Rabu, 27 Mei 2009

MANGALAPATI ARI SITOLUPULU


DALIHAN NA TOLU :
SOMBA MARHULA HULA
MANAT MARDONGAN TUBU
ELEK MARBORU


1. ARTIA
Sada ari nauli mamukka sihataon/ulaon pesta tonggo raja

2. SUMA
Ari sidua pat manisia dohot pidong, ulaon na hombar sadari i marburu tu harangan, marsabbil, mangkatai

3. ANGGARA
Ari na rimas mangulahon pangurupion, mambahen ubat, mangarabi, molo marburu ingkon dapotan

4. MUDA
Ari si opat-opat/mangarabi hauma, manabur boni, ulaon pesta pe denggan do

5. BORASPATI
Sadarion boi do pajongjong jabu, mamongkot jabu, mamungka martiga-tiga

6. SIKKORA
Naeng mangalangka, tu luat naleban/mangaranto, mangalului karejo, mamungka martiga

7. SAMISARA
Ari ni raja, boi do mambahen pesta bolon (gondang) naung tnontuhon ni raja adat dalihan na tolu

8. ARTIA NI AEK
Sada ari nauli naeng mangulahon pesta, si las ni roha (marsianjuan) mamokkot jabu, alai marsada ni roha ma hamu mangulahon nasa ulaon

9. SUMA NI ANGGARA
Hurang do ulina ari sadari on mangulahon nasa ulaon, boi do martaontaonan, tu ladang/aek, marburu, marsabbil, mangkail

10. ANGGARA SAMPULU
Na rimas do ari sadari i, jadi ingkon manat manghuling, lobi hasuhuton bolon, pangoli anak/pamuli boru, paampehon holi tu batu na pir (marhata ogung)

11. MUDA NI MANGADOP
Mariaia do nasa ulaon

12. BORASPATI LANGKOP
Mangadopi raja, parpangkat, mandapothon raja, na boi pangunsandean raja, dalihan na tolu

13. SIKKORA LAMBOK
Pangoli anak/pamuli boru, manuan ompu-ompu, partanda, parbalohan, mangebati natuatua, hula, boru, mamokkot jabu, dibagasan tangiang

14. SAMISARA PURNAMA
Ulaon harajaon bolon, mangido pasu-pasu, paebathon tu ompungna

15. TULA
Losok do roha sadari onm denggan do manuan harambir, mangarabi, marsonang-sonang

16. SUMA NI HOLOM
Papunguhon sisolhot dohot angka tutur, mangido tangiang tu Mulajadi Nabolon, denggan sadarion mambahen taontaonan

17. ANGGARA NI HOLOM
Ulaon parsili ni tondi, buang sial, maranggir, mangarabi, tu balian

18. MUDA NI HOLOM
Manabi eme, marbabo, mandok mauliate tu Mulajadi Nabolon

19. BORASPATI NI HOLOM
Pajongjong sopo sopo di balian, pajongjong batu ojahan, pature tangga ni jabu

20. SIKKORA MORA TURUN
Mamulung nasa daon (ubat) ni sahit na adong, mamokkot jabu, laho borhat mangaranto, tu luat sileban, paampehon holi tu batu na pir

21. SAMISARA MORA TURUN
Buang sial mangido tangiang, manaon (sabbil), bubu, mangkail

22. ARTIA NI ANGGARA
Mambahen daon (ubat) mamungka mangarabi, ulaon parsili ni tondi, mangido gogo tu Mulajadi Nabolon

23. SUMA NI MATE
Mambahen taon-taonan, marburu, marjala, mangkail tu aek

24. ANGGARA NI BEGU
Palambok ate ate, mangido tangiang, mambahen daon (ubat), pasahat hamauliateon

25. MUDA NI MATE
Jumpang ma tingkina, mangarabi hauma, mangaranto, tu luat sileban

26. BORASPATI NA GOK
Pasahat sulang sulang tu natua tua, tu hula hula, pangoli anak/pamuli boru

27. SIKKORA HUNDUL
Parsili ni tondi, buang sial, mangido tangiang, mambahen daon (ubat), marburu, mangkail

28. SAMISARA BULAN MATE
Bangkol manghatai, manat mangalangka, mambahen si pir ni tondi, marburu, mangkail

29. HURUNG
Humurang do uli ni ari, sadarion dohot mangalangka pe hurang do ulina

30. RINGKAR
Mangujungi panghataion naung tinaringotan hian unang marsihosoman roha, paampehon holi tu batu na pir

Sabtu, 23 Mei 2009

Tanah Tuhan

Punt, Pancur, Fansur, Tanah Tuhan dan Batak

Pelayaran orang Mesir kuno ke berbagai belahan dunia telah dikrtahui brmula sekitar 4000 tahun yang lalu. Setidaknya berbagai literatur dan bukti-bukti sejarah telah mengarah kepada adanya pelayaran kuno yang bahkan telah sampai ke benua Amerika beberapa abad sebelum ditemukan oleh Colombus.

Para arekeolog telah menemukan sisa-sia kapal berusia 4000 tahun, kapal tertua yang menjelajahi lautan dunia, di goa-goa dekat Laut Merah. Keenam goa buatan manusia itu digali di Wadi Gawasis, sekitar 13 mil (21 Kilometer) selatan pelabuhan Safaga. Kapal itu mungkin merupakan salah satu dari beberapa kapal yang digunakan Ratu Mesir Hatshepsut untuk ekspedisi perdagangan ke selatan Laut Merah pada sekitar 1500 SM.

Beberapa benda ditemukan seperti papan-papan dan kayu-kayu dek, dayung, kotak-kotak kargo, jangkar-jangkar batu, pot-pot tembikar, dan gulungan tali yang masih utuh di dalam gua. Kondisi papan kayu dan artefak yang lain tersebut mengindikasikan bahwa orang-orang Mesir tampaknya membawa kapal-kapal itu dalam bentuk kepingan sejauh 90 mil (145 kilometer) dari padang pasir terbuka menuju Laut Merah, di mana kemudian kapal tersebut dirakit menjadi sebuah kapal yang utuh.

Huruf hieroglif pada pot tembikar dari goa tersebut memperlihatkan detail ekspedisi perdagangan ke Punt. Punt atau yang diartikan Tanah Tuhan, merupakan pusat perdagangan yang misterius dari mana orang-orang Mesir memperoleh dupa (kemenyan) dan barang-barang berharga lainnya.

Para akademisi bertahun-tahun memperdebatkan letak Punt serta bagaimana orang Mesir pergi dan pulang dari tempat yang menjadi “dongeng” itu. Inilah yang menjadi masalah? Di manakah Punt itu sebenarnya? Bila kita melihat bahwa tujuan pelayaran tersebut adalah mencari dupa, bukankah dari dulu kala tempat muasal dupa dan kemenyan adalah di tanah Batak. Apakah Punt tersebut adalah Pancur, Pansur atau Fansur atau yang disebut oleh orang Cina dengan istilah P'o-lu atau P'o-lu-shih??? Dari manakah Ptolemy menemukan Barus, Tanah Batak, di abad ke-2 SM, kalau bukan dari tradisi berlayar bangsa Mesir sejak zaman kuno?

Dalam tulisannya La Cola del Dragón, Paul Gallez mengemukakan sebuah perkiraannya yang menjelaskan pelayaran kuno ke tanah yang jauh yang sampai sekarang masih misterius. Sebuah pelayaran yang dikatakan menuju Tanah Punt (Richard Hennig, Terrae Incognitae, 4 vols, Leiden, Brill 1950, in vol. I, pages 5-13).

Inilah sebuah pelayaran yang pernah dikenal dalam sejarah (mungkin saja sebelumnya ada) yang dikirim oleh Dinasti kelima Fir’aun, dalam pemerintahan Sahure sekitar 2550 SM. Kapal-kapalnya dikatakan membawa kembali kemenyan (dupa), myrrh, emas, perak, kayu-kayu berharga (meranti? yang menjadi andalan tanah Batak) dan para budak, dari Punt dan tanah-tanah dan pulau di sekitarnya.Walaupun begitu, tidak semua barang-barang tersebut didapatkan dari Punt, ada beberapa nama yang disebutkan dalam perjalanan tersebut.

Dinasti Fir’aun dari pemerintahan Asa (Isei) mengulangi ekspedisi Sahure, dan pada tahun 2400 SM dia juga mengirimkan armada lautnya ke Punt. Salah satu putri kaisar dinasti yang keenam tersebut dimasukkan ke peti jenazah untuk dibawa ke Tanah Kematian, bibirnya diwarnai dengan logam keputihan, sebuah benda yang benar-benar belum dikenal di Mesir dan negara-negara tetangganya. Batu yang berada di pusaran Knemhopet, seorang nakhoda dari pulau Elephantine yang telah melakukan sebelas kali perjalanan ke Punt, mempunyai penanggalan yang sama dengan periode perlayaran tersebut (Paul Herrman; La aventura de los primeros descubrimientos, Labor Encyclopaedia, 1967).

Selama pemerintahan Dinasti yang kesembilan, Fir’aun Seanjkare mengirimkan beberapa ekspedisi ke tanah misterius tersebut dengan keberhasilan yang sama. Perjalanan yang paling berhasil dan paling terkenal adalah yang diorganisir oleh Ratu Queen Hatshepsut (kadang-kadang dipanggil Hacheput, Hatcheposut, Huschpeswa, Hatashopsitu, Hachepsowe, Hatasuput and Hatscheposut, 1501-1482 SM) yang diabadikan dalam tulisan di kuil Deir-el-Bahari. Kuil ini dibangun atas prakarsa Ratu di Thebes untuk mengenang jasa-jasa Amen-Ra.

Kekuatan utama dari ekspedisi Ratu terbuat dari lima kapal raksasa untuk ukuran saat itu dengan tiga puluh pelaut per kapalnya. Mereka berlayar menuju ke selatan Laut Merah dan menempuh waktu selama tiga tahun.

Salah satu inskripsi di kuil Deir-el-Bahari mengemukakan: “Penduduk di sana bertanya: Bagaimana kalian bisa sampai ke sini yang belum diketahui oleh manusia? Bagaimana kalian terbang ke sini melalui langit atau apakah kalian sampai ke sini melalui Samudera Luas dari dari arah Tanah Tuhan?” (Richard Hennig: Terrae Incognitae, 4 vols, Leiden, Brill 1950, I, 5, Ophir).

Diyakini bahwa penduduk yang bertanya tersebut adalah penduduk Benua Amerika. Sementara Samudera Luas yang dimaksud adalah Samudera Pasifik dan tanah yang dilalui mereka atau Tanah Tuhan yang dimaksud adalah sebuah daerah sebelum Samudera Pasifik yang menjadi pusat perdagangan saat itu yakni Barus.

Untuk sekedar diketahui, Benua Amerika khususnya peradaban Maya telah melakukan kontak hubungan sejak 4000 tahun yang lalu dengan peradaban Batak yang ditunjukkan dengan adanya transfer teknologi pembuatan kertas dari kulit kayu dari Bangsa Batak ke Bangsa Maya.

Dari legenda kehidupan Ramses IV dari Harris Papyrus di British Library, Ramses III diketahui mengirimkan ekspedisi terakhirnya dalam jumlah besar sekitar 10.000 orang ke Punt sekitar 1180 SM. Sementara itu ekspedisi yang paling terkenal ke Barus terjadi pada sekitar abad ke-2 M oleh Ptolemy.

Para ahli dari Mesir tidak pernah sepakat mengenai makna dari Tanah Punt tersebut. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah Eritrea, Somalia, Zimbabwe, Hadramaut atau India. Tapi melihat dari lamanya berlayar dan muatan-muatan yang mereka bawa yang dimaksud Punt tersebut kemungkinan besar adalah Barus yang juga dikenal dengan nama Pancur yang merupakan penghasil satu-satunya kemenyan dan emas sejak zaman kuno. Kemungkinan besar pula, dari Barus mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke timur melewati Samudera Pasifik sampai ke Benua Amerika yang dihuni oleh Bangsa Maya.
Orang Libya-Mesir Di Amerika Kuno

Pelayaran-pelayaran Dinasti tersebut di atas juga menjadi sangat menarik dengan keberadaan beberapa manuskrip di Benua Amerika, yang menunjukkan adanya pelayaran kuno yang sangat berhasil dari Mesir (Afrika) ke Amerika melalui Nusantara (Barus atau Punt) melewati Samudera India dan Pasifik.

Paul Gallez, menjelaskannya dalam Predescubrimientos de América (Instituto Patagónico, Bahía Blanca 2001, p 52 onwards), yang mengatakan bahwa pada tahun 1976, Barry Fell (América A.C. Los primeros colonizadores del Nuevo Mundo. México, Diana 1983) telah memberikan sebuah terjemahan sebuah inskripsi yang terdiri dari tiga bahasa yang ditemukan di perkuburan di Davenport, Iowa. Inskripsi tersebut terdiri dari bahasa Mesir, Funisia dan Libya.

Batu tersebut bertanggal 800 SM, dalam pemerintahan Dinasti Mesir yang ke-21 yang berpusat di Libya. Kalimat-kalimatnya menjelaskan masalah-masalah astronomi, agama dan tradisi-tradisi dengan huruf-huruf Mesir kuno. Menurut para ahli, mumi-mumi Mesir yang diawetkan dalam masa yang sama menggunakan tembakau dan kokain, dua produk khas dari Amerika. Pemumian di Mesir menggunakan berbagai bahan yang berbeda untuk masa yang berbeda, diyakini kemenyan dan kafur dari Barus juga digunakan sebagai bahan dasar untuk pemumian.

Orang-orang India Micmac dari Arcadia, Kanada, dikatakan dapat membaca tulisan-tulisan hieroglif Mesir kuno yang menunjukkan adanya hubungan antara Mesir dan Amerika zaman kuno. Misteri ini semakin menarik saat diketahui bahwa orang-orang Micmac percaya bahwa mereka menggunakan tulisan-tulisan gambar Mesir dan mereka mempelajarinya dari orang-orang Mesir. Bahkan orang-orang India Algonquin, diketahui, setiap tahun mengadakan upacara untuk menandakan perayaan kedatangan nenek moyang mereka ke Amerika dari laut seberang, namun mereka tidak tahu dari mana asal muasalnya.

Dalam bab yang lain, Fell menunjukkan sebuah inskripsi yang ditemukan di Texas, ditulis dengan bahasa Libya dengan menggunakan huruf Olgam, yang menceritakan kedatangan para pelaut dari sebuah kapal yang dimiliki oleh Raja Shishong, nama dari beberapa raja yang memerintah antara tahun 1000 sampai dengan 800 SM.

Barry Fell yakin bahwa koordinat yang ditemukan di batu prasasti yang ditemukan di Tinguiririca (34º 45´S) merupakan klaim teritorial Mesir. Prasasti tersebut ditemukan oleh Karl Stolp di sebuah gua di Andes pada tahun 1885 dan dipublikasikan pada tahun 1877 di jurnal Sociedad Científica de Chile.

Di tahun yang sama, pada bulan Oktober 1974, Barry Fell menelitik artikel Karl Stolp dengan menjelaskan kembali batu prasasti Tinguririca dan menemukan bahwa tulisan batu tersebut juga menunjukkan bahwa ekspedisi yang sama juga telah singgah di New Guinea. Fell menerjemahkannya sebagai berikut:

“Bagian selatan dari pantai dicapai oleh Mawi. Wilayah ini terdiri dari wilayah tanah pegunungan di bagian selatan, klaim kapten tersebut diwujudkan dalam bentuk proklamasi tertulis atas kepemilikan atas tanah. Armada kapal mencapai batas-batas selatan. Atas nama Raja Mesir, permaisuri dan putera mahkota, nakhoda kapal mengklaim tanah yang memanjang sekitar 4000 mil yang terdiri dari bebatuan, tanah tandus dan sampai ke atas.
Tanggal 5 Agustus, Tahun Keenam Pemerintahan Raja.”

Di saat itu, Fir’aun yang memerintah adalah Ptolemy III Evergetes, nama permaisurinya dalah Berenice dan putera mahkota adalah Fir’aun masa depan yakni Ptolemy IV Philopathor. Bahasanya menggunakan bahwa Libya, yang berhubungan dengan bahasa Mesir dan Maori Kuno; Tulisan Libya telah digunakan selama berabad-abad di Selandia Baru sampai abad ke-15 Masehi. Kemampuan Fell menerjemahkan bahasa Libya dan Maori telah membuat para ahli serius dengan temuannya ini.
Torquetum: Alat Navigasi Kuno

Torquetum adalah instrumen pintar yang dapat digunakan untuk menghitung koordinat tanpa penghitungan rumus-rumus lainnya. Alat ini disebut dengan nama “tanawa” sebelum masehi dan kemudian disebut dengan torquetum pada tahun 1492. Alat ini dapat mengukur jarak bulan dan benda-benda luar angkasa lainnya. Dengan bantuan tabel-tabel astronomi juga dapat mengukur secara kasar koordinat longitudinal.

Alat ini ditemukan di berbagai tempat di dunia. Salah satunya adalah di pantai McCluer dekat Sosora, Irian Jaya di sebuah gua yang disebut Gua Para Nakhoda. Sebuah prasasti kuno telah ditemukan di gua tersebut oleh Barry Fell pada tahun 1970. Dijelaskan bahwa pada tahun 232 SM, sebuah armada Mesir, yang terdiri dari enam kapal dengan komando Rata dan Mawi, seorang teman dari Eratosthenes, berlayar dari Laut Merah dan sampai ke pantai barat Amerika. Informasi ini disampaikan oleh Rick Sanders “Ancient navigators could have measured the longitude”, Oktober 2001, diterbitkan di 21st. Century Science & Technology Magazine. Sebuah prasasti yang berhubungan dengan yang ditemukan di Irian Jaya tersebut juga ditemukan di Tiguiririca (Cili), 34º 45´ S.
Kesimpulan

Argumen-argumen mengenai eksistensi Tanah Batak sebagai Punt atau Tanah Tuhan adalah sebagai berikut:

1. Adanya Barus atau Pancur sebagai Bandar pelabuhan kuno di tanah Batak. Barus telah diakui pernah disinggahi oleh Ptolemy di abad ke-2 M dan itu berdasarkan kepada peta yang dibuat sebelum zaman tersebut.
2. Kemenyan dan dupa, sejak zaman dahulu kala hanya ditemukan di Tanah Batak yang didapat melalui Barus. Mungkin saja kemenyan dapat ditemukan di belahan bumi lainnya, namun fakta sejarah mengatakan transaksi kemenyan yang paling lama ditemukan adalah di Barus. Dan kemenyan dari daerah ini merupakan mutu yang terbaik.
3. Di Barus juga ditransaksikan berbagai logam mulia dan didukung oleh adanya tambang-tambang emas kuno di banyak tempat di Tanah Batak yang tentunya mengundang berbagai bangsa untuk datang berdagang alias membelinya.
4. Terdapat banyak literatur yang mengarah kepada dupa dan kemenyan yang di dapat dari Barus yang diperkuat oleh ketertarikan Bangsa Arab, sebagai bangsa yang paling mengenal peradaban Mesir, Romawi dan Yunani Kuno, untuk mendatangi Fansur dengan sebutan berbagai keistimewaannya.
5. Gambar Naga Padoha diyakini mempunyai kesamaan dengan salah satu gambar dalam karya Ptolemy yang menguatkan eksistensi Barus dan Tanah Batak sebagai Bangsa yang beradab sejak dahulu kala.
6. Adanya hubungan budaya antara Batak dan Maya di benua Amerika yang diperkuat dengan kesamaan budaya teknologi kertas khususnya Maya Yucatan. Yang menunjukkan adanya pelayaran Batak Kuno menuju Benua Amerika melalui Samudera Pasifik
7. Barus dan Tanah Batak merupakan tempat transit pelayaran kuno dari berbagai bangsa kuno, khususnya India dan Cina yang tidak tertutup kemungkinan dari Mesir dalam perjalanan mereka ke timur melewati Samudera Pasifik.
8. Terdapat hubungan budaya yang sangat dekat antara Bangsa Maori di Selandia Baru dengan Mesir dari budaya Libya kuno. Tulisan Libya Kuno pernah dipakai berabad-abad di Selandai baru sampai abad ke-15 M. Kemungkinan besar Bangsa Libya kuno telah lalu lalang dari Afrika menuju Selandia Baru dan titik transit kuno yang paling logis adalah Barus.
9. Tanda bukti pelayaran Kuno Mesir-Libya ke berbagai negara khususnya Amerika telah terbukti dengan temuan prasasti di Irian Jaya dan Cili. Titik-titik ini merupakan jalaur-jalur pelayaran kuno dari Afrika Utara ke Amerika melalui Nusantara selain pelayaran kuno jalur Cina yang juga banyak mengambil jalur di Nusantara Indonesia. Pelabuhan tertua di Nusantara Indonesia adalah Barus.
10. Mengapa disebut Tanah Tuhan??? Pertama karena agama-agama pagan kuno banyak menggunakan kemenyan dalam ‘berkomunikasi’ dengan tuhan-tuhan mereka, dan kemenyan hanya tumbuh di Tanah Batak. Kedua, Produk lain seperti benzoin, kapur dan lain sebagainya yang bermanfaat untuk pengobatan dan pemumian di dapat di Tanah Batak. Apakah ini dapat diperkuat bahwa hanya di Tanah Bataklah sebuah legenda manusia pertama diciptakan langsung oleh Mulajadi Nabolon, tentunya, selain dari informasi Kitab Suci, teori evolusi Darwin dan kepercayaan Sinto.
11. Di berbagai tempat sebelum masuknya Belanda, di tanah Batak juga mengenal tradisi pemumian mayat yang menandakan hubungan kultur yang sangat erat antara Batak dan Mesir kuno, sehingga misteri “Tanah Punt” semakin mudah untuk dipahami.

Mungkin cerita di bawah ini sangat mengada-ngada tapi fakta-fakta di atas sepertinya membuat cerita ini semakin menarik. Dulu, di Bonapasogit, sesama anak-anak sering saling berbagi cerita satu sama lain. Cerita-cerita yang mereka dapat dari orang tua masing-masing. Salah satu cerita tersebut adalah mengenai kedatangan pelaut Mesir ke Barus. Karena sesuatu hal, mereka tidak dapat kembali ke negerinya dan menetap di huta-huta dekat pantai. Tiga orang di antaranya berinisiatif untuk mencari tempat yang lebih nyaman.

Dari pantai mereka berjalan ke desa-desa di perbukitan dan terus menanjak ke arah timur. Setelah tiba di pegunungan sekitar Danau Toba, mereka melihat pemandangan yang sangat indah dan memutuskan untuk menetap di daerah tersebut.

Mereka mencari tempat yang sesuai yang nyaman untuk dihuni. Mereka kemudian memilih satu wilayah yang kalau dari atas dapat melihat danau mengelilingi tempat tersebut. Setelah mereka menetap di sana, barulah orang-orang Batak mengetahui bahwa tanah tersebut telah dihuni oleh tiga orang Mesir.

Ketiga Mesir tersebut akhirnya menikah dengan orang-orang yang lalu lalang dan tempat tersebut akhirnya menjadi ramai. Daerah yang ternyata adalah sebuah pulau di Danau Toba tersebut akhirnya disebut dengan Sam-Mesir. Sam adalah angka tiga yang digunakan pada zaman kuno yang berari tiga. Dan Mesir adalah nama untuk orang Mesir. Sam-Mesir yang berubah menjadi Sam-Sir berarti tanah yang dibuka dan dihuni pertama sekali oleh tiga orang Mesir. Nama Sam-sir akhirnya mengalami perubahan dan akhirnya menjadi Sam-o-sir. Huruf o yang ditengah sepertinya berguna sebagai partikel sambung seperti kata Philosophy yang berasal dari Phil-o-sophy.

Nama Samosir sendiri sekarang ini merupakan nama sebuah pulau di Danau Toba yang menjadi tujuan wisata di Parapat. Kalau dibahas, memang tidak ada arti dari Samosir dari bahasa Batak. Sama seperti beberapa nama yang juga tidak mempunyai arti seperti Toba, Dairi, Balige, dan lain sebagainya. Nama Samosir yang terkenal menjadi aneh, karena biasanya semua nama tempat di Tanah Batak biasanya mempunyai arti yang terbuat dari bahasa Batak seperti Pancur, Fansur, Dolok, Toruan, Lintong Ni Huta, Sosor Gadong, Hauagong dan lain sebagainya. Benar tidaknya cerita tersebut, tidak ada yang tahu.

Sabtu, 09 Mei 2009

Persiapan Ujian CPNS

Alamat/link untuk pengambilan contoh soal-soal ujian penerimaan CPNS di situs (mudah-mudahan belum diblokir) :

Kumpulan Soal CPNS 2001-2008 :
Reading
Bahasa Indonsia
Sinonim
Test seri
Falsafah dan Ideologi
Padanan kata
Sejarah Nasional
Aritmatika
Antonim
Logika angka
Logika Aritmatika
Test Bakat Skolastik
TPU
Logika formil
Bahasa Inggris (1)
Bahasa Inggris (2)
Kumpulan Soal 2005
Pembahasan Soal 2005

Tahun 2004
Tata Negara
TBSkolastik
Pancasila
Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
Kebijakan pemerintah

Tahun 2003
TPU
TBS
B. Indonesia
Tata negara, sejarah, uud

Tahun 2001
B. Indonesia
Menggambar
Wartegg
Koran

UUD
Amandemen 1
Perubahan ke-2
Amandemen
Amandemen lengkap
Penjelasan

UU 24 th 2003
Penjelasan UU 24 th 2003
UU 7 th 1950

TOEFL

Menpan: 2009 Pemerintah Buka Penerimaan 300.000 CPNS

Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan) Republik Indonesia Taufiq Effendi menyatakan pemerintah segera membuka penerimaan 300.000 kursi calon pegawai negeri sipil (CPNS) dari seluruh Indonesia pada tahun 2009 ini.

"Rencananya test penerimaan akan berlangsung pada bulan September 2009," kata Menpan Taufiq Effendi dalam kunjungan kerjanya di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Rabu (29/4).

Menpan juga menambahkan bahwa penerimaan 300.000 CPNS pada tahun ini diluar pengangkatan pegawai honor.

Menteri mengatakan masih menunggu rekomendasi dari Departemen Keuangan sehubungan dengan formasi penerimaan CPNS tahun 2009. Pada saat ini kami masih menunggu rekomendasi dari Departemen Keuangan," katanya.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa dari pembukaan penerimaan 300.000 CPNS yang paling banyak dibutuhkan adalah penyuluh pertanian.

Puluhan ribu tenaga honorer diangkat

Pemerintah akan mengangkat 83.487 tenaga honorer di sejumlah instansi di seluruh Indonesia menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tahun ini, dengan terlebih dahulu mengikuti seleksi.

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) Taufiq Effendi dalam Raker Komisi II DPR yang dipimpin ketua komisi itu, EE Mangindaan, di Gedung DPR/MPR Jakarta, Senin (27/4), menyebut pengangkatan tenaga honorer itu menjadi prioritas penerimaan PNS 2009.

Seluruh tenaga honorer yang diusulkan pejabat pembina kepegawaian yang didasarkan pada kebutuhan riil organisasi, telah diangkat menjadi PNS sebanyak 837.312 orang. "Sisanya sekitar 83.487 formasi akan dialokasikan pada tahun 2009," katanya.

Menneg PAN mengemukakan, pihaknya telah meminta pendapat Menkeu Sri Mulyani karena penerimaan PNS baru akan berkaitan dengan pengeluaran belanja pegawai, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Menteri mengingatkan bahwa tenaga honorer yang tercatat dalam pusat data Badan Kepegawaian Nasional (BKN) tidak secara otomatis akan mendapat Nomor Induk Pegawai (NIP) PNS karena masih harus melalui seleksi administrasi di BKN.

Kriteria tenaga honorer yang diprioritaskan akan diangkat menjadi PNS adalah karena tenaganya sangat dibutuhkan dan diusulkan oleh pejabat pembina kepegawaian.

Peluang pengangkatan ini tidak berlaku untuk mereka yang bekerja di lembaga swasta, yayasan, koperasi pegawai, BUMN, BUMD, kantor desa, KONI, Dewan Kerajinan Nasional, dharma wanita, PMI dan sebagainya.

Selain itu, tidak berlaku untuk pegawai yang penghasilanya dibiayai dari Dana Bantuan Operasional Sekolah, bantuan atau subsidi untuk kegiatan/pembinaan yang dikeluarkan dari APBN atau yang dibiayai dari retribusi.

Tidak berlaku pula bagi pegawai yang pengangkatannya dilakukan bukan pejabat pembina kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan yang ditunjuk secara sah. (ro/hr)

http://www.menkokesra.go.id/content/view/11115/1/

Selasa, 05 Mei 2009

Rumah Adat

Suku Batak terdiri dari enam kelompok Puak yang sebagian besar menempati daerah Sumatera Utara, terdiri dari Batak Karo, Simalungun, Pak-Pak, Toba, Angkola dan Mandailing. Suku Batak Toba adalah masyarakat Batak Toba yang bertempat tinggal sebagai penduduk asli disekitar Danau Toba di Tapanuli Utara. Pola perkampungan pada umumnya berkelompok. Kelompok bangunan pada suatu kampung umumnya dua baris, yaitu barisan Utara dan Selatan. Barisan Utara terdiri dari lumbung tempat menyimpan padi dan barisan atas terdiri dari rumah adat, dipisahkan oleh ruangan terbuka untuk semua kegiatan sehari-hari.

Desa-desa di daerah Danau Toba, meskipun saat ini telah kehilangan dibandingkandengan bentuk desa masa lampau, tetapi ciri yang umum masih ada bahkan pada desa-desa yang kecil, yaitu dikelilingi oleh sebuah belukar bambu. Pohon-pohon bambu sangat tinggi dan seringkali sulit untuk melihat rumah-rumahnya dari luar desa itu, kecuali didaerah yang berbukit. Di sekitar Balige, poros bangunan yang panjang mempunyai arah Utara-Selatan sedang di daerah bukit poros bangunan yang panjang sering diorientasikan secara melintang ke arah sudut-sudut yang tepat ke lereng-lereng bukit. Di daerah Samosir, poros bangunan yang panjang diarahkan ke Timur-Barat.
Pada mulanya Huta, Lumban, atau kampung itu hanya dihuni oleh satu klan atau marga dan Huta itu pun di bangun oleh klan itu sendiri. Jadi sejak mulanya Huta itu adalah milik bersama. Sebagaimana ciri khas orang Batak yang suka gotong royong, demikianlah mereka membangun Huta. Oleh karena Huta didiami oleh sekelompok orang yang semarga, maka ikatan kekeluargaan sangat erat di Huta itu. Mereka secara gotong royong membangun dan memperbaiki rumah, secara bersama-sama memperbaiki pancuran tempat mandi, memperbaiki pengairan, mengerjakan ladang dan sawah, dan bersama-sama pula memetik hasilnya.

Biasanya Huta hanya didiami beberapa anggota keluarga yang berasal dari satu leluhur. Disebabkan oleh pertambahan penduduk, kemudian dibangunlah rumah dekat rumah leleuhur atau ayah yang pertama. Demikian seterusnya bangunan rumah makin bertambah, sehingga terbentuk perkampungan yang lebih ramai. Sering pula kampung itu terdiri dari beberapa kelompok kampung-kampung kecil, yang hanya dipisahkan pagar bambu yang ditanam dipinggiran kampung.

Adanya usaha beberapa orang dari anggota masyarakat dalam satu kampung untuk memisahkan diri dan membentuk kampung sendiri, dapat membuat berdirinya Huta lain. Suatu Huta yang baru, hanya dapat diresmikan kalau sudah ada ijin dari Huta yang lama (Huta induk) dan telah menjalankan suatu upacara tertentu yang bersifat membayar hutang kepada Huta induk.

Rumah adat Batak Toba berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam rumah yang digunakan untuk tempat tinggal keluarga disebut ruma, dan rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) disebut Sopo. Bahan-bahan bangunan terdiri dari kayu dengan tiang-tiang yang besar dan kokoh. Dinding dari papan atau tepas, lantai juga dari papan sedangkan atap dari ijuk. Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk atapnya yang melengkung dan pada ujung atap sebelah depan kadang-kadang dilekatkan tanduk kerbau, sehingga rumah adat itu menyerupai kerbau.

Punggung kerbau adalah atap yang melengkung, kaki-kaki kerbau adalah tiang-tiang pada kolong rumah. Sebagai ukuran dipakai depa, jengkal, asta dan langkah seperti ukuran-ukuran yang pada umumnya dipergunakan pada rumah-rumah tradisional di Jawa, Bali dan daerah-daerah lain. Pada umumnya dinding rumah merupakan center point, karena adanya ukir-ukiran yang berwarna merah, putih dan hitam yang merupakan warna tradisional Batak.
Ruma Gorga Sarimunggu yaitu ruma gorga yang memiliki hiasan yang penuh makna dan arti. Dari segi bentuk, arah motif dapat dicerminkan falsafah maupun pandangan hidup orang Batak yang suka musyawarah, gotong royong, suka berterus terang, sifat terbuka, dinamis dan kreatif.

Ruma Parsantian didirikan oleh sekeluarga dan siapa yang jadi anak bungsu itulah yang diberi hak untuk menempati dan merawatnya. Di dalam satu rumah dapat tinggal beberapa keluarga , antara keluarga bapak dan keluarga anak yang sudah menikah. Biasanya orangtua tidur di bagian salah satu sudut rumah. Seringkali keluarga menantu tinggal bersama orangtua dalam rumah yang sama.

Rumah melambangkan makrokosmos dan mikrokosmos yang terdiri dari adanya tritunggal benua, yaitu : Benua Atas yang ditempati Dewa, dilambangkan dengan atap rumah; Benua Tengah yang ditempati manusia, dilambangkan dengan lantai dan dinding; Benua Bawah sebagai tempat kematian dilambangkan dengan kolong. Pada jaman dulu, rumah bagian tengah itu tidak mempunyai kamar-kamar dan naik ke rumah harus melalui tangga dari kolong rumah, terdiri dari lima sampai tujuh buah anak tangga.

Sebelum meletakkan pondasi lebih dahulu diadakan sesajen, biasanya berupa hewan, seperti kerbau atau babi. Caranya yaitu dengan meletakkan kepala binatang tersebut ke dalam lubang pondasi, juga darahnya di tuang kedalam lubang. Tujuannya supaya pemilik rumah selamat dan banyak rejeki di tempat yang baru.

Ada tiang yang dekat dengan pintu (basiha pandak) yang berfungsi untuk memikul bagian atas, khususnya landasan lantai rumah dan bentuknya bulat panjang. Balok untuk menghubungkan semua tiang-tiang disebut rassang yang lebih tebal dari papan. Berfungsi untuk mempersatukan tiang-tiang depan, belakang, samping kanan dan kiri rumah dan dipegang oleh solong-solong (pengganti paku). Pintu kolong rumah digunakan untuk jalannya kerbau supaya bisa masuk ke dalam kolong.

Tangga rumah terdiri dari dua macam, yaitu : pertama, tangga jantan (balatuk tunggal), terbuat dari potongan sebatang pohon atau tiang yang dibentuk menjadi anak tangga. Anak tangga adalah lobang pada batang itu sendiri,berjumlah lima atau tujuh buah. Biasanya terbuat dari sejenis pohon besar yang batangnya kuat dan disebut sibagure. Kedua, tangga betina (balatuk boru-boru), terbuat dari beberapa potong kayu yang keras dan jumlah anak tangganya ganjil.

Tiang-tiang depan dan belakang rumah adat satu sama lain dihubungkan oleh papan yang agak tebal (tustus parbarat), menembus lubang pada tiang depan dan belakang. Pada waktu peletakannya, tepat di bawah tiang ditanam ijuk yang berisi ramuan obat-obatan dan telur ayam yang telah dipecah, bertujuan agar penghuni rumah terhindar dari mara bahaya.

Rumah adat Batak Toba pada bagian-bagian lainnya terdapat ornamen-ornamen yang penuh dengan makna dan simbolisme, yang menggambarkan kewibawaan dan kharisma. Ornamen-ornamen tersebut berupa orang yang menarik kerbau melambangkan kehidupan dan semangat kerja, ornament-ornamen perang dan dan sebagainya. Teknik ragam hias terdiri dari dua cara, yaitu dengan teknik ukir teknik lukis. Untuk mengukir digunakan pisau tajam dengan alat pemukulnya (pasak-pasak) dari kayu. Sedangkan teknik lukis bahannya diolah sendiri dari batu-batuan atau pun tanaga yang keras dan arang. Atap rumah terbuat dari ijuk yang terdiri dari tiga lapis. Lapisan pertama disebut tuham-tuham ( satu golongan besar dari ijuk, yang disusun mulai dari jabu bona tebalnya 20 cm dan luasnya 1×1,5 m2). Antara tuham yang satu dan dengan tuham lainnya diisi dengan ijuk agar permukaannya menjadi rata. Lapisan kedua, yaitu lalubaknya berupa ijuk yang langsung diambil dari pohon Enau dan masih padat, diletakkan lapis ketiga. Setiap lapisan diikat dengan jarum yang terbuat dari bambu dengan jarak 0,5 m.
Sebelum mendirikan bangunan diadakan musyawarah terlebih dahulu. Hasil musyawarah dikonsultasikan kepada pengetua untuk memohon nasihat atau saran. Setelah diadakan musyawarah, tindakan berikutnya adalah peninjauan tempat. Apabila tempat tersebut memenuhi persyaratan, maka ditandai dengan mare-mare yakni daun pohon enau yang masih muda dan berwarna kuning, yang merupakan pertanda atau pengumuman bagi penduduk disekitarnya bahwa tempat tersebut akan dijadikan bangunan.
Tahap pertama adalah pencarian pohon-pohon yang cocok kemudian ditebang dan dikumpulkan disekitar tempat-tempat yang akan didirikan rumah. Kemudian bahan-bahan tersebut ditumpuk ditempat tertentu agar terhindar dari hujan dan tidak cepat lapuk atau menjadi busuk.

Dalam mendirikan suatu rumah adat biasanya memakan waktu sampai lima tahun. Sudah barang tentu memakan biaya banyak, karena banyaknya hewan yang dikorbankan, untuk memenuhi syarat-syarat dan upacara-upacara yang diadakan, baik sebelum mendirikan bangunan (upacara mengusung bunti), pada waktu mendirikan bangunan (upacara parsik tiang) pada waktu memasang tiang, dan panaik uwur (pada waktu memasang uwur) maupun pada waktu bangunan telah selesai, yaitu upacara memasuki rumah baru (mangopoi jambu) dan upacara memestakan rumah (pamestahon jabu)

Daerah yang ditempati oleh suku Batak Simalungun terletak diantara daerah Karo dan Toba di Sumatera Utara. Pada waktu ini sudah hampir tidak terdapat lagi desa-desa tradisional dari suku Batak Simalungun, yang dahulunya merupakan sebuah desa yang besar sekali dikelilingi oleh pohon-pohon beracun. Desa tersebut dibangun di atas sebuah bukit, dan sulit sekali untuk dimasuki kecuali melewati terowongan-terowongan yang langsung dapat mencapai tengah-tengah desa.

Arsitektur tradisional dari suku Batak Simalungun masih dapat dipelajari dari empat jenis bangunan yang masih ada, dalam bentuk Balai Buttu (pintu gerbang rumah), Jambur (gudang), Bolon adat (rumah raja) dan Balai Bolon Adat (gedung pertemuan dan pengadilan). Balai Buttu dicapai dengan anak tangga dari kayu, luasnya kira-kira 6m2 dan tingginya 6 m. Dasarnya adalah balok-balok horisontal yang dibangun dalam bentuk persegi, di susun di atas empat buah batu kali dengan alas ijuk diantara batu dan papan . jambur digunakan untuk menyimpan beras, tetapi dipakai juga sebagai tempat tinggal tamu laki-laki dan tempat dimana para bujangan tidur.
Fungsi dari bangunan ini seperti yang ada di Pematang Purba, tampaknya telah menyimpang dari penggunaan aslinya dan terlihat pada tungku perapiannya. Bagian atas menunjukkan bahwa kegunaan utamanya telah menjadi tempat tinggal dan bukan dipergunakan sebagai tempat penyimpanan beras. Bangunan ini kira-kira luasnya 25 m2 dan tingginya 7m. Strukturnya di atas dua belas batu kali yang tiga menyilang ke depan dan empat dari depan ke belakang. Lantai yang lebih rendah hanya 75 cm dari tanah dan ditopang tiga lapis palang balok. Lumbung digantungkan di atas tungku di tingkat atas, dimana penggunaan utama dari bangunan tersebut tetap sebagai tempat penyimpanan beras.

Balai Balon Adat semula digunakan untuk tempat pertemuan-pertemuan dan untuk membahas masalah penting dalam hukum adat. Sistem pembangunannya sama seperti Balai Buttu, tetapi dalam skala lebih besar. Perbedaan utamanya adalah pada tiang penyangga struktur atap yang diletakkan di atas balok lantai. Tiang berdiameter 35 cmdan dibuat dari kayu yang sangat keras. Dasar dari tiang ini sangat penting dan ditutupi dengan ukiran, lukisan dan tulisan yang berhubungan dengan hukum adat. Bagian depan (Timur) adalah pintu, lebarnya 80 cm dan tingginya 1,5 m, dikelilingi dengan ukiran, lukisan dan tulisan dan dengan dua kepala singa pada ambang pintu.
Potongan yang lebih rendah dari dinding yang miring pada setiap sisi pintunya dipenuhi dengan papan tiang jendela vertikal yang membiarkan masuknya cahaya dan angin. Rumah Balon Adat (rumah raja) terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang besar dibangun pada tiang-tiang vertikal, sedangkan yang kecil disusun pada tumpukan balok horisontal, pintu masuk pada sisi sebelah Timur diapit oleh balkon atas dan bawah, menopang pada sambungan dari bagian atap ke bagian depan bangunan. Ujung atapnya sederhana, dua puluh tiang yang menopang lantai dibentuk menjadi ortogal dan dicat dengan motifgeometris hitam putih.

Tidak seperti bangunan lainnya, bangunan ini mempunyai lantai ganda dengan gang yang menurun ke pusat pada lantai yang lebih rendah. Lantai yang rendah berada 2,80 m dari tanah dan gang digantungkan dengan rota yang diikat pada dua pusat kayu, dilengkapi dengan kumpulan papan yang terbentuk dengan indah sebagai dekorasinya. Tungku perapian dibangun dari sisa pembakaran kayu dan dipenuhi dengan tanah. Di atas tungku dipasang ayunan dimana peralatan memasak disimpan dan bahan makanan dikeringkan serta diasapi.

Pintu pada ujung sebelah Timur kamar raja berisi ruangan tidur kecil dan dua tungku api. Konstruksi pada bagian bangunan ini sama dengan rumah pertemuan (Balai Balon adat) kecuali struktur lantainya sedikit rumit sebagai akibat dari tungku tersebut. Penutup atap keseluruhan adalah jalinan ijuk pada kaso dan papan kecil dari bambu. Bumbungan dikat dengan ijuk dengan hiasan kepala kerbau pada puncaknya.

Pada bangunan Simalungun susunan strukturnya terdiri dari tiang-tiang bergaris tengah 40 sampai 50 cm. Sebagian besar adalah balok-balok dan tiang-tiang yang dibiarkan dalam potongan bundar yang ditebang dari hutan. Kayu yang digunakan pada umumnya adalah kayu keras, kayu tongkang dan kadang-kadang keseluruhan bambu digunakan dalam jalinan ijuk yang diikat dengan rotan atau bambu belah. Struktur tersebut ditata di atas batu-batu kali yang besar kecuali untuk rumah raja. Tiang-tiangnya ditanam di dalam tanah. Pusat tiang terpenting dari gedung pertemuan diukir dari kayu keras yang tebal. Paku tidak digunakan dalam konstruksi, hanya pasak dan tali ijuk baji (sentung).
Bangunan rumah adat Batak Karo merupakan sebuah bangunan yang sangat besar, terdiri dari empat sampai enam tungku perapian, satu untuk setiap unit keluarga besar (jabu) atau untuk dua jabu. Oleh karena itu antara empat sampai duabelas keluarga dapat tinggal di rumah tersebut dan dengan ukuran rata-rata keluarga besar terdiri dari lima orang (suami, istri dan tiga orang anak). Rumah adat Batak Karo dapat ditempati oleh dua puluh sampai enam puluh orang. Anak-anak tidur dengan orangtua sampai menjelang usia dewasa, pada pria dewasa (bujangan) tidur di bale-bale lumbung dan para gadis bergabung dengan keluarga lain di rumah lainnya.

Rumah adat Batak Karo berukuran 17×12 m2 dan tingginya 12m. Bangunan ini simetris pada kedua porosnya, sehingga pintu masuk pada kedua sisinya kelihatan sama. Hal ini sulit untuk membedakan yang mana pintu masuk utamanya. Rumah adat Batak Karo dibangun dengan enam belas tiang yang bersandar pada batu-batu besar dari gunung atau sungai. Delapan dari tiang-tiang ini menyangga lantai dan atap, sedangkan yang delapan lagi hanya penyangga lantai saja. Dinding-dindingnya juga merupakan penunjang atap. Kedua pintumasuk dan kedelapan jendela dipasang di atas dinding yang miring, di atas lingkaran balok. Tinggi pintu setinggi orang dewasa dan jendela ukurannya lebih kecil. Pintu mempunyai daun pintu ganda sedangkan jendela mempunyai daun jendela tunggal.

Bagian luar dari kusen jendela dan pintu umumnya diukir dalam versi yang rumit dari susunan busur dan anak panah. Atap dijalin dengan ijuk hitam dan diikatkan kepada sebuah kerangka dari anyaman bambu yang menutupi bagian bawah kerangka dari pohon aren atau bambu. Bumbungan atap terbuat dari jerami yang tebalnya 15 sampai 20 cm. Bagian terendah dari atap pertama di bagian pangkalnya ditanami tanaman yang menjalar pada semua dinding dan berfungsi sebagai penahan hujan deras. Ujung dari atap yang menonjol ditutup dengan tikar bambu yang sangat indah.

Fungsi utama dari ujung atap yang menonjol ini adalah untuk emmungkinkan asap keluar dari tungku dalam rumah. Pada bagian depan dan belakang rumah adalah panggung besar yang disebut ture, konstruksinya sederhana dari potongan bambu melingkar dengan diameter 6 cm. Panggung ini dugunakan untuk tempat mencuci, menyiapkan makanan, sebagai tempat pembuangan (kotoran hewan) dan sebagai ruang masuk utama. Jalan masuk menuju ture adalah tangga bambu atau kayu.

Bagian pokok dari tungku perapian adalah untuk memasak, dibuat antara dua lantai sehingga bagian dasarnya bersandar di atas bambu dan ujungnya adalah setingkat dengan lantai utama. Sisi-sisi dari bagian pokok tersebut dibuat dari sisa-sisa kayu bakar dan ditempatkan pada tanah yang keras. Sepanjang pertengahan dari rumah adalah gang yang sempit setingkat dengan lantai dasar, dan sepanjang sisi-sisi dinding dibangun tempat tidur.
Interior dari rumah sangat gelap karena jendela-jendelanya yang kecil serta asap dari perapian yang telah menghitamkan seluruh papan dan kayu-kayu. Tempat penyimpanan makanan dan peralatan rumah tangga diletakkan dibagian atas rumah, dimana balok bulat yang menghubungkan tiang-tiang penunjang yang menembus lantai pada setiap sisi rumah dan menunjang struktur atap dan podium. Lumbung untuk menyimpan padi, yang dalam bahasa daerah Batak disebut jambur, didirikan dalam tiga tingkatan.

Minggu, 03 Mei 2009

PROFIL PERKUMPULAN SIREGAR DUNIA

Nama lengkap perkumpulan: Persaudaraan Toga Siregar Boru dan Bere Dunia
Nama singkat perkumpulan: SIREGAR DUNIA
Akte pendirian: Notaris Yudo Paripurno,SH. Akte No. 8, Tanggal 7 Februari 2008
Tanggal didirikan: 18 Nopember 2007
Asas perkumpulan: Pancasila
Landasan perkumpulan: UUD 1945 Negara Republik Indonesia
Landasan kegiatan: Anggaran Dasar Perkumpulan Siregar Dunia
Status perkumpulan: Tingkat Pusat.

Visi
“Menggali, Menggalang dan Menyalurkan aspirasi, pemikiran, semangat serta Mengembangkan dan Melestarikan kebudayaan Batak” (5 M) sebagai modal kebangkitan bangsa Indonesia.”

Misi
“Meningkatkan, mempererat, dan menunjukkan hubungan antara keluarga besar Siregar dan antara keluarga besar Siregar dengan masyarakat pada umumnya untuk kemaslahatan semua, melalui kegiatan-kegiatan strategis.”

Tata nilai perkumpulan
Tata Nilai yang dianut sebagai pijakan nasional dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yakni tata nilai 5 (Lima) Paias:
1. Paias Rohamu
2. Paias Pamatangmu
3. Paias Pakaianmu
4. Paias bangsamu
5. Paias pekaranganmu

Landasan pikiran perkumpulan
Kepeloporan keluarga besar Siregar yang telah teruji dan menjadi modal dasar sebagai pengerak kemajuan bangsa dan negara adalah landasan utama cara berpikir dan kerja Keluarga Besar Siregar.
Dimulai berbuat dari diri sendiri, ditunjukkan untuk kemaslahatan semua, maka Keluarga Besar Siregar akan diterima suku bangsa lain dengan kepeloporannya sebagai penggerak dan panutan dalam meningkatkan tali persaudaraan, kualitas sumber daya manusia, taraf hidup dan martabat bangsa.

Maksud perkumpulan
  1. Memperkokoh kesatuan dan persatuan dari semua keturunan marga Siregar, Boru dan Bere sesuai dengan adat istiadat Batak yang tidak bertentangan dengan agama dan peraturan-peraturan yang berlaku di Negara Republik Indonesia dan Negara dimana para anggota berdomisili, yang pada akhirnya akan memperkokoh ketahanan nasonal.
  2. Turut serta dalam upaya pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi dari keturunan marga Siregar, Boru dan Bere, serta masyarakat umum tanpa membedakan asal usul, agama dan golongan.
  3. Membina kerukunan dan kegotong-royongan diantara anggota, anggota dengan masyarakat umum dalam berbagai aspek kehidupan sosial.
  4. Membina generasi muda dengan butir-butir diatas.

Tujuan perkumpulan untuk:
  1. Menumbuhkembangkan adat istiadat budaya Batak Dalihan Na Tolu dan mufakat Rim Ni Tahi,
  2. Mewujudkan falsafah Si Sada Anak, Si Sada Boru dan Si Sada Ulaon,
  3. Menata pelaksanaan bermasyarakat dari Ruhut-ruhut Paradaton dan Tarombo, serta
  4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan tingkat kesejahteraan anggota.
Lingkup kegiatan perkumpulan
Lingkup kegiatan meliputi kegiatan sosial, budaya, peradatan, pendidikan, kesehatan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta menyelenggarakan usaha-usaha yang sah yang dapat mendukung tercapainya maksud dan tujuan perkumpulan dan tidak bertentangan dengan asas, landasan, maksud dan tujuan perkumpulan SIREGAR DUNIA dan YAYASAN SIREGAR DUNIA.

Tata hubungan perkumpulan SIREGAR DUNIA dengan Patogarbona Daerah bersifat otonomi mutual simbiosis dengan mekanisme operasional hubungan tersebut diatur dalam Anggaran Rumah Tangga perkumpulan SIREGAR DUNIA .

Pengembangan kegiatan perkumpulan
  1. Bersifat menyeluruh, koordinatif dan konsultatif.
  2. Membuat arah kebijakan pokok dan koordinasi program yang bersifat integratif.

Pengembangan kegiatan Patogarbona Daerah lebih bersifat operasional terutama pada bidang sosial kekeluargaan di tingkat regional.

Tugas perkumpulan Pusat:
Membuat arah, kebijakan pokok, koordinasi dan penyelenggaraan program yang bersifat integratif.

Mitra penunjang perkumpulan
YAYASAN SIREGAR DUNIA

Tata hubungan SIREGAR DUNIA dengan YAYASAN SIREGAR DUNIA
  1. Tata hubungan antara keduanya bersifat historis dan koordinatif.
  2. Merupakan hubungan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan dalam program kerja dan pengabdiannya kepada masyarakat.
  3. Perkumpulan SIREGAR DUNIA bersifat menata hubungan kekeluargaan dan upaya-upaya menggali dan mempersatukan potensi yang dimiliki sedangkan YAYASAN SIREGAR DUNIA bersifat sosial, khususnya dalam bidang kesejahteraan dan pendidikan.

Perwakilan perkumpulan:
1. Perwakilan Dalam Negeri:
a. Di tingkat Provinsi disebut: Wilayah.
b. Di tingkat Kabupaten/Kota disebut: Cabang.
2. Perwakilan Luar Negeri:
Ditingkat luar negeri disebut: Cabang Khusus

Anggota perkumpulan
Semua marga Siregar, Boru, Bere, secara otomatis menjadi anggota (stelsel pasif).

Pendaftaran anggota perkumpulan
Pendaftaran keanggotaan dilayani secara langsung, secara tertulis, atau secara online di internet www.siregarduniaborubere.com.

[http://siregarduniaPERKUMPULAN SIREGAR DUNIA
Global
Informasi Umum
Jenis:
Organisasi - Organisasi Komunitas
Keterangan:
Nama lengkap perkumpulan: Persaudaraan Toga Siregar Boru dan Bere Dunia.
Nama singkat perkumpulan: SIREGAR DUNIA.
Akte pendirian: Notaris Yudo Paripurno,SH. Akte No. 8, Tanggal 7 Februari 2008.
Tanggal didirikan: 18 Nopember 2007.
Asas perkumpulan: Pancasila.
Landasan perkumpulan: UUD 1945.
Landasan kegiatan: Anggaran Dasar Perkumpulan Siregar Dunia.
Status perkumpulan: Tingkat Pusat.

SUSUNAN PENGURUS PERKUMPULAN SIREGAR-DUNIA PERIODE 2008 – 2013

DEWAN PENASEHAT
Ketua : DR. H. Arifin M. Siregar
Anggota:
1.H. Bismar Siregar,SH
2.Dr. Panangian Siregar
3.Letjen TNI (Purn) Sudi Silalahi
4.Drs. Firman Siregar
5.Mayjen TNI (Purn) M. Arif Siregar, SH, MH.
6.Marsekal Muda TNI (Purn) Bachrum Siregar
7.Marsekal Muda TNI (Purn) Hasian Siregar
8.Brigjen Pol (Purn) Drs. Rivai Siregar
9.DR. Mahendra Siregar
10.Drs. Ghazali Husni Situmorang, MSc
11.Ny. Melanton Siregar
12.Ny. Raja Inal Siregar
13.dr. Hasan A. Siregar,SKM
14.Drs. H. A. Anshari Ritonga, SH
15.Drs. Imron Cotan Siregar
16.Palti Raja Siregar, SH
17.Prof. DR. Ir. Septo Ratno Siregar Msc.
18.Drs. Pintor Siregar
19.Drs. H. Syukri Siregar
20.dr. Chazali Husni Situmorang, MSc
21.Drs. H. Syarifuddin Harahap
22.Dr. Syahbudin Harahap
23.Ir. Humuntar Lumban Gaol
24.Ir. Bachri Nasution

DEWAN PEMBINA
Ketua: MS Ralie Siregar
Anggota:
1.Syahlan Siregar
2.DR. Ir. Arief Sulaiman Siregar, MSc.
3.Drs. J.H. Siregar
4.Mayjen TNI (Purn) Sangiang Siregar
5.Irjen Pol (Purn) Drs. Darwan Siregar, MSc.
6.Brigjend Pol Drs. Martin Ritonga
7.Brigjend Pol (Purn) Drs. Djafar Siregar
8.Brigjen TNI Zahary Siregar
9.Kol. TNI (Purn) Sangkot Siregar
10.Dr. Parlindungan Siregar
11.dr. Hasnah Siregar, Sp.Og.
12.DR. Mulia P Nasution
13.U.T. Murphy Hutagalung, MBA
14.Ir. Tigor Simanjuntak
15.Drs. H. Manaon Harahap
16.Drs. Soritaon Siregar MBA
17.Ir. H. Ahmad Dohar Siregar
18.Eddi Leman Siregar, SE

DEWAN PENGURUS
Presiden: Ir. H. M. Yusuf Siregar, MP(IPB)
Wakil Presiden: St. K Robert Siregar
Sekertaris Jendral: dr. Abidinsyah Siregar,DHSM,MKes.
Wakil Sekertaris Jendral:
1.Syamsul Arifin Siregar SE, MM
2.Ismail Hasan Siregar
3.Parlin Hasibuan
Bendahara Umum: Ny. Hj. Siti Sabariah Siregar
Wakil Bendahara Umum:
1.Ny. Hj. Nurjanah Harahap
2.Ny. Hj. Istien B. Siregar
3.Drs. Akhirudin Siregar

BIDANG - BIDANG

1.Ketua Bidang Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM): Ir. H. Muslimin Siregar, MM
Seksi Pengembangan Organisasi: Ir. Jonni Siregar
1.Ir Tunas Siregar
2.Ir Irsan Pasaribu

Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM): Ir. Aswan P. Siregar
1.Letkol Lintong Sormin
2.Syahrul Siregar
3. Kapten H.Pangaraon Siregar

Seksi Pemuda: Zainal Arifin Siregar
1. Effin Siregar,SE
2.Paska Siregar

Seksi Pemberdayaan Perempuan: Ny Tetty Siti Afiah Siregar, DEA
1.Ny.Haslinda Abidinsyah Siregar,SE,MSi.
2. Ny. Syamsul Bahri Sibarani

2.Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra): Drs. Radjab Siregar, MM
Seksi Sosial: Dra Lenny Brida Siregar
1.Wati Siergar
2.Siti Nondang Siregar
3. Charles P. Siregar, S.Sos,Ms.

Seksi Pendidikan: Drs. Zainuddin Siregar
1.Syamsudin Siregar
2.Harry Siregar
3. Sakti Siregar, SE
4. Ir. Posma Hutasoit SE, SH, MBA

Seksi Kesehatan: Dr. Achmad C. Siregar, SpPD
1. Dr. Pherena Siregar
2. dr. Amarullah Siregar

3.Ketua Bidang Hukum dan Advokasi: Hulman Siregar, SH
Seksi Konsultasi dan Advokasi: Sjaaf De Carya Siregar, SH, MH
1. Johson Siregar, SH
2. Ny. Rosida Siregar, SH

Seksi Bantuan Hukum: Kompol Drs. Parluatan Siregar
1. Roy Siregar, SH
2. Erwin Siregar, SH
3. Ayub Siregar

4.Ketua Bidang Pelestarian Budaya dan Lingkungan Hidup: Tumpal Siregar, MBA
Seksi Pelestarian Budaya: Ali Baron Siregar
1. Ferry Sormin SH
2. W. Barnes Wilson Siregar
3. Drs. KMS Siregar
4. Ir. Edison Siregar Msi

Seksi Pelestarian Lingkungan Hidup: Ir. Marthin Siregar
1. H.F.H. Parlindungan Siregar, MBA
2. Ramles Siregar
3. Raefisen Siregar, MPd.

5.Ketua Bidang Usaha dan Pendanaan: Doli Diapary Siregar, CPA
Seksi Usaha dan Pendanaan: Ny. Oli Ralie Siregar
1. Ny. Aswan Pinayungan Siregar
2. Ny. Tigor Simanjuntak
3. Yuriandy Siregar
4. Ny. Lina Siregar

6.Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi (Infokom): Drs. H. Marah Sakti Siregar
Seksi Database dan Teknologi Informasi: Ir. Frans Siregar
1.Paul Siregar
2.Hajoran Siregar, SE
3. P. Siagian Siregar, SE

Seksi Publikasi dan Media: M. Kahfi Siregar
1. Ny. Wani Siregar
2. Ny. Ledy Siregar
3. Moh Yusuf Siregarborubere.com]


Jumat, 01 Mei 2009

Marga marga Siregar

Toga Siregar mempunyai 4 anak dari dua istri (boru Limbong), Silo, Dongoran, Silali, dan Siagian. Dari keempat anak ini melahirkan marga-marga Siregar :
1. Silo
  1. Silo
  2. Sormin
  3. Baumi
2. Dongoran
  1. Dongoran
  2. Salak
  3. Pahu
3. Silali
  1. Silali Toruan = Ritonga
  2. Silali Dolok
4. Siagian

Untuk mengenal klan siregar ini, tepatlah diceritakan kembali pahit getirnya perjalanan panjang yang dialami oleh marga siregar sejak di Banuaraja Lontung, migrasi ke Aek Nalas (Sigumpar), migrasi ke Muara, migrasi ke Pea Tolong dan Baringin, migrasi ke Pinarung/Pangaribuan, migrasi ke Habinsaran, migrasi ke Rura Silindung, migrasi ke Rura Pahae, migrasi ke Sipirok hingga ke Minangkabau (lihat perjalanan sejarah "Siregar Sirintis Dalan" tulisan terdahulu).

Rohahon :
[SILO] = Silogologo, nama sej burung elang, nama sej kuda.

[SILALI] = Lali, sej burung elang
Onggang, burung enggang

Keturunan Siregar Silo (Silima Lombu) menyebaerang ke Pulau Nias, disana menjadi marga ZEGA.
(mungkin penyebutan ini akibat perbedaan dialek di Toba dengan di Nias, SIREGAR disebut dengan ZEGA)

Siregar Sirintis Dalan

1000 SM

Mainstream dari Suku bangsa Batak mendarat di Muara Sungai Sorkam. Mereka kemudian bergerak ke pedalaman, perbukitan. Melewati Pakkat, Dolok Sanggul, dan dataran tinggi Tele mencapai Pantai Barat Danau Toba. Mereka kemudian mendirikan perkampungan pertama di Pusuk Buhit di Sianjur Sagala Limbong Mulana di seberang kota Pangururan yang sekarang. Mitos Pusuk Buhit pun tercipta. Komunitas ini kemudian terbagi dalam dua kubu . Pertama Tatea Bulan yang dianggap secara adat sebagai kubu tertua dan yang kedua Kubu Isumbaon yang di dalam adat dianggap yang bungsu.

(NB : [Parjalangtoba]: Si Raja Batak mempunyai dua anak yaitu Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon)

1000 SM – 1510 M

Komunitas Batak berkembang dan struktur masyarakat berfungsi. Persaingan dan Kerjasama menciptakan sebuah pemerintahan yang berkuasa mengatur dan menetapkan sistem adat. Ratusan tahun sebelum lahirnya Nabi Isa Al Masih, Nabi Bangsa Israel di Tanah Palestina, Dinasti Sori Mangaraja telah berkuasa dan menciptakan tatanan bangsa yang maju selama 90 generasi di Sianjur Sagala Limbong Mulana.

Dinasti tersebut bersama menteri-menterinya yang sebagian besar adalah Datu, Magician, mengatur pemerintahan atas seluruh Bangsa Batak, di daerah tersebut, dalam sebuah pemerintahan berbentuk Teokrasi. Dinasti Sorimangaraja terdiri dari orang-orang bermarga Sagala cabang Tatea Bulan. Mereka sangat disegani oleh Bangsa Batak di bagian selatan yang keturunan dari Tatea Bulan.

450 M

Daerah Toba telah diolah dan dikelola secara luas oleh rakyat kerajaan tersebut. Mereka yang dominan terutama dari kubu Isumbaon, kelompok marga Si Bagot Ni Pohan, leluhur Annisa Pohan, menantu SBY, Presiden pilihan langsung pertama RI. Di daerah ini bermukim juga kaum Tatea Bulan yang membentuk kelompok minoritas terutama dari marga Lubis.

Sebagian dari Lubis terdesak ke luar Toba dan merantau ke selatan. Sebagain lagi menetap di Toba dan Uluan hingga kini. Keturunannya di Medan mendirikan banyak lembaga sosial terutama Pesantren Modern Darul Arafah di Pinggiran Kota Medan. Di daerah Selatan kelompok marga Lubis harus bertarung melawan orang-orang Minang. Kalah. Perantauan berhenti dan mendirikan tanah Pekantan Dolok di Mandailing yang dikelilingi benteng pertahanan.

Mereka kemudian berhadapan dengan bangsa Lubu, Bangsa berkulit Hitam ras Dravidian yang terusir dari India, melalui Kepulauan Andaman berkelana sampai daerah muara Sungai Batang Toru. Bangsa Lobu tersingkir dan kemudian menetap di hutan-hutan sekitar Muara Sipongi. Bila di India Bangsa Arya meletakkan mereka sebagai bangsa terhina, ‘untouchable’; haram dilihat dan disentuh, maka nasib sama hampir menimpa mereka di sini. Saudara Bangsa Lubu, Bangsa Tamil migrasi beberapa abad kemudian, dari India Selatan, membonceng perusahaan-perusahaan Eropa dan membentuk Kampung Keling di Kerajaan Melayu Deli, Medan


600-1200 M

Komunitas Batak di Simalungun memberontak dan memisahkan diri dari Dinasti Batak, Dinasti Sori Mangaraja di pusat. Mereka mendirikan kerajaan Nagur. Mereka ini keturunan Batak yang bermukim di Tomok, Ambarita dan Simanindo di Pulau Samosir. Di kemudian hari kerajaan Nagur di tangan orang Batak Gayo mendirikan kerajaan Islam Aceh.

900 M

Sementara itu perebutan kekuasaan terjadi di Pusat Pemerintahan Kerajaan batak, martua Raja Doli dari Sianjur Sagala Limbong Mulana dengan pasukannya merebut wilayah Lottung di Samosir Timur. Percampuran keduanya membentuk kelompok Marga Lottung Si Sia Marina, yang terdiri atas; Situmorang, Sinaga, Nainggolan, Pandiangan, Simatupang, Aritonang dan Siregar.

(NB [parjalangtoba]: Raja Lontung adalah anak dari Sariburaja, Sariburaja adalah putera kedua dari Tatea Bulan, ; jauh sebelumnya klan Lontung sudah terbentuk)

Toga Siregar yang beristrikan Boru Limbong (I-II) mempunya 4 (empat) anak, yaitu Silo, Dongoran, SiIali, dan Siagian.

1050 M

Karena minimnya peralatan medis, epidemik melanda daerah Lottung kembali. Masyarakat Lottung Si Sia Marina berhamburan ke luar dari wilayah tersebut menuju daerah yang “sehat”. Akibatnya, kelompok Marga Siregar terpecah dua menjadi Siregar Sigumpar dan Siregar Muara, keduanya bermukin di Toba.

1293 – 1339 M

Penetrasi orang-orang Hindu yang berkolaborasi dengan Bangsa Jawa mendirikan Kerajaan Silo, di Simalungun, dengan Raja Pertama Indra Warman dengan pasukan yang berasal dari Singosari. Pusat Pemerintah Agama ini berkedudukan di Dolok Sinumbah.
Kelak direbut oleh orang-orang Batak dan di atasnya menjadi cikal bakal kerajaan-kerajaan Simalungun dengan identitas yang mulai terpisah dengan Batak. Kerajaan Silo ini terdiri dari dua level masyarakat; Para Elit yang terdiri dari kaum Priayi Jawa dan Masyarakat yang terdiri dari kelompok Marga Siregar Silo.
(NB [Parjalangtoba] : Siregar Silo ini bukanlah Siregar Silo dari Muara atau Sigumpar, tetapi Siregar Silo dari turunan Siegar Silo lainnya, mungkin saja dari pomparan Op Tn Nahoda atau pomparan Datu Mangambe atau Datu Bira).

Pomparan Silima Lombu migrasi ke Sibolga terus ke Pulai Nias. Di Pulau Nias berinkulturasi dan penyebutan marga berobah dari Siregar menjadi Zega.

1339 M

Pasukan ampibi Kerajaan Majapahit melakukan penetrasi di muara Sungai Asahan. Dimulailah upaya invasi terhadap Kerajaan Silo. Raja Indrawarman tewas dalam penyerbuan tersebut. Kerajaan Silo berantakan, keturunan raja bersembunyi di Haranggaol. Pasukan Mojopahit di bawah komando Perdana Menteri Gajah Mada, mengamuk dan menghancurkan beberapa kerajaan lain; Kerajaan Haru/Wampu serta Kesahbandaran Tamiang (sekarang Aceh Tamiang) yang saat itu merupakan wilayah kedulatan Samudra Pasai.

Pasukan Samudra Pasai, di bawah komando Panglima Mula Setia, turun ke lokasi dan berhasil menyergap tentara Majapahit di rawa-rawa sungai Tamiang. Gajah Mada bersama pengawal pribadinya melarikan diri ke Jawa meninggalkan tentaranya terkepung oleh pasukan musuh. Para Keturunan Indrawarman kembali ke kerajaan dan mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Dolok Silo dan Kerajaan Raya Kahean.

1339-1947 M

Kerajaan Dolok Silo dan Raya Kahean berakulturasi menjadi kerajaan Batak/Simalungun, namun tetap berciri khas Hindu/Jawa absolut. Konon kerajaan ini mampu berdiri selama 600 tahun. Menjadi dinasti tertua di Kepulauan Indonesia di abad 20. Sekitar 250 tahun lebih tua dari Dinasti Mataram di Pulau Jawa.
Pada saat yang sama dua kerajaan lain muncul kepermukaan; Kerajaan Siantar dan Tanah Jawa. Raja di Kerajaan Siantar merupakan keturunan Indrawarman, sementara Tanah Jawa, dipimpin oleh Raja Marga Sinaga dari Samosir. Penamaan tanah Jawa untuk mengenang Indrawarman.

1350 M

Kelompok Marga Siregar bermigrasi ke Sipirok di Tanah Batak Selatan.
(NB [Parjalangtoba] : Migrasi marga Siregar dimulai dari Lontung ke Sigumpar, pertentangan di Sigumpar antar marga Siregar, sebahagian migrasi ke Muara, Pertentangan dengan Tuan Sorba Dibanua dan pomparannya, dari Muara migrasi ke Pea Tolong dan Baringin, Pertentangan dengan Sihombing Hutasoit dan pomparan Tuan Sorba Dibanua, dari Baringin migrasi ke Pinarung/Pangaribuan. Dari Pangaribuan menyerang Silindung, gagal, sebahagian migrasi dari Pangaribuan ke Sipirok, Dari Pangaribuan menyerang Pahae, gagal.

1510 M

Dinasti Sori Mangaraja, yang berpusat di Sianjur Sagala Limbong Mulana, dikudeta oleh Kelompok Marga Manullang. Kejayaan dinasti ini, setelah 90 generasi berturut-turut memerintah, lenyap. Dinasti ini sendiri terdiri dari Kelompok Marga Sagala dari kubu Tatea Bulan.

1516-1816 M

Di Daerah Batak Selatan, dengan populasi Tatea Bulan, Dinasti Sori Mangaraja meneruskan pengaruhnya di Sipirok. Secara de jure diakui oleh masyarakat Marga Siregar, Harahap dan Lubis. Secara mayoritas masyarakat marga Nasution juga memberikan pengakuan sehingga Dinasti Sisingamagaraja yang memerintah tanah Batak seterusnya, berpusat di Bakkara, tidak mendapat pengakuan yang menyeluruh.

1550-1884 M

Dinasti Sisingamagaraja (SM Raja) tampil sebagai otoritas tertinggi di Tanah Batak, menggantikan Dinasti Sori Mangaraja.

1818-1820 M

Perseteruan Sisingamagaraja X dan Fakih Sinambela memuncak. Pasukan Fakih Sinambela dengan komando Jatengger Siregar berhadapan dengan pasukan Sisingamangaraja X di Bakkara setelah buntu dalam perundingan.
Markas Pusat di Siborong-borong dengan komando Panglima Fakih Sinambela memerintahkan pasukannya di Bakkara untuk menguburkan pamannya S.M Raja X di pemakaman kerajaan dengan pasukan kehormatan dan melindungi keturunannya. Fakih Sinambela menolak tawaran pamannya menjadi Sultan di Tanah Batak. Mereka mundur ke Selatan. Sisingamangaraja XI naik tahta.

(NB [Parjalangtoba] : Pembalasan dendam atas pertentangan dengan turunan Tuan Sorba Dibanua [keluarnya Siregar dari Muara ke Pea Tolong dan Baringin], dan kepada Sihombing [keluarnya Siregar dari Baringin ke Pinarung/Pangaribuan dan Sipirok).

Dalam kondisi ini harus diingat, salah satu istri dari Sisingamangaraja X adalah Boru Siregar Silo, dari Pinaurung Pangaribuan (Boru Paruti Si Pitu Sonduk boru dari Op. Matio/Mataniari). Hal ini menjadi pertentangan yang menyakitkan antara Siregar dari Selatan dengan Siregar dari Utara (Pinarung/Pangaribuan), dimana pertentangan ini menjadi ajang pembunuhan oleh Siregar dari Selatan kepada Siregar di Pinrung.

1861-1907 M

Belanda tidak sabar untuk menguasai lahan-lahan pertanian Tanah Batak yang masih dimiliki Sisingamagaraja XI. Untuk menyerangnya secara frontal Belanda belum mampu karena dipihak lain dan di dalam negeri mereka banyak menghabiskan tenaga unutuk menumpas pemberontakan-pemberontakan, sementara itu, kerajaan-kerajaan pribumi tidak menyadari keunggulan mereka.

Belanda kemudian menerapkan Devide et Impera dari pantai timur dengan kebijakan Zelbestuur, artinya swapraja. Tanah Batak dipecah menjadi:

1. Keresidenan Tapanuli. Direct Bestuur Gebied, sebuah daerah Pamong Praja.
2. Sumatera Timur, Zelbestuurs Gebied, Swapraja.
3. Daerah Batak, Singkil, Gayo, dan Alas atas permintaan komandan tentara Belanda di Kotapraja, dimasukkan ke dalam Aceh.

Daerah Batak yang menjadi Swapraja yang bercampur dengan puak Melayu dipecah sebagai berikut:

1. Kesultanan Langkat, di atas kerajaan Karo, Aru/Wampu di Tanah Karo, Dusun
2. Kesultanan Deli, bekas Kesultanan Haru/Delitua.
3. Kesultanan Serdang, di bekas Kerajaan Dolok Silo, Simalungun sampai ke Lubuk Pakam.
4. Distrik Bedagai, dilepas dari Kerajaan Kahean, Simalungun. Di bawah pimpinan otoritas bergelar Tengku.
5. Kesultanan Asahan yang didirikan oleh Tuanku Mansur Marpaung diberi pengakuan secara hukum.
6. Kerajaan Kota Pinang, dengan mayoritas penduduk Batak Muslim didirikan dengan kepemimpinan Alamsyah Dasopang dengan gelar Tuanku Kota Pinang.
7. Kerajaan-kerajaan kecil dan tak mempunyai kekuatan diciptakan, misalnya kerajaan Merbau, Panai, Bila dan lain sebagainya dengan tujuan untuk memecah-mecah kekuatan masyarakat Batak dalam kotak-kotak agama, wilayah dan kepentingan ekonomi.
8. Kerajaan Dolok Silo dan Kahaen dipecah tiga.
9. Di Tanah Karo daerah pegunungan diciptakan Kerajaan Sibayak.

Pihak Gayo yang dimasukkan ke Aceh dan orang-orang Batak Karo serta Simalungun tidak dapat lagi membela perjuangan Dinasti Sisingamangaraja karena mereka menganggap dirinya masing-masing sudah berbeda kewarganegaraan. Pihak Belanda menguasai setiap check point, untuk mengisolir rakyat setiap kerajaan dan membatasi pelintas batas. Kekuatan ekonomi, praktis, dikuasi Belanda. Kekuatan Tanah Batak mencapai titik paling lemah.