Pada kesempatan itu namboru Nantinjo menceritakan riwayat hidupnya, serta memperagakan bagaimana dia tenggelam di danau toba. Seluruh keturunan ibotonya itu sangat antusias ingin mengetahui sejarah yang sebenarnya.

Namboru Nantinjo selalu menjawab apa yang dinginkan keturunan ibotonya. Pada saat acara berlangsung terjadi keajaiban yang luar biasa, turunnya hujan yang sangat deras disertai angin yang sangat kencang. Ternyata penguasa alam gaib datang bertanya kepada Nantinjo siapa kamu berani-berani membuat acara ditempat saya? Nantinjo menjawab, saya keturunan Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon. Abang saya Raja Uti, Saribu Raja, Limbong Mulana dan Sagala Raja. lalu Nantinjo balik bertanya, siapa gerangan penguasa alam gaib yang datang? Yang ditanya hanya diam seribu bahasa. Namun dia menangis sepertinya ikut merasakan kepedihan hati Nantinjo. Karena tidak ada jawaban dari penguasa alam gaib tersebut, Nantinjo akhirnya berkata : “siapapun kamu yang datang ini, saya mohon jangan ganggu acara yang sedang saya lakukan, dan saya harap kamu bersedia membantu saya mengembalikan pulau malau yang telah diambil oleh orang lain”. Penguasa alam gaib itu tetap diam namun tidak bergeming dari tempatnya, acarapun dilanjutkan kembali.

Ketika sedang asik menari (manortor) tiba-tiba namboru Nantinjo mendadak datang dan bercerita kembali sambil bertanya kepada keturunan ibotonya, apakah mereka mau membantu dia untuk mengembalikan pulau malau? serempak keturunan ibotonya menyanggupi permintaan Nantinjo. Setelah semua keturunan ibotonya menyanggupi permintaan Nantinjo ditentukanlah kapan dan bagaimana cara pengembalian pulau malau. Setelah berunding, ditentukanlah siapa yang ditunjuk sebagai perwakilan untuk menemui keluarga sidauruk, dan selanjutnya akan diadakan gondang di pulau Malau setelah urusan dengan Marga Sidauruk selesai.

Utusan yang sudah ditentukan berangkat menuju rumah Sidauruk tanggal 02 Pebruari 2002 untuk membicarakan surat-surat pulau Malau, namun pihak Sidauruk meminta agar mereka membawa perwakilan malau yang ada di Simanindo dua atau tiga orang, jikalau sudah ada, maka utusan Malau dari simanindo pihak sidauruk akan memberikan surat-surat pulau Malau.
Utusan yang dikirim meminta ijin kepada pihak Sidauruk untuk mengadakan gondang di pulau malau, dan hal itupun disetujui. Sambil menunggu Malau dari simanindo dapat diundang untuk dapat bertemu dengan pihak sidauruk.

MENGEMBALIKAN PULAU MALAU
Setelah ada ijin dari pihak Sidauruk maka pada Tanggal 28-30 Juni 2001 diadakanlah gondang dipulau malau sebagai tanda bahwa pulau malau telah kembali sekaligus mempersatukan keturunan orang tuanya Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon. Semua keturunan iboto Nantinjo hadir dalam acara tersebut, bahkan hadir hasorangan yang jumlahnya delapan belas orang yang membawakan nama Nantinjo datang pada saat itu.

Ketika acara sudah dimulai hasorangan yang membawakan Nantinjo mulai kesurupan satu-persatu, namun namboru Nantinjo yang sebenarnya belum datang. Diperkirakan ia sedang memantau apa saja yang dikatakan oleh orang¬-orang yang mengaku sebagai hasorangannya, karena jikalau benar sebagai hasorangan, Nantinjo harus tau apa yang dikatakan serta apa yang harus diperbuat dalam acara tersebut. Begitu hebatnya perdebatan yang terjadi pada saat itu antara yang mengaku hasorangan Nantinjo dengan keturunan iboto Nantinjo, akhirnya Nantinjo datang melalui nai Hotni. Ia mengumpulkan orang¬-orang yang mengaku sebagai hasorangan Nantinjo, dia mengatakan “bahwa mereka adalah sebahagian yang membawa tas (hajut) serta pengawal Nantinjo. kemudian Nantinjo meminta mereka semua menangis di hadapan yang hadir di acara tersebut.

Semua yang mengaku hasorangan Nantinjopun menangis, lalu Nantinjo menyuruh panuturinya (penterjemah) ama nihotni untuk mempersiapkan napuran (debban) untuk dibagi-bagikan kepada mereka sebagai upah. Tanpa sepengetahuan keturunan ibotonya, Nantinjo melakukan semua itu kepada orang-orang yang mengaku hasorangannya dengan tujuan supaya keturunan ibotonya itu mengetahui siapa sebenarnya yang dipilihnya menjadi hasorangannya dan sebagai tambahan yang sangat renting. Untuk menambah pengetahuan para pembaca bahwa tikar tempat duduk namboru Nantinjo harus tiga lapis yang mempunyai arti bahwa
namboru Nantinjo sudah menjalani Banua Toru (tenggelam didanau toba) Banua Tonga (semasa hidupnya) dan Banua Gijang (menghadap Yang Kuasa).

Tujuan mulia yang dilakukan Nantinjo kepada keturunan ibotonya, ternyata disalah artikan oleh keturunan ibotonya. Pulau malau yang seharusnya sudah kembali kepada si pemilik menjadi permasalahan kembali karena pihak sidauruk tidak mau lagi memberikan surat-surat pulau malau karena keturunan iboto Nantinjo. bahkan kabarnya sebahagian pihak malau saat ini berusaha agar hasorangan namboru nantinjo harus boru malau.

Berbagai cara dilakukan malau yang ada di simanindo untuk menggagalkan kembalinya pulau malau, yang seharusnya sesuai dengan janji atau sumpah kakeknya ketika melihat pulau malau pertama kali harus mereka laksanakan. Kita saja kalau makam orang tua kita diserobot orang kita pastilah marah. Mengapa pulau malau sebagai pertanda dari leluhur kita tidak kita rawat sebaik mungkin, malah saat ini justru orang lain yang memilikinya. Tidak tertutup kemungkinan hal ini yang membuat keturunan Oppu Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon semakin susah hidupnya. Pernahkah kita menyadari hal ini. Hal ini juga yang membuat namboru Nantinjo setengah hati untuk membantu keturunan dari ibotonya karena Nantinjo merasa sedih kita keturunan ibotonya membiarkan sibuk-sibuk (daging) namboru kita dikuasai orang lain.

Tidak tertutup kemungkinan semakin menderita kehidupan masyarakat Batak disekitar Danau Toba serta pulau samosir saat ini disebabkan Pulau malau dikuasai marga Sidauruk serta kurangnya perhormatan yang kita lakukan terhadap leluhur. Coba kita kilas balik ke belakang, zaman Nahum Situmorang almarhum, beliau sampai berani menciptakan lagu pulau Samosir yang terkenal dengan kacangnya serta padinya, Tao Toba, Parapat sebagai Kota turis. Sekarang apa yang kita lihat tidak ada perkembangan bahkan dapat kita katakan lagu-Iagu ciptaan Bang Nahum Situmorang untuk saat ini tidak berlaku lagi melihat kondisi pulau samosir dan Danau Toba, coba kita renungkan dan kita benahi.

Pesta Mempersatukan Keturunan Ompu Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon Mangkaroani Air Batu Sawan Ompu Raja Uti Tanggal 17-18-19 Juni 2002

Pada Tanggal 17 - 19 Juni 2002 namboru Nantinjo mengadakan gondang selama tiga hari-tiga malam untuk mempersatukan keturunan abangnya didesa Parik Sabungan Limbong Sianjur Mula-mula. Sesuai dengan adat yang telah berlaku. Undangan yang telah disebarkan kepada keturunan Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon dengan Pemerintah setempat Bupati, Camat, Kepala Desa serta Raja Adat turut menghadiri acara tersebut.

Dalam acara tersebut keturunan Ompu Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon memberikan kenang-kenangan berupa Ulos Batak kepada robongan Bupati beserta jajarannya serta memberikan buku sejarah Nyi Roro Kidul yang menceritakan bahwa dia adalah Putri sulung dari Raja Batak, Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon yang bernama Biding Laut. Selanjutnya Bupati memberikan bantuan sebagai tanda turut berpartisipasi. Pada malam harinya yang hadir meminta kepada nai Hotni boru Sagala untuk memanggil namboru Nantinjo untuk bercerita kepada keturunan abangnya.

Setelah acara ritual dilaksanakan namboru Nantinjo datang dan bercerita bahwa abangnya Saribu Raja dan Lau Raja telah kembali ke kampung halamannya karena keturunannya telah bersatu hati. Katanya “ Ia sangat bahagia melihat abangnya telah melihat kalian telah bersatu”. Keturunan abangnya pun mengucapkan terima kasih kepada namboru meminta kepada Oppung agar memberkati kami keturunannya.

Keesokannya, dipagi hari, tanpa sepengetahuan seorangpun melalui hasorangannya A. Raja Limbong dari sidikkalang Oppu Raja Uti datang dan menceritakan kegembiraan serta kebahagiannya melihat keturunannya telah bersatu.

KEMBALINYA KANJENG RATU NYI RORO KIDUL BIDING LAUT
Setelah begitu lama menjadi penguasa pantai selatan akhirnya Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul diketahui dari mana asal muasalnya. Ternyata Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul adalah Biding Laut Putri Stilting dari Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon, hilangnya Biding Laut begini ceritanya;

Ketika terjadi skandal cinta antara Saribu Raja dengan Boru Pareme kedua adeknya Limbong Mulana dan Sagala Raja bersekutu untuk membunuh Saribu Raja karena dianggap telah membuat aib keluarga, kemudian Lau Raja segera memberitahukan serta menyuruh Saribu Raja agar pergi dari kampung halamannya. Mendengar berita dari adeknya bahwa Saribu Raja pergi meninggalkan kampung halamannya sedangkan Boru pareme bersembunyi ke hutan.
Sebelum berangkat Saribu Raja berpesan pada kakaknya Biding Laut agar menjaga dan membina adik-adik mereka semua. Katanya “seharusnya saya yang bertanggung jawab kak, untuk menjaga dan membina adek-adek kita tapi saya telah gagal dan akan pergi meninggalkan kampung halaman kita. Kakak tidak perlu mencari saya, permintaan saya kakak menjaga, memelihara, mengayomi adek-adek kita serta menjaga keutuhan nama besar keluarga kita”.

Dengan berlinang airmata Biding Laut bertanya, adikku kemana gerangan kamu pergi? kamu adikku juga, saya yang seharusnya menjaga kamu dari segala bahaya, apalagi yang berniat membunuhmu adalah adik kita, kamu tidak perlu takut, tinggallah disini, kita selesaikan permasalahanmu secara kekeluargaan. Namun tekad dan pendirian Saribu Raja sudah bulat untuk pergi.

Dia berpesan kepada Biding Laut dia akan ke Barat dan tidak perlu mencarinya. Sebagai anak sulung Biding Laut berpikir harus mencari adiknya dan mempersatukan kembali adik-adiknya. Biding Laut bertekad harus menemukan Saribu Raja agar terhindar dari pembunuhan adiknya. Biding Laut mengambil keputusan berangkat mencari adiknya Saribu Raja ke arah Barat. Pencarianpun mulai dilakukan Biding Laut sesuai yang dikatakan adiknya bahwa dia berangkat ke arah Barat. Biding Laut pun menelusuri jalan kearah Barat, karena sangat sayang terhadap adiknya, Biding Laut tidak mengenal siang dan malam bahkan terhadap hujan dan panas serta teriknya matahari tetap dilaluluinya. Meski telah menyusuri lembah, menyeberangi sungai, mendaki gunung namun Biding Laut tidak menemukan adiknya. Dalam benaknya dia bertanya apakah adiknya masih hidup atau adiknya sengaja membohingi dirinya dengan mengatakan dia pergi ke Barat padahal ke Timur!

Tanpa sadar Biding Laut sampai disebuah desa ditepi pantai tempat sandar nelayan penangkap ikan, dengan penuh harapan dia bertanya pada seorang nelayan apakah pernah melihat seorang asing lewat atau tinggal di desa itu. Setiap orang yang ditanya Biding Laut selalu menjawab bahwa mereka tidak pernah ada yang melihat adiknya.

Dengan perasaan kesal dan kecewa memikirkan sang adik akhirnya Biding Laut beristirahat ditepi pantai untuk melepas rasa penat dan lelah. Dari pinggir pantai Biding Laut melihat sebuah pulau timbul pikirannya jangan¬jangan adikku bersembunyi disana, lalu dia bertanya kepada seorang nelayan, pak nama pulau itu apa? Sang nelayan menjawab, pulau mursala, lalu Biding Laut meminta pak nelayan untuk mengantarnya kepulau tersebut. Setelah sampai dipulau itu, dia mencari disetiap pelosok pulau namun tidak menemukan adiknya Saribu Raja, biding laut berteriak-teriak memanggil nama adiknya dipulau itu namun tidak ada jawaban.

Sambil merenungkan kira-kira kemana lagi dia harus mencari adiknya, Biding Laut bersandar pada sebuah pohon sambil menikmati sejuknya angin yang berhembus membuat rasa kantuk tidak tertahankan tanpa sadar dia tertidur. Tanpa sepengetahuan Biding Laut ternyata dari seberang, ada seorang pemuda yang membuntutinya, pemuda itu kagum melihat keberanian Biding Laut dan kelembutan serta wajahnya yang cantik. Timbullah hasrat si pemuda itu untuk mendapatkan Biding Laut. Pemuda itu menghampiri Biding Laut yang tertidur pulas serta membangunkannya, pemuda itu menawarkan jasa untuk mengantarkan Biding Laut keseberang. Sambil berjalan Biding Laut bertanya kepada pemuda itu apakah pernah bertemu atau melihat orang asing karena saya sedang mencari adik saya Saribu Raja. Mengapa kamu mencari orang yang tidak tahu dimana dia berada kepada saya kata pemuda itu. Saya tidak pernah melihat ataupun mendengar Saribu Raja adikmu dan kalaupun saya pernah melihat atau mendengar saya tidak akan memberitahukannya sebab kamu anggun dan cantik jadi kamu lebih pantas menjadi istri saya, kata pemuda itu merayu. Mendengar jawaban pemuda itu Biding Laut naik pitam dan mengusir pemuda itu. Pemuda itupun pulang kedesanya dengan membawa dendam dihati.

Keesokan harinya pemuda itu memberitahukan kepada temannya bahwa ia ditantang dan dipermalukan oleh seorang gadis yang cantik dan sakti. Mendengar pengaduan pemuda itu teman-temannya marah serta mengajak pemuda itu menunjukkan dimana tempatnya dan berangkatlah mereka kepulau mursala. Tanpa banyak Tanya, anak-anak muda tersebut mengeroyok Biding Laut yang sedang santai menikmati segarnya udara pagi. Tangan dan kakinya diikat, ditelanjangi lalu diperkosa secara bergantian sampai Biding Laut tidak sadarkan diri lalu dibunuh dan mayatnya dibuang kelaut. Dia pasrah bahwa kematian akan datang, jasadnya boleh mati tetapi Roh kesaktiannya harus tetap hidup, sebab tugas belum terlaksana adiknya Saribu Raja harus ditemukan dimanapun dia berada.

Setelah lama mencari kakaknya yang hilang akhirnya Nantinjo mengetahui dimana keberadaan sang kakak lalu Nantinjo mengajak sorangannya nai Hotni dan panuturi beserta rombongan untuk menemui penguasa alam gaib ke pangandaran. Sesampai dipangandaran Nantinjo berbincang-bincang dengan Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul sebagai penguasa alam gaib adapun basil perbincangan mereka ( Nan = Nantinjo, Nyi = Nyi Roro Kidul).

Nan ; Terimakasih saya ucapkan atas kesediaanmu menerima saya sebagai tamil, meskipun saya belum tahu siapa kamu yang sebenarnya tapi kamu telah membantu saya dua kali dalam tugas saya. Sekarang saya ingin mengetahui siapakah kamu sebenarnya? Siapa nama saudara kamu yang hilang?

Nyi ; Terima kasih atas kujungan kamu, kita memang sudah dua kali bertemu dan dengan ikhlas saya membantu sesuai dengan permintaanmu. Sayalah penguasa diseluruh pantai selatan, nama saya Nyi Roro Kidul. Kalau kamu bersedia membantu saya mencari dan mempertemukan dengan adikku Saribu Raja, Saya sangat berterima kasih katanya sambil menangis karena mengingat adiknya yang belum ditemukannya.

Nan ; Kalau demikian kamu adalah kakakku biding llaut yang juga tidak diketahui dimana keberadaannya, hilang pada saat mencari abang Saribu Raja, saya adalah adikmu nantinjo yang paling bungsu dari sepuluh kita bersaudara. Tolong kamu ingat dulu barang kali kakak lupa akan masa kecil kita, Saribu Raja yang kakak cari abang sayajuga,
Mendengar keterangan Nantinjo, Biding Lautpun memeluk adiknya sambil menangis melepas kerinduan yang sangat dalam, dan Nantinjo berjanji akan berusaha secepatnya mempertemukan mereka.

Nyi ; Nama kecil saya memang Biding Laut namun saya sendiri sudah lupa bagaimana ceritanya sehingga disini saya disembah dan disebut Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul. Kalian boleh menyebut nama saya Biding Laut jikalau saya sudah menemukan adik saya Saribu Raja. Ini sudah merupakan janji terhadap diri saya karena saya merasa hanya Saribu Rajalah saudaraku, karena dialah saya jadi begini.

Setelah Nantinjo mempertemukan Biding Laut dengan Saribu Raja, Nantinjopun mengajak Biding Laut kembali ke keluarga namun Biding Laut meminta kepada nantinjo bahwa ia harus dijemput dari tempatnya di Parangtritis Yogyakarta. Dan yang terpenting, keturunan adiknya Saribu Raja yang harus menjemputnya. Permintaan Biding Laut disanggupi, lalu Namboru Nantinjo mengumpulkan satu team untuk menjemput Namboru Biding Laut ke Parangtritis, satu minggu sebelum berangkat Namboru Nantinjo memberikan pengarahan kepada team dan berpesan agar tidak menganggap enteng pekerjaan tersebut. Karena pekerjaan ini sangat berat mengingat banyaknya pengikut namboru Biding Laut yang tidak mau melepaskan dia kembali ke Raja Batak.

Pada Tanggal 1 Maret 2004 team dikumpulkan Namboru Nantinjo dirumah hasorangannya di cianjur. Sebelum berangkat, namboru memberikan nasehat serta menekankan untuk berhati-hati dan jangan anggap remeh, namboru juga meminta Oppung Raja Gumeleng-Geleng membantu. Oppung menyarankan kepada namboru agar memberikan sebutir telur kepada setiap orang yang ikut dalam team. Malam itu pun Oppung langsung menuju ke Parangtritis untuk mengamankan perjalanan team. Malam jam 20.00 WIB rombongan team dengan tiga mobil kijang berangkat menuju parangtritis bersama nai Hotni serta namboru Nantinjo.

Keesokan harinya team sampai di parangtritis dan langsung menuju pantai. Disana team mencoba melepas lelah sambil bermain di pantai, setelah lama mencari, team bertanya kepada penduduk kampung dimana tempat bersemanyamnya Nyi Roro Kidul. Tanya punya Tanya akhirnya team menemukan jalan menuju ketempat Namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut. Melihat jalan yang begitu sukar dilalui mobil, team tersebut sempat ragu namun nai Hotni mengatakan bahwa dia sudah pernah bermimpi bahwa tempat namboru Biding Laut adanya di gua dibawah bukit. Walaupun amat sukarnya jalan yang harus dilalui, team bersepakat untuk melanjutkan perjalanan sampai mereka dapat menemukan tempat namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut dan membawanya pulang kembali.

Sesampai dipuncak bukit team menemukan beberapa rumah, dan ternyata kendaraan hanya boleh sampai dikampung tersebut. Team bertanya kepada orang yang ada disekitar kampung ternyata adanya tempat yang mereka cari berada dikaki bukit tersebut. Sebagai penunjuk jalan team minta tolong kepada orang kampung untuk mengantarkan mereka ke kaki bukit. Pada waktu akan menuruni lembah, sebahagian team merasa kecut mengingat terjalnya jalan yang harus ditempuh. Ternyata sebelum turun ada “tempat permisi” disiapkan namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut. Kemudian team mengusulkan agar nai Hotni beserta team agar meminta pertolongan kepada namboru dan Oppung. Setelah selesai team berembuk serta saling mengingatkan satu sama lain jikalau ada yang merasa tidak mampu menuruni lembah agar tidak memaksakan diri untuk ikut. Ada tiga orang yang tidak ikut dan menunggu diatas karena mereka merasa tidak akan mampu menempuh jalan tersebut. Kemudian team yang tersisa mulai menuruni lembah dengan sangat hati-hati karena curamnya jalan menuju ketempat namboru. Waktu yang ditempuh tersebut untuk menuju kebawah ternyata memakan waktu lebih dari satu jam.

Sesampai dibawah, team merasa kaget dan kagum melihat indahnya tempat namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut. Sipenunjuk jalan kemudian memperkenalkan team dengan kuncen yang ada disana. Setelah beristirahat sejenak, team lalu mengajak kuncen menuju gua tempat namboru. Sebelum masuk sang kuncen mengingatkan agar team berhati-hati, dan ternyata memang jalan kedalam menuju gua tersebut harus merunduk sebab banyak bebatuan yang menonjol. Jika tidak berhati-hati kepala bisa bonyok terantuk batu. Maklumlah yang ada hanya lilin dan senter seadaya yang dapat dijadikan sebagai penerangan, sementara gua tempat namboru sangat gelap. Suasana didalam gua sangat hening. Team sangat terharu manakala dapat menemukan tempat namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut.

Setelah membakar kemenyan kuncen mulai berdoa dan menyarankan agar team berdoa menurut keyakinan masing-masing. Team juga diingatkan jangan lupa meminta apa yang dikehendaki mereka, kemudian masing-masing mereka berdoa. Selesai berdoa nai Hotni sudah mulai gelisah ketika akan naik ketempat orang meletakkan kembang. Kemudian nai Hotni meminta selendang namboru dari ama nihotni. Tidak lama kemudian namboru biding laut datang dengan menumpang ke tubuh nai Hotni namboru mengucapkan “Horas Pomparanku” yang membuat semua team menjadi menangis, lalu namboru bercerita betapa menderitanya dia dahulu. Inilah tempatku mencari ilmu ujar namboru kepada team kemudian namboru meminta team untuk mendekat kepadanya, satu persatu team diusap dengan air serta kembang yang ada disana. Namboru juga membagikan kembang dari air yang ada. Melihat kejadian tersebut sang kuncen pun bingung, team bertanya kepada sang kuncen apakah itu benar Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul? sang kuncen menjawab yaitu Ibu Ratu.

Setelah selesai acara didalam gua namboru pamit dan berjanji akan melanjutkan pembicaraan kembali diluar gua. Team beserta kuncen keluar dari dalam gua, team tidak dapat menggambarkan rasa bahagia yang bercampur haru saat keluar dari gua.

Team beristirahat kurang lebih satu jam untuk kemudian melanjutkan tugas kembali memanggil namboru Nantinjo diluar gua. Nai Hotni merasa cemas dengan orang yang sedang bertapa ditempat namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut, takut-takut mereka tidak dapat menerima kehadiran team. Team menganjurkan agar nai Hotni tenang dan berusaha kembali untuk memanggil namboru Nantinjo. Nai hotnipun memanggil namboru nantinjo lalu team mengucapkan terima kasih terlebih dahulu kepada namboru sambil bersenda gurau. Team juga meminta kepada namboru Nantinjo untuk memanggil kembali namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut sebab pembicaraan didalam gua belum selesai.

Kemudian namboru Nantinjo memanggil namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut, setelah namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut datang, namboru berbicara dengan bahasa batak dan kemudian mereka berbincang-bincang dengan namboru. namboru meminta mereka agar mengumpulkan keturunannya yang ada disana, team pun memanggil orang¬orang yang ada disekitar itu untuk berkumpul, dan yang anehnya namboru duduk diatas tapi kalu berbicara dengan team namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut duduk ditikar namboru Nantinjo. Puas sudah perasaan team untuk berbincang-bincang, akhirnya mereka meminta namboru ikut bersama team kembali ke Raja Batak. Namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut menyetujui permintaan team lalu namboru mengingatkan, karena ternyata team sampai tidak menyadari bahwa hari mulai gelap.

Menyadari kalau sudah malam dan tidak memungkinkan lagi untuk naik keatas kemudian team mengucapkan terima kasih dan meminta bantuan kepada namboru agar dilindungi dalam perjalanan pulang. namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut pun pergi, tinggallah team bersama namboru Nantinjo. Setelah berbincang dengan namboru team pamit kepada kuncen serta orang yang sedang bertapa ditempat namboru, mereka mengucapkan terima kasih kepada team karena mereka dapat bertemu dengan Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut. Setelah istrahat untuk melepaskan lelah, malam itu juga rombongan team kembali ke cianjur.

Tiba di cianjur team memanggil namboru Nantinjo dan mengucapkan terima kasih karena team telah selamat melaksanakan misi menjemput namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut mulai dari berangkat sampai kembali ke rumah nai hotni. Lalu team bertanya pada namboru Nantinjo apakah namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut akan ikut juga beserta robongan pulang, namboru Nantinjo menjawab ikut. Team bertanya kepada namboru Nantinjo langkah apa yang harus dilakukan team selanjutnya? lalu namboru menyarankan bahwa mereka harus memberikan namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut ulos sibolang, ikan batak (Ihan) serta nasi tumpeng, yaitu mengadakan ritual yang sering kalian lakukan terhadap saya ujar namboru dan harus hal itu haruslah dihadiri semua perwakilan keturunan ibotonya. Team meminta namboru untuk memanggil namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut kembali, setelah namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut datang, saat itu mereka berbincang dengan bahasa batak. Team mengucapkan terima kasih karena perjalanan team sukses serta selamat sampai kembali kecianjur, team juga sangat berterima kasih karena namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut mau kembali ke Si Raja Batak.

Namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut mengatakan begitulah dulu susahnya namborumu ini dan kalian harus mengalami sebahagian yang saya alami. Setelah puas ngobrol dengan namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut, namboru Nantinjo datang lagi? dan saat itu team bertanya kapan harus dilaksanakan upacara ritual kepada namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut sebagai tanda bahwa namboru itu telah kembali ke Raja Batak?, kapan waktu kalian bisa ujar namboru? diakhir pertemuan namboru Nantinjo mengingatkan team untuk menyayangi namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut seperti halnya menyayangi saya serta jangan lupa ceritakan ini kepada semua orang. Akhirnya teampun berunding malam itu kapan dilaksanakan upacara ritual kepada namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut lalu team sepakat untuk mengadakan upacara ritual kepada namboru Tanggal 4 Mei 2004, pada tanggal tersebut sesuai kesepakatan diadakan upacara ritual kepada namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut sebagi tanda namboru itu kembali ke Keturunan Raja Batak. Setelah keperluan untuk ritual sudah lengkap keturunan iboto namboru Nantinjo dan Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut menyarankan agar memanggil namboru Nantinjo terlebih dahulu untuk mempertanyakan bagaimana cara menyampaikan ulos serta makanan yang telah tersedia kepada namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut. Namborupun memberikan petunjuk kepada seluruh keturunan ibotonya, setelah itu namboru pergi. Setengah jam setelah namboru pergi nai Hotni sepertinya kesurupan, yang hadir pada saat itu kaget karena tidak tahu apa yang terjadi, namun panuturi (penterjemah) ama nihotni mengatakan bahwa namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut akan datang.

Pada saat itu barulah mereka semua mengerti, namun tingkah nai Hotni semakin aneh dan akhirnya namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut datang. Satu persatu keturunan ibotonya mengucapkan sepatah dua kata kepada namboru sebagai perwakilan serta mengucapkan terima kasih atas bersedianya namboru kembali ke Si Raja Batak. Setelah selesai, keturunan ibotonya menyerahkan pakaian kebesaran namboru serta selendang dan dilanjutkan dengan memberikan namboru makan ihan.

Awalnya namboru tidak mau, bahkan namboru bercanda apa ini? dalam bahasa sunda. Semua yang hadir menjawab makanan khas batak namboru. Bagaimana caranya makan ini? Kemudian namboru pun memakannya sedikit. Mereka yang hadirpun sampai lupa meletakkan nasi tumpeng di hadapan namboru. Setelah diletakkan didepan namboru, dengan bercanda namboru
mengatakan nah ini baru makanan saya. Semua yang hadir tersenyum simpul melihat tingkah namboru. Ya wajar saja namboru melakukan hal tersebut karena baru pertama kali bertemu dengan keturunan ibotonya.

Namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut bercerita pahit getirnya perjalanan hidupnya sampai menemui ajal serta menjadi Roh. Roh namboru juga telah pernah pulang ke kampung halaman namun betapa kecewanya namboru sebab namboru sudah tidak diakui bahkan yang tertua keturunan Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon sudah menjadi Boru Pareme. Akhirnya namboru kembali lagi keperantaun. Kemudian namboru bertanya kepada yang hadir apakah mereka bersedia untuk memperbaiki hal tersebut? Semua keturunan ibotonya menyanggupi.

Kemudian keturunan ibotonya bertanya apalagi yang harus dilaksanakan selanjutnya setelah namboru kembali? Namboru menjawab, “sayangi saya dan rawat sebagai namborumu dan namboru meminta kalau keturunan ibotonya bersedia untuk mengadakan gondang sebab saya ingin menari” canda namboru. Keturunan ibotonya bertanya kapan itu harus dilaksanakan? Kapan waktunya dilaksanakan terserah kalian, yang penting kalian bersedia. Selanjunya kalian tanya saja sama adikku Nantinjo. Baiklah namboru kata mereka semua. Jikalau begitu nanti kami akan rundingkan dengan namboru Nantinjo jawab keturunan ibotonya. Sebelum namboru pulang namboru berpesan agar semua yang hadir menceritakan ke khalayak ramai bahwa Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut adalah Boru Si Raja Batak, lalu namboru pulang.

Kemudian namboru Nantinjo datang dan bertanya bagaimana anak ni ibotoku (keturunan abangku) apa kata kakak saya? lalu seorang utusan mengucapkan terima kasih atas perjuangan namboru Nantinjo untuk mengembalikan namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut serta memberikan kenang-kenangan atas usaha namboru berupa pakaian kebesaran beserta sebuah ulos sibolang, sama dengan yang diberikan kepada namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut. Bahkan ada salah seorang keturunan ibotonya memberikan saputangan kepada namboru. Namboru juga mengucapkan terima kasih kepada semua yang hadir atas perhatian serta kasih sayangnya terhadap namboru. Kemudian bagaimana tadi pembicaraan kalian dengan kakakku? yang hadir menjawab bahwa namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut sangat senang dan namboru meminta kalau boleh keturunan ibotonya harus mengadakan gondang untuk namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut.

Selanjutnya kami diminta berunding dengan namboru, kami hanya tinggal menunggu petunjuk dari namboru kapan akan dilaksanakan gondang tersebut. Kalau begitu saya tanya dulu kakak saya, setelah itu baru kita bahas kembali mengenai hal itu jawab namboru. Setelah itu namboru pulang. Team yang dulunya diutus namboru Nantinjo untuk menjemput namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding laut dipanggil namboru untuk mengabarkan keinginan namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut. Keinginan kakakku sebenarnya acara gondang itu dilaksanakan secepatnya tapi saya meminta kepada kakakku tiga atau empat bulan lagi dikarenakan adanya pekerjaan saya yang sangat berat kata namboru. Namborupun bertanya apakah kalian siap untuk mengadakan gondang tiga empat bulan lagi? Ya akan kami berusaha semaksimal mungkin namboru, jawab team. Dan mereka juga meminta agar kiranya namboru juga membantu agar gondang tersebut dapat terlaksana.

Tanggal 14 Juli 2004 namboru Nantinjo mengundang team dan namboru mengeluarkan uneg-uneg yang ada dalam hatinya. Pada saat itu namboru berkeluh kesah tentang Pulau Malau, apakah kalian (team) tidak dapat membantu saya untuk mengembalikan pulau malau? sebab saya melihat ada sekelompok malau yang mau mencoba mengembalikan pulau malau tanpa saya. Kemudian team menjawab, namborukan dapat menghalangi mereka dengan kesaktian namboru. Namboru mengatakan bahwa sudah selama tiga tahun namboru menghalang-halangi rencana kelompok tersebut sampai kapan aku menghalangi ? Bahkan saya telah membuat kehidupan mereka semerawut (ruddut) tetapi tetap saja mereka tidak sadar. Mendengar itu team merasa bingung juga, team melihat ada rasa iba terhadap kelompok tersebut, sepertinya namboru menginginkan agar team berusaha meloby kelompok tersebut untuk tidak memaksakan kehendak mereka. Keinginan namboru jikalau niat mereka baik, kenapa dia tidak diajak sebagai pemilik pulau malau. Team pun berjanji kepada namboru akan berusaha semampunya untuk membantu namboru mengembalikan pulau malau sesuai petunjuk namboru. Team juga bertanya kapan akan dilaksanakan pengembalian pulau malau? namboru menjawab nanti saya beritahukan, saya akan memanggil kalian lagi kalau waktunya sudah tepat. Kemudian team bertanya kira-kira permintaan namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut membuat gondang (margondang) kapan namboru menjawab kira-kira tiga atau empat bulan lagi usai itu namboru pulang.

Team mengambil kesimpulan sebelum kembali pulau malau namboru tidak akan pernah tenang. Bahkan siapapun yang berusaha menghalangi ketulusan hati namboru meskipun itu keturunan abangnya akan diberikan ganjaran. Untuk itu team mengajak seluruh pembaca keturunan Oppung Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon untuk mendukung seluruh rencana mulia namboru, mengingat masih banyak rencana namboru seperti:

1. Margondang tiga atau empat bulan lagi merayakan kembalinya namboru Biding Laut
2. Mengembalikan Pulau Malau
3. Membangun sopo sebagai pertanda di Parik Sabungan
4. Mempersatukan semua keturunan Oppung Guru Tatea Bulan/ Sibaso Bolon

Akhir kata team mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu secara moril maupun materil guna terwujudnya pembuatan buku ini. Team menghimbau dan mengajak seluruh pembaca ataupun keturunan Guru Tatea Bulan/SiBaso Bolon untuk menjaga nilai-nilai sejarah serta menghormati leluhur.

Semoga ini bermanfaat bagi kita semua beserta keturunan kita dikemudian hari. Kepada Pembaca yang terhormat, bila ingin mengetahui lebih dalam dan lebih jelasnya cerita ini, karena kami paham pastilah banyak kekurangan dalam pembutan buku ini dapat langsung bertanya kepada Namboru Nantinjo melalui Nai Hotni Boru Sagala dengan alamat:

Jalan Raya Baru, Perumahan Pesona Cianjur Indah Blok A-l No.7

Kamis, 25 Juni 2009

SENI UKIR, UNINGUNINGAN DAN PATUNG GORGA

  1. SENI UKIR DAN PATUNG GORGA
  2. ULU PAUNG : Bahan dari hariara pulut digorga dalam tiga warna (merah, putih don hitam). Bentuknya termasuk ornamen Raksasa. Ditempatkan dipuncak wuwungan rumah atau sopo. Ulupaung diyakini sebagai lambang keperkasaan don perlindungan terhadap seisi rumah, sebagai penjaga setan-setan dari luar kampung.
  3. JENGGAR (1) : Hiasan pada bagian tengah tombonan adap-adop dan halang godang. Diyakini mampu mengusir setan yang mau masuk kedalam rumah. Digorga dalam tiga warna dipakai untuk ruma gorga.
  4. JENGGAR (2) : – idem -
  5. JENGGAR (3) : Jenggar Batara Siang, jenggar motif lain tetapi tidak diberi warna dipakai untuk jabu ruma.
  6. SANTUNG SANTUNG : Hiasan vertikal tergantung di ujung dila paung dihias dengan gorga Gaya Dompak sebagai symbol kebenaran dan tegaknya hukum.
  7. SANTUNG-SANTUNG SITINDANGI : Jenis santung-santung lain dilengketkan pada dinding sitindangi ruma.
  8. GAJA DOMPAK DORPI JOLO (1) (2) (3) (4) : Ditempatkan pada dinding depan (dorpi jolo) fungsinya untuk mengingatkan manusia terhadap tegaknya hukum.
  9. SONGSONG RAK (1) : Bagian depan Ruma Gorga diukir dalam tiga warna tiga bolit.
  10. SONGSONG RAK (2) : Bagian depan jabu sopo digorga Batara Siang tidak diwarnai.
  11. SINGA-SINGA : Salah satu motif singa-singa sopo gorga dibuat dari kayu hariara pulut diberi warna tiga bolit ditempatkan di dinding depan (dorpi jolo) kiri dan kanan. Diyakini sebagai lambang dari wibawa dan symbol keadilan hukum dan kebenaran (duplikat).
  12. ULU GURDONG : Jenis lain dari singa-singa jabu sopo gorga batara siang diperoleh dari sebuah sopo dari desa Parparean (Porsea).
  13. SINGA-SINGA TALETE (1) : Jenis singa-singa kecil. biasanya ditempatkan sebagai hiasan pada tomboman dibagian dalam ruma.
  14. SINGA-SINGA TALETE (2) : – idem -
  15. ABAL-ABAL MINI (1) : Miniatur Peti mayat untuk orangtua laki-laki yang sudah Saur Matua (nagabe). Penggunaan abal-abal seperti ini senantiasa disertai upacara adat nagok dengan membunyikan ogung sabangunan. Bahannya dari kayu besar seperti nangka, Honara dll.
  16. ABAI-ABAL MINI (2) : Miniatur Peti mayat untuk orangtua perempuan yang sudah sour matua (orang tua yang sudah bercucu, cicit dari anaknya laki-laki don perempuan)
  17. GORDANG (SILINTONG) : Bahannya dari kayu, rotan dan kulit kambing.
  18. TAGANING (1 – 5) : Disebut juga Saridondon, bahannya dibuat dari kayu, rotan dan kulit kambing dipakai untuk pelengkap ogung sabangunan.
  19. OGUNG PONGGORA : Sihutur tolong bahannya terdiri dari perunggu ditempah bulat, ditengah jendul berisi puli (damar) dipakai untuk pelengkap musik berat (gondang sabangunan).
  20. OGUNG PANGALUSI : Sitapi sindar mata ni ari. Bahannya dan fungsinya sama dengan ogung panggora.
  21. OGUNG DOAL : Serupa dengan diatas, nama lainnya Dori Mangambat.
  22. OGUNG OLOAN : Digunakan untuk pelengkap ogung sabangunan.
  23. ODAP : Bahannya sama dengan taganing digunakan untuk pelengkap taganing dalam tatanan musik gendang.
  24. SARUNE BOLON : Serunai panjang dibuat dari kayu, dipakai untuk pelengkap musik berat (gondang sabangunan).
  25. GARANTUNG : Bahannya dari kayu ringan dipakai untuk alat musik ringan.
  26. HASAPI (1) : Bahannya dari kayu ringan talinya dari kawat halus atau riman dipakai alat musik ringan (gondang hasapi) don untuk mengiringi lagu.
  27. HASAPI (2) : – idem -
  28. SARUNE GETEP : Serunai kecil dipakai untuk mengiringi gondang hasapi dan untuk mengiringi lagu.
  29. SULIM BESAR : Bahannya dari bambu dipakai untuk alat hiburan.
  30. SULIM SEDANG : Bahannya dari bambu dipakai untuk alat musik hiburan.
  31. SULIM KECIL : – idem -
  32. SORDAM BESAR : Bahannya dari bambu dipakai untuk memuaskan perasaan sedih (andung-ratap). Kadang-kadang dapat digunakan untuk tujuan mistik, untuk mengetahui anak hilang, biasanya dipakai/dibunyikan waktu malam.
  33. SORDAM KECIL : – idem -
  34. TULILA : Bahannya dari bambu dipakai untuk alat musik hiburan terutama ditempat sunyi.
  35. SAGA-SAGA : Bahannya dibuat dari kulit pelepah daun enau dipakai sebagai alat musik hiburan don biasanya waktu bertandang.
  36. MONG-MONG : Garantung bulu, bahannya dibuat dari bambu dipakai untuk alat musik hiburan.
  37. HESEK-HESEK : Bahannya dibuat dari kaleng atau botol kosong, digunakan untuk pelengkap musik berat maupun musik ringan. Hesek-hesek sebagai pelengkap musik, mempunyai peran penting untuk memberi komando atas gerak tarian (Step).
  38. SIGALE-GALE (1) LAKI-LAKI : Wayang Batak diperbuat dari kayu di ukir berbentuk mausia dilengkapi tali-temali yang dapat menggerak-gerakkan, menari, manortor mengikuti gondang dengan kemahiran seorang dalang untuk memainkannya. Tortor sigale-gale diadakan dalam upacara ritus pada waktu kematian seseorang yang berusia lanjut, tetapi tidak mempunyai keturunan.Dahulu acara tor-tor seperti ini disebut upacara Papurpur Sapata. Dewasa ini tor-tor sigale-gale lebih m erupakan acara hiburan.

KOLEKSI DUNIA MISTIK DAN SPIRITUAL

  1. TUNGGAL PANALUAN (1) : Duplikat, bahannya dibuat dari kayu tada-tada, diukir berbentuk manusia, cecak, ular, kala jengking dan binatang berbisa lainnya, patung manusia, bagian atas diberi berambut. Tunggal Panaluan disebut Tongkat Sakti, tongkat sihir penolak bala digunakan waktu pesta Satti, Mandudu dan lain lain.
  2. TUNGGAL PANALUAN (2) : Tunggal panaluan motif lain.
  3. TUNGKOT BALEHAT : Bahan dari kayu tada-tada diukir bentuk patung manusia mengendarai kuda, kadal, ular dan binatang berbisa lainnya. Dipakai untuk tujuan magik oleh para datu.
  4. SAHAN (1) (NAGA MORSARANG) : Bahan dari tanduk kerbau diukir disumbat dengan tutup kayu berukir dipakai untuk tempat obat oleh para datu, motif toba.
  5. SAHAN (2) (SIBIAKSA) : Sahan motif Samosir, fungsinya soma dengan Sahan, motif Toba.
  6. PISO HALASAN (1) : Bahan dibuat dari besi, suhulnya (gagang) dari tanduk Rusa, Sarong dari kayu dilapis dengan kulit ekor kerbau, Dipakai untuk menyembelih kerbau waktu pesta gondang Sarimatua, Piso Halasan juga digunakan sebagai lambang kebesaran bahwa pemiliknya telah pernah mengadakan pesta besar, mangalahat horbo diiringi gondang Sabangunan. Piso Halasan biasanya disandang dan dikepit di lengan kiri dalam pakaian adat lengkap.
  7. PISO HALASAN (2) : Gagangnya dari tanduk, pisau dari besi baja, sarangnya dari kayu dilapis kulit ekor kerbau pada ujung sarong dibuat tanduk berukir. Fungsinya soma dengan Piso Halasan (1).
  8. TAGAN PARPAGARAN : Bahan dibuat dari kayu, berukir halus dilengkapi singa-singa, bagian tutupnya diukir bentuk patung manusia mengendarai kuda, digunakan untuk tempat pagar pelindung keluarga dari niat jahat orang lain.
  9. SAHAN (3) : Sahan kecil dari tanduk kambing diukir disum bat dengan patung kayu, digunakan oleh datu untuk tempat pupuk.
  10. TAGAN GARUNG-GARUNG : Bahannya dibuat dari bambu diukir, motif ipon-ipon. Tutupnya dibuat dari kayu diukir, dilengkapi patung m anusia bertingkat dua. Digunakan untuk tempat pulungan obat-obatan oleh para datu.
  11. SONDI : Dibuat dari kayu berukir singa-singa ditunggangi oleh manusia badan berbentuk tabung berukir dari tanduk kerbau. Digunakan untuk tempat pupuk oleh datu.
  12. GUCI PARPAGARAN : Bahan dibuat dari keramik baker dibuat tempat pagar pelindung keluarga dari marabahaya.
  13. HAJO PARPAGARAN (2) : Motif lain dari guci parpagaran berisi taor (obat).
  14. HAJO PARPAGARAN (3) : Dibuat dari bahan keramik bakar (Tembikar) dipakai untuk tempat pagar.
  15. PATUNG DEBATA IDUP LAKI-LAKI (1) : Duplikat, bahan dibuat dari kayu nangka. Dahulu patung jenis ini sengaja dibuat sebagai perwujutan dari Debata idup (Mulajadi Nabolon silehon hangoluan) dianggap sebagai pelindung bagi kelompok atau marga pembuatnya. Dewasa ini patung jenis ini juga tetap dibuat namun telah berobah fungsi menjadi sejenis hiasan.
  16. PATUNG DEBATA IDUP PEREMPUAN (2) : Duplikat, pasangan dari patung Debata Idup Laki-laki.
  17. PATUNG DEBATA IDUP (3) : Motif lain dari patung Debata idup.
  18. PATUNG AJIDONDA SILINDUAT : Jenis lain dari patung Debata idup Dua buah, patung laki-laki dan wanita dirangkai menjadi satu digunakan untuk upacara magic.
  19. PATUNG SIHARHARI : Terdiri dari dua buah patung kayu laki-laki dan perempuan dirangkai menjadi satu digunakan dalam upacara magic.
  20. TIGA BOLIT : Dibuat dari kain berwarna merah putih dan hitam, dipilin menjadi satu. Dipakai oleh datu sebagai tali-tali.
  21. BONANG MANALU : Bahannya dari benang merah putih dan hitam, biasanya dipergunakan sebagai jimat setelah diberi mantera oleh datu (dukun).
  22. GURI-GURI SIBOANON : Bahan dari porselen digunakan te mpat pagar / Mascot untuk dibawa-bawa.
  23. GURI-GURI TAOR (1) : Bahan dari porselen dipakai untuk tempat taor didalam rumah.
  24. GURI-GURI TAOR : Bahan dari porselen digunakan untuk tempat taor/pagar ditempatkan di dalam rumah untuk menjaga seisi rumah dari niat jahat orang lain.
  25. GURI-GURI PARTAORAN : Bahan dari porselen diberi sumbat (penutup) dari kayu yang dipahat berbentuk manusia. Dipakai untuk menyimpan taor/pagar oleh para datu.
  26. GURI-GURI PARTAORAN (2) : Motif lain dari Guri-Guri partaoran.
  27. GURI-GURI PARMIAHAN : Guri-Guri tempat pupuk.
  28. PATUNG SITOLU : Bahan dibuat dari kayu dipahat berbentuk tiga manusia menyatu, kemungkinan merupakan gambaran dari tri tunggal mulajadi.
  29. PATUNG SIDUA SAIHOT : Patung kayu dirangkai dengan tali ijuk kemungkinan adalah motif lain dari Debata idup.
  30. GARUNG-GARUNG RAMUAN : Tabung bambu tempat ramuan obat.
  31. BULU SONDI : Jenis lain dari tabung bambu tempat ramuan obat-obatan.
  32. PATUNG RAME-RAME IHAN : Bahannya dari kayu.
  33. SALUNG : Dibuat dari bambu dipakai untuk tempat minum ramuan obat-obatan.
  34. TOPENG (1) : Bahannya dari kayu dipakai waktu tari topeng ketika pesta turun.
  35. SONDI TANDUK : Bahannya dari tanduk dan kayu diukir dan dipahat bentuk patung manusia mengendarai hoda-hoda. Dipakai untuk tempat pupuk.
  36. SONDI TANDUK : Bahan dari tanduk rusa berukir tutupnya dari kayu dipahat bentuk patung hoda-hoda, digunakan sebagai tempat pupuk.
  37. POHUNG (1) : Bahannya dari batu, dipahat bentuk manusia Digunakan sebagai patung penjaga kebon setelah diisikan pupuk kedalamnya
  38. POHUNG (2) : Patung penjaga kebon motif lain berasal dari desa Sigumpar.
  39. SOMBAON : Patung batu ujud kepala manusia.
  40. PANGULU BALANG : Patung batu digunakan sebagai penjaga kampung dari niat jahat orang lain, biasanya ditempatkan di benteng (parik ni huta).
  41. PATUNG HODA-HODA : Bahannya dari kayu keras, dahulu dibuat sebagai lambang kenderaan kayangan, tunggangan nenek moyang menuju kayangan. Dewasa ini juga dibuat para seniman tetapi fungsinya telah berubah dari tujuan mistik ke tujuan Dekorasi (hiasan).
  42. PATUNG KEPALA HODA-HODA : Bahannya dari kayu, kulit kambing dan bulu surai kuda dipakai untuk pelengkap tortor hoda-hoda pada waktu pesta turun.
  43. RAGA-RAGA : Bahannya dibuat dari kayu, bambu, tali siariman dan umbai-umbai dari janur daun enau. Bentuk menyerupai para-para digantungkan ditengah-tengah rumah ke pamoltak ni Ruma (balok atop rumah). Raga-raga biasanya dimiliki oleh keturunan Ompu (Saompu) fungsinya adalah untuk tempat pemujaan kepada Debata Silaon Nabolon.
  44. MOMBANG : Bahannya dari rotan, daun janur (mare-mare) digantungkan di pamaltok ruma digunakan untuk sarana pemujaan leluhur.
  45. GIRING-GIRING ULOS : Sejenis lonceng dari perunggu digunakan sebagai hiasan pada pakaian, dipakai sebagai pelengkap kebesaran pemakainya. Digunakan pada upacara adat tertentu.

KOLEKSI PARBINOTOAN (ILMU PENGETAHUAN)

  1. PUSTAHA :Duplikat dibuat dari kulit kayu ulim (laklak) bertuliskan aksara Batak berisi ilmu pengetahuan, kalender, mantera dan lain-lain.
  2. PORHALAAN (1) :Kalender Batak, dari bambu (bambu suraton) Ditulis dalam aksara Batak dilengkapi dengan gambar-gambar symbol dari peredaran bulan, digunakan untuk meramalkan hari baik untuk pelaksanaan pesta adat, langkah rejeki dan sebagainya.
  3. PARHALAAN (2) :Bahan dari bambu, diberi bertutup dari kayu diukir berbentuk patung hoda-hoda. Tabung bambu sekaligus tempat pagar (penangkal) fungsi lain sama dengan Porhalaan (1).
  4. PARHALAAN (3) :Fungsinya sama dengan Porhalaan (2), bahannya dibuat dari tulang kering hewan diberi tutup dari kayu berukir.
  5. BULU PARHALAAN (TONDUNG SAHALA) :Bahannya dari kerat bambu lepas, disusun sedemikian rupa digunakan untuk meramal hari baik.
  6. BULU PARTONAAN (1) :Bahan dari seruas bambu kecil, bertutup bambu, digunakan untuk mengirim surat atau pesan penting.
  7. BULU PARTONAAN (2) : Jenis lain dari bulu partonaan.
  8. BULU PARTONAAN (3) – ” -
  9. HOLI-HOLI PARTONAAN :Tabung surat motif lain dibuat dari tulang kering hewan diukir halus diberi tutup dari kayu motif patung hoda-hoda.
  10. GARUNG-GARUNG SONDI :Tempat menyimpan surat-surat penting, mantera-mantera don lain lain, dibuat dari seruas bamboo besar berukir halus tutupnya artistik.
  11. RUJI-RUJI BINDU MATOGA :Kalender batak dibuat dari tulang rusuk hewan digunakan oleh datu untuk meramal sesuatu.
  12. RUJI-RUJI PARMANUHAN – idem -
  13. BULU NAPUNGGURON : Bambu suraton tempat menulis sumpah oleh dua orang atau lebih yang mempertahankan kebenaran masing – masing atau orang-orang yang bertekat melaksanakan suatu niat dihadapan Datu.
  14. BULU SISURUON : Bulu Suraton yang dapat disuruh menghukum orang yang melanggar sumpah.

ALAT MENANGKAP IKAN

  1. SOLU LUNJUP :Jenis sampan khusus diair deras, bahan dibuat dari kayu Sotul, digunakan untuk kenderaan diatas air dan alat waktu menangkap ikan.
  2. SOLU JAMBANG :Sampan jenis lain yang lebih besar dari solu lunjup, biasanya dipakai di air yang tidak mengalir (di danau), fungsinya sama dengan solu lunjup dapat dipakai untuk mengangkut dua orang sekaligus.
  3. HOLE :Bahannya dari kayu dipakai untuk alat dayung.
  4. GOLI-GOLI :Dibuat dari kayu (papan) dipakai untuk tempat duduk di dalam sampan.
  5. TAHU-TAHU :Bahannya dari bambu, dipakai untuk mebuang air yang masuk kedalam sampan.
  6. BUBU TIRI-TIRI :Bahannya dari bambu digunakan menangkap ikan tiri-tiri (ikan kecil semacam ikon teri).
  7. BUBU JAHIR :Bahannya dari lidi ijuk dan tali riman, digunakan menangkap ikon jahir, pora-pora, undalap don lain-lain.
  8. BUBU IHAN :Bahannya dari lidi ijuk (Tarugit) bentuknya lebih besar, digunakan untuk menangkap ikan yang besar-besar seperti ikan mas, ihan dll.
  9. BUBU SIBAHUT :Dibuat dari bambu diikat dengan tali riman, digunakan untuk menangkap ikon lele (Sibahut).
  10. HAIL SAMBOHAN :Bahannya dibuat dari benang pancing dan arung (pimping air) digunakan untuk memancing ikan gabus, ikan lele don lain lain ikan di daerah berlumpur.
  11. HAIL HONDORAN :Bahannya dibuat dari arung panjang tali pancing (riman) pancing pelampung don timah pemberat digunakan untuk memancing ikan di air yang mengalir dan dalam.
  12. HAIL TAON TAONAN ( TABU-TABU ) :Bahannya dari tali ijuk, benang don mata pancing diberi pemberat dari batu don oelampung dari bambu dipakai untuk memancing ikan besar.
  13. DOTON :Bahan dari benang, batu pemberat, pelampung dari kayu ringan, digunakan memukat ikan.
  14. ULANGAT :Bahan dari benang, bambu dan ijuk. Benang dijalin segi empat, digunakan untuik menangkap ikan di air yang dangkal, tempatnya tetap.
  15. TAHOP :Bahan dibuat dari benang, bambu, bentuk serupa dengan sellep tetapi lebih besar, dipakai untuk menangkap ikan ditempat yang dalam.
  16. SELLEP :Bahan dibuat dari bambu dan benang digunakan untuk menangkap ikan si air yang dangkal.
  17. DURUNG :Bahannya dari bambu, rotan dan benang, digunakan untuk menagkap ikan.
  18. RADAK :Bahannya dibuat dari pakko, besi (palait), digunakan untuk menombak ikan.
  19. RADAK :Bahannya dari pakko, pada ujungnya palait dari besi, sebanyak empat buah dirompu dengan kawat digunakan menombak ikan besar.
  20. HERENGAN :Dibuat dari tarugit digunakan untuk menyimpan ikan tangkapan di dalam air agar tetap hidup sebelum dibawa pulang ke darat.
  21. SANGGE :Bahan dari bambu, fungsinya sama dengan herengan.
  22. HIRANG-HIRANG (1) :Bahan dari bambu, dianyam digunakan untuk tempat ikan tangkapan terutama jenis ikan-ikan besar.
  23. HIRANG-HIRANG (2) :Bahan dari bambu, dianyam diberi bertali dari tali ijuk digunakan untuk tempat ikan tangkapan direndam dalam air agar ikan tetap hidup.
  24. HIRANG-HIRANG (3) :Bahan dari rotan dianyam berbentuk bulat, digunakan untuk tempat ikan tangkapan” biasanya digantung diikat pinggang.

ALAT-SENJATA DAN ALAT BERBURU

  1. ULTOP : Bahan dari bambu, peluru dari biji-bijian, biasa dipakai untuk perang-perangan oleh anak-anak muda sebagai senjata, peluru ultop ini biasanya dibubuhi racun.
  2. SUMBIA (1) :Busur panah peninggalan kuno, diperoleh dari desa Sitoluama Laguboti, Bahan terbuat dari bambu dipakai untuk memanah.
  3. PULUR : Peluru anak panah dibuat dari tanah liat dikeringkan setelah dibubuhi racun (untuk perang).
  4. SIOR SUMBIA (2) :Busur panah peninggalan kuno dari desa Parhitean, dipakai untuk alat senjata, menembak burung dan binantang buruan. Pelurunya dibuat dari pulur.
  5. SIOR SUMBIA (3) :Motif lain dari Sumbia (duplikat).
  6. PANA :Duplikat busur panah dengan peluru (anak panah) dari bambu atau pakko.
  7. SIOR :Anak panah terbuat dari bambu (duplikat).
  8. AMBALANG :Jenis senjata tradisional dibuat dari tali kulit pokki digunakan untuk ayunan melemparkan batu.
  9. HUJUR (1) :Duplikat, dibuat dari besi kuningan dan gagang kayu pakko, dipakai alat berperang. Hujur, dewasa ini juga dipakai untuk berburu.
  10. HUJUR (2) : – i d e m -
  11. RABI (PODANG) :Pisau panjang dibuat dari besi, kayu don ditempat tertentu dibubuhi tembaga dan kuningan, digunakan untuk senjata terutama di dalam hutan.
  12. PARANG :Alat senjata sejenis golok dibuat dari besi.
  13. TORJANG :Motif lain dari Rabi (Podong) biasanya mengandung kekuatan magic.
  14. RAIMUNDUK :Jenis lain dari Torjang, bahan dari besi, kayu gagang dihiasi ornamen dari perak. Dipakai oleh Putri Raja didaerah Simalungun ketika pergi mandi ke sumber air/tepian sungai.
  15. PISO TUMBUK LADA :Bahan dibuat dari besi, kayu ditempat tertentu dibuat puli dipakai oleh kaum muda sebagai lambang kejantanan terutama di daerah Pak-Pak dan Tanah Karo.
  16. PALAIT :Jenis lain dari Tombak dipakai sebagai alat senjata don alat berburu.
  17. SAMBIL :Dibuat dari bambu don tali riman digunakan untuk menangkap burung dan binatang buruan.
  18. KACCI / JOBANG (1) :Bahan dibuat dari Sanggar (Pimping), lidi dan riman, digunakan sebagai sangkar dan alat memikat burung dengan satu pintu jebakan.
  19. KACCI (2) :Jenis lain dari Kacci dengan duo pintu jebakan.
  20. HUJUR BULU :Bahannya dari bambu poso pada ujung bagian pangkad diruncingi digunakan untuk menombak (berburu) binatang.
  21. PANTOM :Bahan dari pakko, dibentuk seperti tombak dipakai untuk senjata dan alat berburu binatang.
  22. PARPONGGALAHAN :Tempat mesiu dari kayu berukir.
  23. BODIL PAMURHAS :Senjata api batak. dibuat dari besi dan kayu dipakai untuk perang dan atau berburu.
  24. HUJUR SIRINGGIS :Bahan dari besi dengan gagang kayu pakko peninggalan lama dipakai untuk alat senjata.
  25. MATA HUJUR : Bahan dari besi.
  26. MATA HUJUR : Bahan dari besi.

ALAT-ALAT DAPUR TRADISIONAL

  1. DALIHAN : Tungku, dibuat dari tanah liat, dibentuk bulat setengah bola. Digunakan untuk landasan periuk tanah dan alat memasak lainnya. Tungku atau dalihan ini biasanya harus tiga buah untuk satu tempat masak dan lima buah untuk dua tempat masak.
  2. LOTING : Bahan terdiri dari besi, batu loting tanduk tempat luluk dari luluk dari pohon enau. Dipakai untuk menyalakan api.
  3. SIHAL-SIHAL : Batu kecil sebagai pelengkap dalihan (jika dibutuhkan).
  4. SOBAN : Bahan bakar untuk memasak terdiri dari kayu belah, ranting, dahan, bambu dan lain-lain.
  5. HUDON PANGALOMPAAN : Periuk tempat masak nasi, merebus air minum dibuat dari bahan tanah liat.
  6. HUDON PANGUHATAN : Hudon tano besar, untuk tempat persediaan air masak.
  7. SUSUBAN (1) : Periuk tanah bentuk lain tempat memasak ikan.
  8. SUSUBAN (2) : Susuban lain yang lebih besar digunakan tempat memasak sayur dan lauk pauk lainnya.
  9. SANGA-SANGA : Tempat memasak (Mangalhoti) Susu kerbau, bahannya dibuot dari tanah liat.
  10. SANGA-SANGA TUNDEAN : Juga disebut terde-terde dibuat dari tanah liat berbentuk piring ceper, digunakan untuk memasak ikan-ikan kecil seperti tiri-tiri, pora-pora don lain-lain.
  11. BALANGA TANO : Kuali batak dari daerah Sigaol, dibuat dari tanah liat, digunakan untuk menggongseng ikan-ikan kecil don lauk pauk lainnya. Balanga tano dahulu kala tidak banyak dipakai; alat lain dengan fungsi yang soma digunakan Sakkop (tutup periuk).
  12. SAKKOP : Adalah tutup periuk besar, selain sebagai penutup periuk, alat ini juga digunakan seperti peng-gunaan Balanga tano.
  13. HARPE DURAME : Bahan dibuat dari jerami dibentuk secara khusus untuk landasan hodun tano.
  14. HARPE HOTANG : Fungsinya soma dengan harpe durame, bahannya dibuat dari rotan yang diayam dalam bentuk khusus.
  15. HADANG-HADANGAN : Bahan dari baion, diayam don diberi bertali, dipakai untuk tempat garam, cabe dan lain se-bagainya (rempah-rempah).
  16. GEANG-GEANG : Dibuat dari anyaman rotan, digunakan untuk tempat ikan ataupun Susuban berisi ikan. Biasanya digantung di dapur agar ikannya aman dari intaian kucing.
  17. SONDUK BULU : Sendok tradisional dibuat dari bambu. Dipakai untuk menyendok nasi dari periuk.
  18. SONDUK SEAK : Bahan dibuat dari bambu, tempurung dan rotan fungsinya soma dengan sendok bambu.
  19. SEAK-SEAK BORHU : Bahan dari tempurung kelapa dasar dan tutupnya dibuat bertali (dirompu) digunakan sebagai tempat garam.
  20. TAHU-TAHU SEAK-SEAK : Bahan dari tempurung kelapa digunakan sebagai gayung mengambil air sekaligus tempat minum.
  21. GARUNG-GARUNG : Terbuat dari bambu, gunanya untuk tempat air minum.
  22. POTING : Dibuat dari bambu, diberi tali dipakai untuk mengambil air dari sumber air.
  23. LAGE-LAGE : Tikar kecil dari baion dipakai sebagai tempat duduk didapur untuk tempat makan don berdiang.
  24. RAMBOAN : Bahan dari bambu, digunakan untuk tempat cuci tangan, fungsi lain dari ramboan adalah per-sediaan Sambilu “Kulit bambu tipis” untuk sesewaktu dapat digunakan oleh sibaso (Bidan) memotong tali pusat anak yang baru lahir.
  25. PAPENE : Bahan dari kayu keras, digunakan untuk menggiling bumbu masak.
  26. PANUTUAN : Serupa dengan papene tapi lebih besar.
  27. TUTU : Alat menggiling bumbu, terbuat dari batu.
  28. LOSUNG : Terbuat dari kayu dipakai untuk menumbuk sayur-sayuran.
  29. ANDALU : Alat penumbuk (Antan), sebagai pasangan lesung dibuat dari kayu bulat dan keras.
  30. PARPALITOAN (TAGAHAN) : Bahan dari kayu don bambu dipakai untuk tempat lampu teplok.
  31. SAPA (2) : Pinggan tempat makanan sekeluarga, dibuat dari kayu nangka bentuk berkaki.
  32. SAPA (3) : Sapa dengan kaki lebih tinggi.
  33. SANGKALAN : Talenan dibuat dari kayu nangka dipakai sebagai landasan tempat mengiris, memotong dan mencincang ikan, daging dan sebagainya.
  34. PISO : Bahan dari besi dan kayu, digunakan untuk pisau dapur.
  35. PARANG : Bahan dari besi dipakai untuk pisau dapur.
  36. SEAK-SEAK BORHU (2) : Bahan dari tempurung kelapa digunakan tempat menampung gota (darah ternak yang disembelih) atau tempat dan ukuran daging binda.
  37. HARPE HOTANG (3) : Landasan periuk dari anyaman rotan.
  38. HARPE HOTANG (4) : – idem -
  39. PERIUK LOGAM (1) : Dibuat dari kuningan digunakan untuk tempat masak.

ALAT-ALAT TENUN TRADISIONAL BATAK

  1. BUSUR HAPAS : Dibuat dari bambu berbentuk busur panah (Sumbia) Digunakan untuk membusur kapas, mengembangkan dalam kondisi merata agar mudah dijadikan benang dengan sorha.
  2. SORHA TANGAN : Bahan terbuat dari kayu, papan dan besi (Kawat). Digunakan untuk memintal benang dari kapas. Roda pemintal degerakkan dengan tangan.
  3. SORHA PAT (1) : Bahan dari kayu, papan dan besi digunakan untuk memintal’ benang dari kapas, Roda pemintal digerakkan dengan kaki. Dipakai pada jaman pendudukan Tentara Jepang di Tapanuli.
  4. SORHA PAT (2) : Motif lain dari Sorha. Banyak digunakan pada jaman pendudukan tentara Jepang di Tapanuli Utara (Tanah Batak).
  5. ERDENG-ERDENG (PANGHULHULAN) : Bahan dari kayu, pakko dan bambu. Digunakan untuk menggulung (mangkulhul) benang agar mudah digerakkan waktu menyusun dianian.
  6. PANGUNGGASAN : Dibuat dari bambu, fungsinya untuk menegangkan memadatkan benang. Diolesi dengan campuran air tajin dan nasi lembek.
  7. UNGGAS : Bahan- terbuat dari ijuk digunakan untuk mengoleskan kanji (air tajin dan. nasi lembek) untuk menegangkan benang.
  8. GONGGONAN : Hudon tano besar dipakai untuk tempat mencelup benang.
  9. SOSA : Alat membuat gatip-gatip pada motif ulos. Bahan terdiri dari Seak-seak (tempurung kelapa) bahan pewarna dan bulu ayam.
  10. ANIAN : Bahan dari kayu jion dan pakko, digunakan untuk merakit benang sebelum ditenun.
  11. TUNDALAN (PAMUNGGUNG) : Bahan dari kayu nangka dipakai untuk sandaran pinggul waktu bertenun.
  12. TALI PAPAUT : Bahan dari tali ijuk dipakai waktu bertenun, fungsinya untuk menghubungkan panunggung de-ngan Pagabe.
  13. PAGABE : Bahannya dari pakko, digunakan menjepit benang tenun sekaligus pemegang benang.
  14. BALIGA : Bahan dari pelepah daun enau (hodong) digunakan untuk memapatkan benang tenunan.
  15. TURAK : Bahannya dibuat dari bambu dipakai untuk menghantar benang sirat kain tenunan.
  16. HASOLI : Dibuat dari lidi, digunakan untuk gulungan benang sirat didalam turak.
  17. SOKKAR : Bahannya dari kulit hodong (ruyung) kedua ujungnya dibuat runcing, digunakan untuk menegangkan benang guna mengatur pola tenunan.
  18. HATULUNGAN : Bahan dari kayu, digunakan untuk pemisah benang tenun, mengatur pola dan baris-baris benang.
  19. HAPULOTAN : Bahan dari kayu, fungsinya untuk mengatur benang tenun supaya tidak simpang siur.
  20. BALOBAS : Bahannya dari ruyung, digunakan untuk merapikan benang yang akan ditenun.
  21. LILI : Dibuat dari ruyung, digunakan untuk mengatur corak warna kain tenunan.
  22. PAMAPAN : Bahannya dari ruyung, digunakan untuk gantyungan benang yang ditenun.
  23. SITADOAN : Bahan dari kayu, digunakan untuk landasan kaki waktu bertenun.
  24. BALIGA SIRAT : Bahan dibuat dari pakko, digunakan untuk merapatkan (memapatkan) benang pada ujung kain ulos yang telah siap ditenun bersisikan rambu.
  25. SOSA : Bahan terdiri dari beberapa helai bulu ayam, dipakai membasahi benang tenun agar hasilnya lebih rapat dan padat.
  26. SEAK-SEAK SOSA : Bahan dari tempurung kelapa dipakai tempat air sosa ( air biasa ).
  27. SIRARA : Dipakai sebagai abit don sampe-sampe pado waktu pesta ria.
  28. BINTANG MARATUR : Dipakai sebagai abit dan sampe pada waktu pesta ria.
  29. PADANG-PADANG : Dipakai untuk sampe-sampe parompa don untuk tali-tali.
  30. SITOLU TUHO NAMARTUPE : Sampe-sampe sihadangan.
  31. SADUM ANGKOLA : Dipakai sebagai ulos sampe-sampe pada waktu pesta ria digunakan oleh wanita.
  32. SADUM TARUTUNG : Dipakai sebagai ulos sampe-sampe pada waktu pesta ria digunakan oleh wanita.
  33. SADUM TOBA : Dipakai untuk ulos sihadangon pada waktu pesta ria oleh kaum wanita.
  34. RAGI : Digunakan sebagai obit dan ulos Sihadangon.
  35. RAGI HOTANG : Dipakai sebagai abit don ulos Sihadangon (Sampe-sampe).
  36. SIBOLANG : Dipakai sebagai abit dan sampe-sampe.
  37. TUNTUMAN : Dipakai waktu pesta ria sebagai tali-tali.
  38. PINAN LOBU-LOBU : Dipakai sebagai ulos sampe-sampe.
  39. SURI-SURI : Dipakai untuk parompa dan ulos sihadangon (ulos sampe-sampe).
  40. MANGIRING : Sampe-sampe, parompa dan tali-tali.
  41. ATTAK-ATTAK : Ulos sampe-sampe dan ulos abit digunakan waktu pesta ria.
  42. RUNJAT : Dipakai untuk ulos sampe-sampe dan ulos abit, digunakan waktu pesta ria.
  43. BULEAN : Dipakai waktu pesta ria sebagai ulos abit dan sampe-sampe.
  44. RAGIDUP : Dipakai untuk ulos abit dan sampe-sampe pada waktu pesta ria.
  45. PAROMPA : Dipakai untuk gendongan dan tidak termasuk ulos adat.
  46. GOBAR : Selimut tidur, tidak termasuk ulos adat.
  47. ULOS SIBOLANG : Tenunan masa lampau.
  48. ULOS SURI-SURI : idem
  49. BINTANG MARATUR
  50. ATTAK-ATTAK
  51. TALI-TALI PADANG URSA

ALAT RUMAH TANGGA DAN PERLENGKAPAN PESTA

  1. SAPA (1) : Sejenis pinggan dari kayu nangka tempat nasi untuk makan bersama (sekeluarga). Istilah Sapa-nganan adalah identifikasi dari keadaan makan bersama dari Sapa, artinya Sapanganan identik dengan kaum kerabat, keluarga dekat.
  2. SAPA (2) : Bentuk lain dari Sapa dan lebih besar.
  3. PINGGAN PASU : Dibuat dari bahan porselen, warna Hijau keputih-putihan dipakai untuk tempat makanan pada upacara adat.
  4. PINGGAN JAROJAK (I) : Bahan dari porselen putih, dengan ornamen berwarna biru, digunakan untuk tempat makanan pada waktu pesta adat.
  5. PINGGAN JAROJAK (2) : Bahan dari porselen putih dengan ornamen warna merah bata dipakai waktu pesta adat.
  6. PINGGAN SIBULUNG GAOL : Bahan dari porselen putih kotor dengan hiasan gambar bunga dan daun berwarna hijau kebiru-biruan dipakai waktu pesta adat.
  7. PINGGAN PUTI : Bahan dari porselen putih digunakan oleh para datu pada upacara khusus Hadatuon dan upacara adat tertentu.
  8. PINGGAN BUNGA : Bahan dari porselen putih dengan gambar orna men berwarna biru, digunakan untuk pinggan Pallompanan.
  9. SAKKE PINGGAN (1) : Anyaman rotan special untuk tempat menyimpan pinggan dengan menggantungkannya di dinding atau rak rumah.
  10. SAKKE PIRING : Serupa dengan Sakke Pinggan khusus tempat piring, lebih kecil dari Sakke Pinggan.
  11. SAPA TANO : Bahan dibuat dari tanah liat dibentuk soma de – ngan sapahau fungsinya sama dengan sapa hau.
  12. SALUNG : Bahannya dari bambu, digunakan untuk tempat minum pada waktu pesta.
  13. ANDURI PANGANAN : Bentuk seperti tampi beras tetapi lebih kecil, bahan terdiri dari Rotan dan kulit bambu. Digunakan sebagai tempat makan untuk umum diwaktu pesta.
  14. POTING : Bahannya dari bambu, tali ijuk don rompu hotang digunakan untuk tempat mengambil air dari sumber air untuk persediaan air di rumah.
  15. GARUNG-GARUNG : Bahan dari bambu, dirakke (dililit) dengan anyaman rotan, digunakan tempat air minum.
  16. SIKKUP : Bahan dari rotan, dianyam berbentuk bulat, dibuat bertutup seperti hudon tano. Dipakai untuk tempat pakean, benang dan barang berharga lainnya (sekitar 50 tahun).
  17. HITANG : Bahan dari rotan, dianyam bentuk bulat, pipih dan bertutup serta bertali, fungsi soma dengan sikkup ( sekitar 100 tahun ).
  18. TABU-TABU : Bahan dari buah labu tutupnya dibuat dari kayu bentuk patung, dulu digunakan untuk tempat air minum dan dewasa ini banyak digunakan sebaqai hiasan.
  19. PARRASAN :Bahan dari baion logen (sejenis pandan) dianyam, digunakan untuk tempat beras.
  20. SANIHE : Bahan dari rotan, dianyam, digunakan untuk alas benda-benda bulat dan mudah pecah, seperti hudon, guci, guri-guri dan lain-lain.
  21. HARPE HOTANG : Dibuat dari rotan dianyam dengan bentuk khusus bagian alas berbentuk parabola, bagian bawah rata. Dipergunakan untuk landasan periuk tanah.
  22. HADANG HADANGAN (1) : Sejenis tas tangan tempat belanjaan atau barang barang bawaan waktu berpergian. Bahannya dibuat dari baion (login) dianyam secara khusus diberi bertali sehingga praktis untuk di bawa-bawa.
  23. HADANG HADANGAN (2) : Serupa dengan di atas tetapi lebih kecil, digunakan untuk tempat garam.
  24. HAJUT PARDEMBANAN : Dibuat dari daun pandan, dianyam sedemikian indah untuk tempat sirih dan kelengkapannya. biasanya digunakan oleh kaum ibu.
  25. HAJUT-HAJUT : Hajut Pardembanan motif lain dibuat dari daun Pandan Simata dan Kain merah. Berasal dari daerah Angkola.
  26. SALAPA (1) : Dibuat dari bahan kuningan (golang-golang) digunakan untuk tempat sirih.
  27. SALAPA (2) : Tempat tembakau dibuat dari kuningan.
  28. PARHAPURAN : Bahan dari kuningan dipakai untuk tempat kapur sirih.
  29. PARTIMBAHOAN :Dibuat dari kulit telor Kambing dipakai untuk tempat tembakau.HALAHATI : Bahannya dari besi, dipakai untuk membelah pinang.
  30. BALANJA : Tempat menyimpan sirih dibuat dari bambu, bertutup dari ijuk dan kayu.
  31. GONDIT : Bahannya dari kulit kerbau digunakan untuk ikat pinggang sekaligus tempat menyimpan duit (uang).
  32. HAMPIL : Dibuat dari kulit seekor anak kambing secara utuh tanpa jahitan / tambalan digunakan sebagai hajut oleh raja-raja adat dan para dukun sakti. Koleksi ini diperhitungkan telah berumur ratusan tahun.
  33. HAJUT BAG :Hajut jenis lain dari jaman penjajahan belanda. Bahan dari kulit, besi dan telah dijahit biasa dipakai laki-laki kaya don berpengaruh.
  34. HAJUT KULIT : Hajut ini dibuat dari kulit lembu yang belum disamak, biasa dipakai raja-raja adat untuk tempat sirih dan perlengkapan lainnya.
  35. TUKKOT MALLO : Tongkat orangtua umumnya bahannya dari rotan dipakai sehari-hari.
  36. TUKKOT NATUIT : Dibuat dari tanduk kerbau dihiasi dengan gelang-gelang besi putih, perak dan tembaga dipakai oleh kaum lelaki perlente, waktu berjalan-jalan ke pecan dan waktu mainondur ke pesta-pesta.
  37. TINTIN BAGANDING TUA : Bahannya dari tembaga, perak, kuningan dan Simbora (timah), digunakan sebagai hiasan jari sekaligus untuk jimat.
  38. TINTIN GOLANG-GOLANG : Dibuat dari besi kuningan bercampur tembaga. Dipakai sebagai jimat dan hiasan jari.
  39. LEANG (1) : Dibuat dari kuningan dan tembaga, diukir dengan motif khusus Singa-Singa, dipakai sebagai hiasan pelengkap kebesaran. Dipakai pada waktu pesta oleh kaum laki-laki.
  40. LEANG (2) : Bahannya dari kuningan, tembaga dan simbora, dipakai oleh kaum ibu waktu pesta-pesta.
  41. GOLANG : Bahan dari kuningan, diukir ragam hias Singa-Singa dipakai oleh kaum Bapak.
  42. PUTTU : Gelang lengan dari batu putih digunakan oleh kaum bapak dilengan sebelah kanan pada waktu pesta-pesta.
  43. GOLANG GADING : Dibuat dari gading gajah, dipakai oleh kaum bapak pada waktu pesta, letaknya di pangkal lengan kiri dan kanan sekaligus.
  44. HORUNG-HORUNG SI MATA : Bahan dari manik-manik, Simata dan Sikkoru. Dipakai sebagai kalung kebesaran oleh laki-laki maupun wanita, biasanya diwaktu pesta.
  45. HORUNG-HORUNG BONANG MANALU : Bahan dari benang pilin tiga warna dan buah rotan dipakai sebagai jimat terutama untuk anak-anak balita.
  46. SIBONG SITELPANG : Kerabu Batak, dibuat dari kuningan dan emas batak digunakan sebagai penghias telinga oleh kaum ibu dan bapak.
  47. SIBONG OTTOK-OTTOK : Kerabu batak jenis lain dipakai oleh kaum sebagai perhiasan.
  48. SORTALI (1) : Bahan dibuat dari tembaga, disepuh dengan emas batak ditempelkan paada kain merah, dipakai untuk ikat kepala (Mahkota) laki-laki pada pesta-pesta besar.
  49. SORTALI (2) : Serupa dengan Sortali kaum lelaki, tetapi motif ini khusus untuk wanita.
  50. HOHOS : Dibuat dari benang tiga warna. (merah, putih dan hitam) ditenun/disirat digunakan sebagai ikat pinggang muda-mudi di waktu pesta.
  51. RAKKE : Tempat barang-barang seperti Ulos, pinggan dan lain-lain digantungkan pada pandingdingan jabu Ruma, bahan dibuat dari rotan, kayu dan tali ijuk.
  52. HOMBUNG (2) : Duplikat dari hombung Gorga (ukiran tradisional BATAK TOBA) Dipakai untuk tempat barang & Harta.HOMBUNG : Peninggalan lama, dibuat dari kayu pinasa, diukir motif gorga Batara Siang. Dipakai untuk tempat harta don barang pusaka lainnya. Hombung ini juga berfungsi sebagai dipan untuk tempat tidur pemiliknya (Kepala rumah tangga).
  53. RUMBI (1) :Bahan dari batang pohon nangka, digunakan untuk tempat harta don barang pusaka. Koleksi ini berasal dari Lumban Gurning Kecamatan Porsea, umur ditaksir ratusan tahun.
  54. RUMBI (2) : Bahan dibuat dari kayu nangka besar, fungsinya untuk tempat menyimpan harta benda dan barang pusaka. Diperoleh dari desa Hinalang Balige, umur ditaksir ratusan tahun.
  55. HOTANG PARRAMBUAN : Dibuat dari rotan dianyam berbentuk periuk tanah digunakan untuk tempat pakaian, ulos dan lain-lain.
  56. HUDON PARRAMBUAN : Hudon tano (periuk tanah besar) digunakan untuk tempat barang, pakaian, ulos dan sebagainya.
  57. TAGAN : Tempat barang berharga (barang-barang Mas dan Perak) bentuk mini dari hombung motif Samosir dibuat dari kayu keras (Pokki). Diukir dalam bentuk dan komposisi yang harmonis.
  58. SONDI : Sejenis tagan dari daerah Simalungun, fungsinya sama dengan tagan motif Samosir dibuat dari kayu nangka.
  59. LAGE-TIAR : Dibuat dari “bayon login” = daun pandan, dianyam dipakai untuk alas/tempat duduk don tempat tidur.

ALAT-ALAT PERTANIAN

  1. ANSUAN : Bahan dari batang pohon enau (pakko) dipakai untuk mengolah tanah sawah pada tahap permulaan (sebagai cangkol).
  2. ORDANG : Bahan terbuat dari pakko, digunakan untuk alat melobong tanah untuk tempat benih padi ditanami, biasanya di lahan kering dengan tanah keras.
  3. PANASAPI : Gagang dibuat dari pakko mata dari tulang sasap (belikat) kerbau, dipakai untuk membersihkan dan meluruskan pematang sawah.
  4. PANGALI :Gagang dibuat dari kayu mata dari besi, dipakai untuk menggali tanah disamping fungsi lain seperti Panasapi.
  5. SORHA-SORHA : Bahannya dari pakko, kayu, dipakai untuk perlengkapan membajak sawah jika menggunakan seekor kerbau.
  6. PANGGU :Alat mengolah tanah yang lebih muda dipakai untuk menggemburkan tanah. Bahannya dari kayu dan besi.
  7. AUGA : Bahannya dari kayu dan pakko, perlengkapan membajak sawah dengan menggunakan duo ekor kerbau.
  8. NINGGALA : Dibuat dari kayu jior dan pakko, dipakai alat membajak/ menggemburkan tanah ditarik oleh kerbau.
  9. SISIR : Dibuat dari kayu, pakko dan bambu, digunakan untuk menggemburkan tanah dalam proses lanjutan setelah siap dibajak.
  10. TOPPI : Bahan dibuat dari Rotan, dianyam digunakan untuk mengikat leher kerbau waktu membajak/ menyisir sawah.
  11. HUNDALI :Terbuat dari kulit kerbau biasanya dari bagian leher. Digunakan untuk mengikat Ninggala/Sisir dengan sorha atau auga waktu membajak sawah.
  12. TEAL-TEAL : Bahan dibuat dari pakko dan kayu digunakan untuk kendali kerbau waktu membajak.
  13. BATAHI (1) : Dibuat dari rotan digunakan sebagai cambuk pemukul kerbau.
  14. BATAHI (2) : Dibuat dari bambu.
  15. GAIR-GAIR SIDUA RAJA (1) :Tangkai dibuat dari pakko gagang dari tunggul bambu (Taruntung bulu) matanya duo buah dibuat dari pakko digunakan untuk menggemburkan tanah.
  16. GAIR-GAIR SIDUA RAJA (2) :Fungsinya soma dengan diatas pada bagian mata ditambah dengan besi.
  17. GAIR-GAIR SITOLU RAJA : Gair-Gair bermata tiga dibuat dari pakko dilengkapi dengan mata besi, digunakan untuk menggemburkan tanah.
  18. GAIR-GAIR SIOPAT RAJA : Gair-Gair bermata empat digunakan untuk menggemburkan tanah tarutama yang berlumpur.
  19. TALI HOTANG : Bahan dari ijuk pada kedua ujungnya terdapat duo buah tuhe dari bambu digunakan untuk menentukan atau meluruskan pematang sawah.
  20. TUHE :Bahannya dari bambu, untuk tanda patok sawah.
  21. ROGO PANDABUI : Tangkainya dibuat dari pakko, dari kayu dan matanya dari untuk meratakan permukaan sebelum ditanami bibit padi.
  22. ROGO PANGALESLES : Serupa dengan Rogo Pandabui tetapi mata rogonya lebih pendek, fungsinya untuk mehgha – luskan permukaan tanah untuk siap ditanami same. ( Tunas padi ).
  23. HUDALI (OBBAK-OBBAK) : Sejenis cangkul kecil dari pakko dengan tangkai bambu dipakai untuk menyiangi rumput dari ce-lah-celah bibit padi.
  24. GURIS :Terbuat dari kayu dan besi dipakai untuk menyiangi sawah.
  25. PANGGOLE : Bentuknya seperti Hudali besar, bahannya dari Pakko, digunakan untuk memberi jalan air agar merata setelah sawah siap disiangi.
  26. HARANG :Sejenis keranjang dibuat dari kulit bambu, digunakan untuk tempat membawa abu dapur atau-pupuk kandang ke sawah untuk memupuk tanaman.
  27. HIRANG : Serupa dengan Harang tapi lebih kecil, biasanya dibawa sekaligus dua buah dengan memakai pikulan atau Hallungan.
  28. HALAK-HALAK : Orang-orangan dari ijuk berfungsi sebagai penjaga sawah dari serangan burung.
  29. TALI HOTOR-HOTOR : Tali ijuk yang menghubungkan Halak-halak dengan penjaga sawah didangau. fungsinya untuk menggerakkan halak-halak.
  30. OTAM SAMBILU :Terbuat dari kulit bambu (Sembilu) dipakai untuk alat menuai padi, alat ini tidak dipakai lagi dewasa ini.
  31. SASABI TATAMBAL : Bahan dibuat dari besi dengan gagang dari kayu. Sasabi jenis ini dapat dilipat dipakai untuk menyabit padi.
  32. SASABI RAHAT : Serupa dengan Sasabi Tatambal, tetapi tidak dapat dilipat.
  33. SARUDAN :Alat pegangan tradisionil. Waktu mardege (melepaskan padi dari batangnya dengan cara menginjak-injaknya secara teratur).
  34. AMPANG PARMASAN :Bakul tradisionil Batak Toba terbuat dari rotan, dianyam, isi sekitar 20 liter, digunakan untuk takaran padi. Ampang jenis ini juga digunakan dalam upacara-upacara adat.
  35. AMPANG PAPALIAN : Ampang jenis lain dengan isi sekitar 16 liter digunakan untuk upacara-upacara adat seperti tempat padi dan sijogaron pada upacara kematian orang-orang tua yang sudah beranak, bercucu.
  36. AKKUT-AKKUT : Ampang jenis lain yang lebih kecil is! _+ 8-10 liter, digunakan untuk ukuran padi pemberian kepada Raja Bandar (Pengurus tali air). Ampang jenis ini juga digunakan untuk tempat Ompu-Ompu pada upacara penguburan orang tua yang sudah mempunyai cicit.
  37. RAGA : Sejenis anduri dengan anyaman agak menerawang, dipakai untuk kipas waktu memisahkan bulir padi dari merang. Raga juga digunakan untuk alat menampi padi atau beras, bahannya dibuat dari kulit bambu dengan Rotan, sebagai gagangnya.
  38. PARRASAN (1) : Tempat padi atau beras dibuat dari bayon (sejenis pandan) dianyam. Isi sekitar 3 Kaleng ( 60 ltr).
  39. 39. PARRASAN (2) :Isi 2 (dua) Kaleng.
  40. PARRASAN (3) : Isi 1 (satu) Kaleng.
  41. PANUNUHAN (1) :Sejenis Parrasan dengan bentuk khusus. Tempat memikul padi dari sawah kerumah, dipikul dipundak laki-laki. Isi 3 Kaleng.
  42. PANUNUHAN (2) :– idem — Isi 22 Kaleng.
  43. ANDOK-ANDOK :Serupa dengan parrasan tapi kecil isi sekitar 1 Liter, biasanya digunakan tempat nasi (tugo) ke ladang atau waktu berpergian.
  44. SOLUP : Terbuat dari bambu, sebagai takaran padi, atau beras.. Ukuran isi sekitar 2 ltr. Solup tidak sama besarnya, jika terjadi suatu transaksi yang dipakai adalah Solup yang didatangi. Dalam hal ini ada ungkapan adat “Sidapot Solup do naro” artinya kita harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana kita berada.
  45. GARUNG-GARUNG(1) : Sebuah tabung dari bambu dililit (dirompu) dengan rotan agar tidak mudah pecah. Tutupnya dibuat dari kayu. Digunakan untuk tempat air minum.
  46. TABU-TABU IRAWANG : Tempat air minum terbuat dari kulit buah labu (tabu-tabu) yang dikeringkan. Labu ini dirompu dengan jalinan rotan.
  47. GARUNG-GARUNG (2) :Garung-Garung jenis lain tempat perahan susu kerbau.
  48. GARUNG-GARUNG (3) :Serupa dengan garung-gatung (2)
  49. HUNTAM :Bahannya dibuat dari jalinan rotan talinya dari ijuk. Dipakai untuk menutup mulut anak kerbau agar tidak menyusu terus menerus terutama dimalam hari, tujuannya agar susu induk kerabau dapat diperah dalam jumlah banyak. Susu kerbau tersebut jika dimasak (dialhoti) secara khusus merupakan lauk tradisionil khas Batak namanya Dali ni horbo atau bagot ni horbo.
  50. SAKKAK : Songkok ayam dibuat dari bambu, untuk tempat ayam bertelor dan mengeram.
  51. SAKKAK HERENGAN : Songkok jenis lain dan lebih besar. Dipakai untuk tempat ayam yang baru menetas agar terhindar dari sambaran burung elang.
  52. SUNUT :Tempat anak ayam dari bambu yang dianyam.
  53. HALUNG-HALUNG : Terbuat dari bambu dikalungkan ke leher ternak babi, agar tidakleluasa memasuki lading (Porlak).
  54. PALAKKA :Dibuat dari kayu, dilobangi (dikorek agak dalam, dan besar) digunakan untuk tempat makan ternak babi.
  55. GONTA-GONTA :Dibuat dari kayu pinasa diikatkan dileher lembu agar gembala mengetahuinya dimana lembu tersebut berada, terutama jika digembalakan di hutan atau dalam jurang.
  56. HALUNG-HALUNG :Dibuat dari bambu untuk halung-halung lembu.
  57. SIGE : Sejenis tangga, dibuat dari sebatang bambu duri tangga ini gampang dipindah-pindahkan sehingga cda umpasa mengatakan “Sige do tumandangi bagot” artinya Sepatutnya lelaki yang mendatangi perempuan.
  58. TEKTEK PAMBALBAL : Sejenis palu dari kayu ringan digunakan untuk membalbal (memukul-mukul) miang bagot, untuk mendapatkan nira atau tuak.
  59. PISO PARAGAT :Jenis pisau tipis, khusus untuk mengiris miang (1) bagot (enau).
  60. PISO PARAGAT (2) : – idem -
  61. HANDI : Dibuat dari bambu diberi tali dari ijuk dipakai untuk tempat tuak atau air.
  62. POTING: Handi Jenis lain.
  63. HUDON TUKKAP : Periuk tanah, dirakke (dijalin) dengan tali ijuk dipakai untuk tempat tuak.
  64. LAMAN :Alas periuk tanah dibuat dari jerami.
  65. HARPE :Alas periuk tanah dibuat dari jalinan rotan.
  66. HAJO : Tempayan tempat tuak dibuat dari tembikar.
  67. SEAK-SEAK ( BOKKOR ) : Bahan dari tempurung kelapa digunakan untuk cangkir tuak.
  68. TAKKIK :Sejenis tukil (pahat) alat melobang pohon kemenyan untuk mengambil getah kemenyan.
  69. TALl POLANG : Jenis tali ijuk untuk memanjat batang kemenyan.
  70. GURIS HAMINJON : Dibuat dari besi dengan gagang kayu untuk mengambil getah kemenyan.
  71. PARANG : Terbuat dari besi digunakan untuk bermacam-macam keperluan pertanian.
  72. RABI :Terbuat dari besi, digunakan untuk membuka jalan disemak belukar dan untuk memotong ranting pohon, bambu dan lain-lain.