Selasa, 14 April 2009

Arsip Bakkara

Repeat : Pada tahun 1884, Pendeta Pilgram menyelamatkan setumpukan kertas-kertas tulisan tangan, Tulisan Batak, Bahasa Batak, yang merupakan Arsip dari Singamangaradja XI. Selanjutnya disebutkan “Arsip Bakkara”. Lewat Collection Joustra jatuh kedalam Collection Poortman di Voorburg Holland.


Arsip Bakkara terdiri atas kertas ukuran foolscap. Dari watermark kelihatan : Bikinan Italia. Import lewat Atjeh. Ditulisi loose leaf, kemudian dijilid. Masing-masing jilid 5 centimeter tebalnya. Totalnya 23 jilid dan satu setengah meter tebalnya !! Setiap jilid diperkuat dengan cotton serta kulit kerbau. Sangat kuat. Pulpit dimensions. Ink yang digunakan adalah Tinta Tiongkok, yang tahan lama dan tahan air. Pena yang digunakan bukanlah pena runcing, akan tetapi sangat mungkin adalah Kalam dari Pohon Aren.
Jilid 1 sampai dengan jilid 10 merupakan sesuatu “Book Of Kings” seperti : “Pararaton”, seperti : “Sejarah Banten”, seperti : “Sejarah Malayu”, seperti : “The Biblical Book Of Kings, dll. semacam itu.
Jilid 11 sampai dengan jilid 23 merupakan annals (buku-buku tahunan) perihal Pemerintahan Singamangaradja XI di Bakkara Toba. Seperti : Annals dari Kaisar Tiongkok, seperti “Daghreghister VOC”. Setiap hari ditulisi. Tidak dijilid sekali setahun, akan tetapi : Dijilid kalau sudah 5 centimeter tebalnya. Karena itu, Arsip Bakkara kelihatannya sangat rapi, seperti Encyclopedia, setiap jilid kira-kira sama tebalnya.

Tidak diketahui entah siapa Authors dan Redactors dari Arsip Bakkara, di bawah pimpinan Singamangaradja XI. Quality dari mereka itu, tidak kalah kepada Prapanca ataupun kepada Tun Sri Lanang.
Jilid 1 sampai dengan jilid 3 adalah perihal pemerintahan dari Pagan Priest Kings Sori Mangaradja Dynasty selama 90 generations di Siandjur Sagala Limbong Mulana, dikaki Gunung Pusuk Buhit.
Jilid 1 mulai dengan “Ta Pa Da Na Da Na A A Sa Na” (Putri Tapi Donda Nauasa, Ibu Suri dari Suku Bangsa Batak. Diturunkan dari Banua Gindjang oleh Debata Muladjadi Nabolon.
Jilid 2 Mulai dengan mengecam orang-orang Batak Simalungun, yang melepaskan diri dari Sori Mangaradja Dynasty, dan mendirikan Keradjaan Nagur. Menyusul pula demikian orang-orang Batak Karo, yang mendirikan Keradjaan Haru Wampu. Sebaliknya sangat penting ditunjuk, bahwa orang-orang Mandailing, Angkola, dan Sipirok, tetap setia kepada Sori Mangaradja Dynasty di Siandjur Sagala Limbong Mulana
Jilid 3 tutup dengan sesuatu ceritera Black and White Magic, yang malahan lebih seru daripada ceritera perihal Mozes di dalam Bible, dimana tongkat berubah menjadi Ular. Yakni cerita classic Aerial Combat sebagai berikut. Radja Sori Mangaradja XC menerbangkan Losung (rice block). Chief Witch Doctor dari Marga Simanulang menerbangkan Andula (rice stamper), yang tinggi di Udara menerjang Flying Losung itu, jatuh ke tanah. Radja dari Marga Sinambela menerbangkan pedang, yang tinggi di Udara memotong putus Andalu itu. Cerita Aerial Combat dengan Magic Powers itu perlu, karena : Sori Mangaradja Dynasty yang bernama Marga Sagala, digulingkan oleh orang-orang Marga Simanulang (Manullang). Kemudian Chief Witch Doctor Pagan Priest King dari Marga Manullang digulingkan pula oleh Chief Witch Doctor dari Marga Sinambela, yang selaku Singamangaradja I Pagan Priest King, mendirikan Singamangaradja Dynasty.

Repeat : Conform dengan Demak Dynasty yang digulingkan oleh Djoko Tingkir Adiwidjojo Self Made Sultan Pandjang. Kemudian Djoko Tingkir Adiwidjojo disunglap pula oleh Penembahan Senopati, yang mendiri Mataram Dynasty. L’Histoire se repete. C’est toujours Ia memechose.

Jilid 4 sampai dengan jilid 7 mengenai pemerintahan dari 9 orang Pagan Priest Kings dari Singamangaradja Dynasty di Bakkara Toba. Sangat annoying membacanya !! Itu saja berkali-kali diulangi-ulangi. Terutama perihal Calamities Natural Forces seperti : Pecah Langit, Gempa Bumi dlsb., setiap kali lahir seorang calon Singamangaradja. Akan tetapi very interesting, bahwa katanya : Pada semua para Singamangaradja yang naik takta, ohne Ausnahme ada Pigmentation Mole di atas lidahnya. (Repeat : Terkecuali cuma Singamangaradja XI). Very interesting pula bahwa : Seorang Usurper calon Singamangaradja VI jatuh sambil mencabut Keris Pusaka Gadjah Dompak, yang menembus jantungnya.

Sultan Alaudin Mahammad Sjah Sultan Atjeh mengadakan Perjanjian Offensive Defensive, dengan Singamangaradja IX. Seorang Sultan yang ber-Agama Islam, mengadakan Hubungan Diplomacy dengan seorang Pagan Priest King. Singamangaradja IX melepaskan Pelabuhan Singkil serta Daerah Uti Kiri definitive untuk Atjeh, akan tetapi : Mendapat kembali bekas Pelabuhan Pansur serta Daerah Uti Kanan dengan ibukotanya Lipatkadjang,. Pelabuhan Barus merupakan Neutral Zone, dan tidak lagi dipertengkarkan. Simalungun diakui oleh Atjeh merupakan Sphere Of Interest dari Singamangaradja Government, akan tetapi : Karo merupakan Sphere Of Interest dari Atjeh.

Oleh Singamangaradja IX exiled ke Uti, his helf-brother Prince Gindoporang Sinambela. Tidak disebutkan, apa sebabnya. Sama sekali tidak disebutkan di dalam Arsip Bakkara, perihal Princess Gana Sinambela. Catatan : perihal Ibu dan Ayah dari Tuanku Rao, dapat diketahui dari Family Papers orang-orang Muslimin Marga Sinambela di Singkil. Guru-guru Agama Islam di Singkil, yang intermarried dengan dito dari Marga Pohan di Barus).

Jilid 7 tutup dengan tragic story The Iron Fisted Singamangaradja IX mencoba sepucuk bedil hadiah Sultan Atjeh. Dia menembak mati satu gajah akan tetapi : Dia hancur lebur di-injak-injak oleh gajah-gajah yang lain

Jilid 8 seluruhnya perihal Singamangaradja X serta perihal “Pidari”. Sangat tegang membacanya, karena ditulis oleh eyewitnesses. Sayang sekali, bahwa : Perihal Tuanku Lelo The Big Scoundrel sama sekali disebutkan, yang dijadikan Momok hanyalah :”Ta A Nga KA Ra A (Tuanku Rao). Katanya, Tuanku Rao dengan sesuatu cadeau memancing his Uncle Singamangaradja X datang dari Bakkara ke Butar. Disitu Tuanku Rao alias Si Pongkinangolngolan katanya membalas dendam, dan menyerang Singamangaradja X dari Bekajang. Yang benar dari cerita itu, hanyalah bahwa : Tuanku Rao tidak pernah kembali ke Bakkara. That’s all.

Jilid 9 mulai dengan “Mythos Si Pongkinangolngolan” = Mythos Kepala Terbang Toba Edition, in originalia. Tidak banyak berubah, masih tetap hingga ini hari ia circulation di dalam cerita lisan di Toba, sebagimana pula sebelum PD I dituliskan oleh Guru Arsenius Lumbantobing untuk Sutan Martua Radja.
Jilid 9 serta jilid 10 rupa-rupanya ditulis dibawah pengawasan Datu Amantagor Manullang. Sangat banyak disitu puji-pujian atas jasa dari Datu Amantogar Manullang, selama his One Man Regency di Bakkara. Akan tetapi : Jilid 10 tutup dengan pemberitahuan bahwa : Datu Amantagor Manullang mati dibunuh oleh “Orang yang tidak dikenal” di dataran tinggi Tele. Very suspect, bahwa : Jenazah dari Datu Amantagor Manullang tidak jadi masuk Magalithic Knuckle House di Bakkara, akan tetapi : Separoh jalan dipendam di Kampung Paranginan Humbang.

Di dalam jilid 10 disebutkan pula perihal orang-orang kulit putih (di dalam Bahasa Batak : “Si Bontar Mata”) yang memasuki Silindung, akan tetapi tidak lewat Bukit Sigompulon. Agama yang mereka bawa, katanya ditolak oleh orang-orang Batak. Tidak disebutkan kenapa.
Jilid 11 mulai dengan penobatan Singamangaradja XI di dalam usia hanyalah 10 tahun, akan tetapi sudah sangat bijaksana.

Jilid 11 sampai dengan jilid 23 yang terakhir, itulah yang very minutely merupakan Annals dari Pemerintahan Ompu Sohahuaon = Singamangaradja XI The Great. Kalimat-kalimatnya sangat exactly to the point. Sedikit pun tidak ada dongengan omong kosong. Segala-galanya tetap berikut Angka-angka Tahunan di dalam Tarich Ompu Sohahuaon = Tarich Singamangaradja XI. Sistem “Tarich Tahun Pemerintahan” dari seorang Radja, kini masih berlangsung di Djepang dimana Tarich Sjoowa adalah “Tarich Pemerintahan Kaisar Hirohito”. Sama pula dengan Sistim Rumawi umpamanya di dalam buku : “The Twelve Caesars” karangan Sueonius, dimana malahan ada 12 Tarich-tarich. Satu Tarich untuk setiap Kaisar Rumawi. Sedikit sulit, jika Para Tuan-tuan Kaisar sedang asyik main racun dan di dalam dua tahun ada sampai 4 kaisar.

Tahun 1 di dalam Tarich Singamangaradja XI sama dengan tahun 1830 di dalam Tarich Masehi. Ditetapkan oleh Resident Poortman via Tarich Hidjrah. Yakni : Dia membandingkan kejadian yang tersebut di dalam Arsip Bakkara berikut Angka-angka Tahunan Tarich Singamangaradja XI, dengan kejadian yang sama yang tersebut pula di dalam buku-buku Hikayat Perang Atjeh berikut Angka-angka Tahunan di dalam Tarich Hidjrah. Pandai Resident Poortman.

Jilid 23 tutup dengan tahun ke 37 dari Pemerintahan Singamangaradja XI, sama dengan tahun 1866 M.
Singamangaradja XI menyesuaikan permulaan tahun dengan permulaan dari “Tingki Ni Pangkuron” (musim memacul sawah. Artinya : Disesuaikan dengan permulaan dari Musim hujan, yang di Tanah Batak adalah Medio November. Untuk tanda diambil timbulnya “Bintang Na Pintu” (Orion Constellation) yang di tunggu-tunggu while observing lengkapnya “Bintang Hala”= Scorpio Constellation.

Permulaan Bulan penting gampang dihitung mulai naiknya bulan. Sehingga : Tula (malam terang Bulan Penuh), selamanya jatuh pada tanggal 15 sama seperti pada Tarich Hidjrah.
10 bulan yang pertama, tidak diberi nama akan tetapi quiet simple diberi nomor. Menjadi “Bulan Sapaha Sada” sampai dengan “Bulan Sapaha Sappulu”. Conform seperti “Ichi Gatsu” sampai dengan “Dju Gatsu” di dalam Tarich Djepang. Bulan Sebelas ada namanya, yakni : “Bulan Hala”=Scorpio Month. Bulan Duabelas pun ada namanya, yakni : “Bulan Hurung”=Bulan Tutup Tahun.

Batak Star Gazers mengetahui bahwa : Tarich Bulan dan Tarich Bintang berbeda 11 hari setiap tahun. Akibatnya : Permulaan dari Bulan Sapaha Sada yang begitu penting untuk mulai memacul sawah-sawah turut pula tergesar 11 hari dari timbulnya Bintang Na Pitu. Don’t worry !! Singamangaradja XI The Great sanggup mengatasi situation.

Sama saja seperti Paus Gregorius The Great, juga Singamangaradja XI The Great pun mengadakan Leap Years. That’s it !! yakni : Singamangaradja memerintahkan adanya satu extra month satu kali setiap 3 tahun. Menjadi “Bulan Nabadia” (Holy Month) berupa “Bulan Tigabelas”, diselipkan antara Bulan Hurung serta Bulan Sapaha Sada. Ausgeglichen !! Menjadi tepat lagi permulaan yahun dengan timbulnya Bintang Na Pitu, tepat lagi dengan permulaan musim hujan tepat lagi dengan permulaan musim memacul sawah.

Sebaliknya di Pulau Djawa semula begitu pula di waktu masih sepenuhnya dipakai Tarich Adji Saka berupa Tarich Bintang. Akan tetapi Sultan Agung Sutan Mataram, mengacau-balaukan Tarich Djawa dengan Tarich Bulan=Tanggal 1 Muharram, sama sekali tidak ada lagi correlation dengan permulaan musim hujan. Sedangkan untuk orang-orang Djawa permulaan musim memacul sawah sebenarnya lebih penting lagi daripada untuk orang-orang Batak. Dahulu sebelum ada Irrigation bikinan Belanda.

Jilid 11 dan jilid 12 sangat rusak. Rupa-rupanya terlalu lama ketinggalan di dalam rumah yang terbakar dan ditimpa hujan di Bakkara, sebelum rescued oleh Pendeta Pilgram. Karena itu, tidak diketahui pendapat dari Singamangaradja Government perihal pembunuhan atas Pendeta Lyman serta Pendeta Munson oleh Radja Panggulamai di Lobupining.

Jilid 13 sampai dengan jilid 16 mengenai Periode Pembangunan Ibukota Bakkara serta Daerah Toba, di dalam periode 1835 – 1846. Dibandingkan kepada situation sebelum “Ringki Ni Pidari” 1818 – 1820, penduduk sudah berkurang separuh, akan tetapi : taraf kemakmuran malahan sudah lebih dari double. Hewan-hewan diperternakkan kembali dengan stock dari Pulau Samosir. Tanah-tanah pertanian yang dirusak oleh “Pidari” dengan parit-parit pertahanan, dioleh kembali. Tanah pertanian yang tinggal kosong karena orang-orang Marga Lubis serta orang-orang Marga Siregar Toba sudah decimated, jatuh kepada mereka punya “Boru”= their sons-in-law, yakni : Orang-orang Sihubil Branch serta orang-orang Somanimbil Branch dari Sibagot Ni Pohan Clan Group. Bekas kampung “Huta Na Pang” dimana Radja Mandangar Lubis begitu gagah perkasa bertahan terhadap Cavalry Tuanku Lelo, menjadi kampung “Sianipar” yang sekarang ini. Kampung-kampung yang permulaan abad ke-XX kelihatan begitu rapih bulat dikelilingi bambu duri di Toba, semuanya didirikan di dalam periode 1835 – 1846 itu. Fakta itu digunakan oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama “kampung vorming”=”happung bornging” di dalam Bahasa Batak, untuk menentukan kedudukan para Kepala Negeri.

Di dalam jilid 14 disebutkan pula bahwa : Singamangaradja XI di dalam usia 24 tahun pergi ke Atjeh, untuk mengikuti pendidikan Militair di Indrapuri selama 2 tahun, bersama Prince Ali Muhammad Sjah Tengku Mahkota Kesultanan Atjeh. Pertama kali pula disebutkan nama dari Teku Nangta Sati (Ayah dari Tjut Nja Din dan Mertua dari Teku Umar), yang ikut ke Bakkara bersama Singamangaradja XI selaku Chief Atjeh Military Mission yang pertama, selama Singamangaradja XI ada di Luar Negeri. Pemerintah di Bakkara dipegang oleh Panglima Panibal Simorangkir, Putra dari Panglima Djomba Simorangkir yang hingga nafas yang penghabisan begitu setia mendampingi Singamangaradja X.

Di dalam jilid 16 dicatat bahwa : Lahir Prince Parobatu, Putra dari Singamangaradja XI, di dalam Tahun ke-16 dari Pemerintahan Ompu Sohahuaob 1845. Singamangaradja XI hanyalah satu orang Putranya. Prince Parobatu adalah the future Singamangaradja XII Pahlawan Nasional Indonesia, hidup : 1845 – 1907, memerintah : 1867 – 1907.

Di dalam jilid 17 disebutkan : “Si Djunghun” serta “Si Pandortuk”, yakni : Dr. Junghuln serta Dr. van der Tuuk, yang datang mengunjungi Singamangaradja XI. Akibatnya : Dari Singamangaradja XI ada photo yang dibikin pada tahun 1847, sedangkan dari Singamangaradja XII sama sekali tidah ada photo. Duduknya sebagai berikut :
Dr. Junghuhn adalah Botanist (ahli tumbuh-Tumbuhan), sama sekali bukan Pendeta ataupun Ahli Bahasa (Philologist, seperti lazim di sangka oleh Orang-orang Toba dan Silindung. Dia pada tahun 1846 pergi ke Humbang untuk Survey Pananaman Kina. Ledger seorang Australia, berhasil mencuri Bibit Kina dari America Selatan. Oleh Ledger, Bibit Kina itu dijual kepada Pemerintah Hindia Belanda karena : Di Kepulauan Indonesia memang banyak penyakit malaria.
Dari Ledger diperoleh Information, bahwa : Dia mencuri Bibit Kina itu dari Peru Bolivia, daerah yang dekat ke Aequator, 1.200 meter tingginya diatas niveau laut, dan disitu continue ada angin keras. Di Australia di tepi laut, Ledger tentulah tidak success mau menjadi kaya raya dengan merebut Kina Monopoly. Untungnya bahwa Bibit Kina curian itu di Austrakia tidak mati walaupun hanyalah vegetating.
Daerah seperti disebutkan oleh Ledger di Indonesia ada dua. Yakni : Yang paling mirip adalah Daerah Humbang di Tanah Batak Utara, serta runner-up adalah Daerah Pengalengan di Djawa Barat. Perihal daerah Humbang, pihak Belanda sedikit-sedikit sudah mengerti dari pihak Inggris, yakni : Dari report oleh Holloway serta Miller yang pada tahun 1772 disitu mengadakan Survey Kemenjan. Pimpinan Kebun Raya di Bogor, mengutus Herr Doctor Junghuhn pergi fact finding Kina Survey ke Humbang di Tanah Batak Utara, yang orang Belanda sendiri satu pun tidak ada yang berani mendekati. Takut cannibals yang katanya sudah mulai di Lobupining. Orang Batak Makan Orang. Siapa berani mendekat.
Herr Doctor Junghuhn masih muda remaja, baru tammat di Unversitas Leipzig Djerman, berani saja auf Abenteuer !! Tanpa satu butirpun tahu Bahasa Batak, Junghuhn dari Teluk Siboga memasuki Tanah Batak Utara. Dia punya Suara Tenor. Junghuhn segera mengikuti menyanyi-nyanyikan lagu Batak “Si Tara Tullo”, walaupun dia tidak mengerti lyrics dari lagu-lagu yang merdu itu !! Junghuhn selaku Mahasiswa di Djerman, adalah Champion Bier Contest. Junghuhn membanting semua orang Batak di dalam Tuwak Contest, mulai dari Siboga Djulu. Der Meister Singer Herr Doctor Junghuhn sudah banyak repertoire lagu-lagu Batak, pada waktu dia 3 hari kemudiaan memasuki kampung Lobupining, dimana Pendeta Lyman serta Pendeta Munson 23 tahun sebelumnya, ermordet und aufgegessen. After some community singing di Lobupining, Herr Doctor Junghuhn menentang The Formidable Radja Panggulamai, to come out di dalam Tuwak Contest !! seterusnya, Junghuhn di Tanah Batak Utara mendapat escorte dari Radja Panggulamai. Memang jagoan itu orang Djerman !!

Herr Doctor Junghuhn punya hobby photography. Masih dengan alat-potret dibikin dari kayu dan sebesar peti sabun, films belum invented. Junghuhn menggunakan Glass Collodium Negatives, yang harus dia bikin sendiri di tempat, karena : Harus dipakai di dalam waktu setengah jam setelah selesai dibikin. Junghuhn memasuki Tanah Batak Utara sampai 1.400 metra di atas niveau laut, dengan membawa his big wooden photography apparatus, serta legio botol-botol untuk membikin Glass Collodium Negatives untuk mana perlu aneka warna Chemicals. Betul-betul Djerman punya macam.

Di Butar, Junghuhn ketemu dengan Singamangaradja XI yang kebetulan sekali tournee disitu. After some community singing pula, Junghuhn di-tracter oleh Singamangaradja XI dengan berbecue roastedpig. Setelah kenyang makan berbecued pig serta minum Tuwak. Junghuhn mendudukkan Singamangaradja XI selama 2 jam dijemur dipanas matahari. What for ?? To take his picture. Dengan wooden photographic apparatus, as big as a soap box. Grundlich Deutsch, oleh Herr Doctor Junghuhn atas glass negative itu dicoret dengan jarum : Der Konig der Batta’s”. Negative itu di antara ratusan, hampir satu abad kemudian diketemukan oleh Resident Poortman di dalam cellar dari perpustakaan Universitas Leipzig. Di atas meja tulis dari Resident Poortman di Voorburg Holland pada tahun 1937, ada photo dari Singamangaradja XI. Ein Unicum.

Si Pandortuk adalah Tamu Agung orang kulit putih yang satu-satunya pernah menginap di Bakkara Toba. Dr. van der tuuk menyampaikan kirim salam kepada Singamangaradja XI dari his 7 years older brother Prince Lambung Sinambela di Rontjitan Sipirok. That’s how.

Di dalam jilid 21 disebutkan kunjungan dari Singamangaradja XI pada tahun 1865, kepada Pendeta Nommensen di Huta Damai. Untuk menagih cukai, berupa Njonjah Kulit Putih. Memang Hak Radja !!

Di dalam jilid 23 disebutkan bahwa : Di dalam Tahun Pemerintahan Yang ke-36 dari Ompu Sohahuaon (Singamangaradja XI), di Tanah Batak Utara mengamuk lagi Begu Atturk (Plague Epidemics), serta Begu Arun (Cholera Epidemics).

Jilid 24 sayang sekali : Missing !! Sehingga tidak diketahui kapan wafat Singamangaradja XI dan kapan naik tahta Singamangaradja XII Pahlawan Nasional Indonesia.

Catatan.
Menurut Sintua Johannes Nasution di Padangmatinggi Sipirok, katanya Singamangaradja XI wafat di dalam Cholera Epidemics, pada tahun 1867. Sintua Johannes Nasution pada tahun 1863 mengikuti Pendeta Nommensen dari Parausorat Sipirok ke Sait Ni Huta Silindung selaku pengawal bersenjata, dan ikut mendirikan Kampung Kristen yang pertama di Tanah Batak, yakni : Huta Damai

Singamangaradja XII Pahlawan Nasional Indonesia, dua kali disebutkan di dalam Arsip Bakkara, dengan nama “Parobatu”. Pertama kali : Lahirnya disebut di dalam jilid 16. Kedua kali : di dalam jilid 23 disebutkan bahwa Prince Parobatu pun selama 2 tahun mengikuti Pendidikan Militair di Atjeh. (1864 – 1866).

Arsip Bakkara merupakan sumber yang paling kaya raya perihal fakta Sejarah Tanah Batak Utara, umumnya serta Ibukota Bakkara khususnya. Walaupun 1867 – 1884 tidak dilanjutkan oleh Singamangaradja selaku Pagan Priest King di Bakkara Toba. Di dalam gerilya 1884 – 1907. Singamangaradja XII Pahlawan Nasional Indonesia tentulah tidak sempat meneruskan Arsip Bakkara.

Kedalam ini serba sedikit dapat dimuat perihal Arsip Bakkara, karena Good insight dari Pendeta Pilgram serta Resident Poortman !! Thanks a lot.
Posted by Amir Husin Daulay at 22:15 1 comments
Lampiran 20
Putri Hijau Yang Sebenarnya

Sangat besar confusion di dalam penulisan sejarah perihal “Keradjaan Haru” dan “Kesultanan Aru”. Yakni sebagai berikut :
1. Menurut Muhammad Yamin, Keradjaan Haru terletak entah dimana di pantai Timur Pulau Andalas, sangat menimbulkan amarah dari Perdana Menteri Gadjah Mada (1331 – 1364), karena : Angkatan Bersenjata Modjopahit berkali-kali gagal menundukkan Keradjaan Haru. Tidak disinggung oleh Muhammad Yamin, entah Keradjaan Haru yang sanggup bertahan terhdap Imperialisme Modjopahit itu, ber-Agama Islam ataupun tidak.
2. Menurut dongeng-dongeng Batak karo, Keradjaan Haru adalah suatu Keradjaan Pagan Priest Kings Batak Karo. Terletak di sekitar muara Sungai Wampu. Radja Haru Yang Keempatbelas dan terakhir, dikalahkan oleh Sutan Atjeh yang pertama.
3. Menurut dongeng-dongeng Batak Simalungun, Keradjaan Haru adalah Pagan, dan terletak disekitar muara Sungai Wampu. Sedangkan Keradjaan Aru adalah Islam dan terletak disekitar muara Sungai Barumun. (Catatan : di dalam tulisan Batak Simalungun yang Syllabic seperti tulisan Djawa, syllable “A” sangat berlainan dari syllable “H”. Tidak mungkin confusion, untuk orang-orang yang pandai tulisan Batak Simalungun. Walaupun sangat archaic, tapi sanagt tegas).
4. Menurut family papers Sultan-sultan Deli, Kesultanan Haru terletak di daerah-pengaliran Sungai Deli. Beribukota di Delitua.
5. Menurut annals dari Tiongkok Ming Dynasty, Kesultanan Aru terletak disekitar estuary dari Sungai Barumun dan Sungai Bila yang begitu besar sehingga disebutkan “Laut Air Tawar”. Kesultanan Aru yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, berkali-kali dikunjungi oleh Laksama Hadji Sam Po Bo (Cheng Ho) yang ber-Agama Islam Mazhab Hanafi. Seorang Sultan Aru pernah berkunjung ke Tiongkok.
6. Menurut dongeng-dongeng Batak Padanglawas, Keradjaan Aru meliputi daerah pengaliran Sungai Barumun dan Sungai Batangangkola, dari Portibi sampai ke Pidjor koling. Ber-Agama Hindu Birawa. Lebih parah lagi daripada orang-orang Siregar Sipirok, sangat jijik karena ritual homicides (pengorbanan manusia). Peninggalannya adalah Biara Sipamutung, dan maha banyak kuburan ukuran gajah di Padanglawas. Namanya sangat tegas pula dituliskan dengan syllable “A”.

Begitulah sangat parah “Aru Haru Confusion”, di dalam periode 1920 – 1930. Antara dua orang Mahasiswa Hukum di Batavia (Djakarta), yakni : Muhammad Yamin contra Amir Sjarifudin, timbul debat yang maha sengit perihal Aru Haru Confusion. Why ?? Amir Sjarifudin tegang bertahan, bahwa : Keradjaan Aru yang diserang oleh Keradjaan Modjopahit itu, adalah ber-Agama Islam !! Artinya : Keradjaan Modjopahit yang begitu dikagumi oleh Muhammad Yamin, sebenarnya harus terkutuk kafir yang hendak membasmi habis Agama Islam di Pulau Andalas. Muhammad Yamin menerbitkan bukunya “Gadjah Mada”, Amir Sjarifudin meminta tolong kepada his Amangboru (Fathers Sisters Husband) Sutan Martua Radja.

Aru Haru Confusion serentak tackled in teamwork, oleh 3 orang yakni : Sutan Martua Radja, Resident Poortman, dan Amir Sjarifudin. Resulting di dalam tulisan oleh Sutan Martua Radja, yang bernama “Putri Hidjau yang Sebenarnya”. Isinya in a nutshell sebagai berikut :

(1). 1100 – 1250 : Keradjaan Aru Sipamutung.
Lihat bagian 4 dan 11, perihal Biara Sipamutung yang menjadi Benteng Sipamutung. Penyelidikan dari Sutan Martua Radja perihal Biara Sipamutung, oleh Resident Poortman dikirimkan kepada seorang Archeoloog bernama Dr. Schnitger. Akibatnya : Secepat kilat Dr. Schnitger pergi ke Padanglawas, supaya menjadi orang Eropah yang pertama menyelidiki Biara Sipamutung, yang katanya lebih besar dari pada Candi Prambanan. Hasilnya berikut maha banyak photo’s dimuat kedalam buku “The Forgotten Kingdoms Of Sumatra.” Splendid !!
Catatan : Sayang sekali bahwa buku tersebut itu, sebelum PD II pun sudah out of point. Exemplaar yang di Perpustakaan Gedung Gadjah, pada tahun 2603 Tarich Jimmu Tennoo confiscated oleh seorang Dai Sang Djepang. Gambar-gambarnya digunting dan bukunya futsie !!

(2). 1299 – 1512 : Kesultanan Aru Barumun.
Lihat : Lampiran XXI, Lampiran XXIII, dan Lampiran XXVII. Kesultanan Aru Barumun didirikan oleh Sutan Malik Ul Mansur, seorang Putra dari Sultan Malik Us Saleh Sultan Samudera Pasai Yang Pertama. Ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Terletak di daerah-pengaliran Sungai Barumun dan menguasai import-export dari daerah Padanglawas, sesuatu Lebensraum yang cukup besar. Menguasai pula Flaw Of Goods dari Dagang Meritja, antara pepper producing daerah pengaliran Sungai Kampar Kiri dan Kanan, dengan pepper upgrading Cambay Gudjarat. Banyak disinggahi oleh foreign merchant vesseis.

Kesultanan Aru Barumun hubungan baik dengan Tiongkok Ming Dynasty (1368 –1643), dimana Agama Islam Mazhab Hanafi sedang bebas berkembang. Lihat : Bagian 8. Di dalam periode 1405 – 1425, para utusan-utusan dari Tiongkok Ming Dynasty sangat sering singgah di Kesultanan Aru Barumun. Antara lain sebagai berikut :
1. Laksamana Hadji Sam Po Bo (Cheng Ho).
2. Laksamana Hadji Kung Wu Ping.

Sultan Aru Barumun ada total 13 orang, berturut-turut sebagai berikut :

1299 – 1322.
Sultan I : Sultan Malik Ul Mansur. Lihat : Lampiran XXI.

1322 – 1336.
Sultan II : Sultan Hassan Al Gafur.

1336 – 1361.
Sultan III : Sultan Firman Ul Karim. Lihat : Lampiran XXIII. Adversary yang terbesar dari Perdana Menteri Gadjah Mada yang kafir 1331 – 1364, dan yang hendak memaksakan Hindu Javanese Imperialism kepada pihak Islam di Pulau Andalas. Di waktu Sultan Firman Ul Karim, Armada Aru Barumun dibawah Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir menguasai Selat Malacca, dan berkali-kali menyerang ke Laut Djawa.

1361.
Sultan IV : Sultan Sadik Al Kudus. Wafat karena serangan jantung, sambil Imam Sembahyang Djum’at di Mesjid. Kuburannya menjadi tujuan Upacara Basapah di Kesultanan Aru Barumun. Seperti kuburan Hassan dan Hussin di Kerbela, kuburan Sultan Alif di Sumpur Kudus, kuburan Sjech Burhanudin III di Ulukan Pariaman.

1361 – 1379.
Sultan V : Sultan Alwi Al Musawwir.

1379 – 1407.
Sultan VI : Sultan Ridwan Al Hafiz. Mengadakan diplomatic relations dengan Tiongkok Ming Dynasty.

1407 – 1428.
Sultan VII : Sultan Hussin Dzul Arsa = Sultan Hadji. Mengatasi serangan yang terakhir dari Angkatan Bersenjata Modjopahit, pada tahun 1409, ke Mekkah dan ke Peking diantar oleh Laksamana Hadji Sam Po Bo di zaman Yung Lo. Terkenal di dalam annals dari Tiongkok Ming Dynasty dengan nama “Adji Alasan” (A Dji A La Sa)

1428 – 1459.
Sultan VIII : Sultan Djafar Al Baki. Wafat diterkam harimau.

1459 – 1462.
Sultan IX : Sultan Hamid Al Muktadir. Wafat di dalam explosion of epidemics. Kesultanan Aru Barumun hampir hilang lenyap.

1462 – 1471.
Sultan X : Sultan Zulkifli Al Madjid. Lahir buta, tuli. Pada tahun 1469, Kesultanan Aru Barumun diserang oleh Kesultanan Malacca, atas perintah Sultan Mansjur Sjah I, yang memerintah 1441 – 1476. Kota pelabuhan Labuhabbilik dibumi hangus dan Angkatan Laut Kesultanan Aru Barumun seluruhnya habis dimusnahkan.

1471 – 1489.
Sultan XI : Sultan Karim Al Mukdji.

1489 – 1512.
Sultan XII : Sultan Muhammad Al Wahid. Mati pahlawan di dalam serangan Angkatan Bersenjata Portugis. Finished Kesultanan Aru Barumun, Kesultanan yang terakhir ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah di Kepulauan Indonesia dan di Kepulauan Nusantara.

1512 – 1523.
Sultan XIII : Sultan Ibrahim Al Djalil. Ditawan dan diperalat oleh pihak Portugis di Malacca, seperti Kaisar Henri Pu Yi oleh pihak Djepang di Tokyo. Terpaksa ikut serta di dalam Angkatan Bersenjata Portugis, menyerang ke Pidie, dll. Pada tahun 1523 di Sumadera Pasai ditawan dan dipancung oleh Laksamana Tuanku Ibrahim Sjah, saudara dari Sultan Ali Mukkajat Sjah Sultan Atjeh yang pertama. Hak atas Singgasana Kesultanan Aru Barumun, jatuh kepada new emerging Kesultanan Atjeh.

1523 – 1904.
32 orang Sultan dan Sultanah Atjeh de jure adalah juga Sultan Aru Barumun, seperti Kaisar Oosterreich adalah juga Kings Of Hungary, in Personal Unity.

1525 – 1816.
Sjahbandar Kesultanan Atjeh di Aru Barumun. Berkedudukan di Labuhanbilik. Sangat banyak di antaranya Sultan-sultan Muda= Crown Princes Of Atjeh, seperti juga di Indrapura Minangkabau. Akan tetapi sangat banyak pula diantaranya Buccaneers=Bajak laut. Labuhanbilik sangat sering ditembaki oleh kapal perang Inggris dengan Ships Artillery, tanpa pernah direbut.

1802 – 1816.
Dibawah pimpinan Fachrudin Harahap gelar Baginda Soripada. Orang-orang Marga Harahap dari Gunungtua Banangonang merebut bagian hulu dari bekas Kesultanan Aru Barumun. Resmi dengan Surat Tjap Kepala Sembilan dari Yangdipertuan Radja Naro, Baginda Soripada menjadi Vice-Roy Padanglawas bawahan Keradjaan Pagarruyung. Berkedudukan di Langgapajung.

1805 – 1816.
Karena ancaman dari new emerging Negara Darul Islam Minangkabau, maka : Sultan Alaudin Djohar Sjah Sultan Atjeh menempatkan Laksamana Sulaiman Nanggroje di Labukanbilik. Angkatan Laut Atjeh concentrated di estuary Sungai Barumun dan Bila. Marines Atjeh ditempatkan di Kotapinang Lama.
1816.
Langgapajung, Kotapinang dan Labuhanbilik, direbut oleh Tentara Padri dibawah commando Pamusuk Lubis gelar Tuanku Maga. Laksamana Sulaiman Nanggroje mati pahlawan, seperti Santa Barbara meledakkan persediaan mesiu. Baginda Soripada mati dipancung.

1816 – 1820.
Daerah bekas Kesultanan Aru Barumun dikuasai Army Group Tuanku Tambusai Padri Army, headquartering in Sunggam.

1820 – 1947.
Di bagian hilir dari bekas Kesultanan Aru Barumun, memerintah Alamsjah Dasopang Dynasty selaku Yangdipertuan Radja Kotapinang.

1838 – 1863.
Di bagian hulu dari bekas Kesultanan Aru Barumun, bergerilya Tuanku Tambusai yang memerintah dengan tangan besi.

1863 – 1942.
Bagian hulu dari bekas Kesultanan Aru Barumun, oleh Pemerintah Kolonial Belanda dijadikan daerah Pangreh Prodjo, dibawah seorang Controleur BB Belanda di Gunungtua. Devide Et Impera.
Kini
Daerah bekas Kesultanan Aru Barumun, hulu dan hilir, sangat makmur karena export cattle dan rubber. Have a look !! Plenty of lovely Harahap, Dongoran and Dasopang girls, plus rich dowries.


(3). 1200 – 1508 : Keradjaan Haru Wampu.
Keradjaan Haru Wampu adalah sesuatu pagan Batak Karo Priests Kingdom. (Lihat : Lampiran XI). Pada tahun 1339 direbut dan diduduki oleh Angkatan Bersenjata Modjopahit, dibawah commando Perdana Menteri Gadjah Mada sendiri. (Lihat : Lampiran XXVII). Pada tahun 1508 dimusnahkan atas perintah Sultan Ali Mukajat Sjah Sultan Atjeh Jang Pertama. Pada tahun 1853 berupa Kesultanan Langkat, dihidupkan kembali atas perintah Sultan Ibrahim Mansjur Sjah Sultan Atjeh Jang Ketigapuluh.


(4). 1508 – 1523 : Kesultanan Haru Delitua.
Lihat : Bagian 9 titik 4. Seorang Karee (orang Karo Dusun yang masuk Tentara Atjeh dan masuk Islam pula), bernama Manang Sukka : Dengan nama Sultan Makmun Al Rasjid I menjadi Sultan Haru Delitua. His Sultanah adalah Putri Hidjau, Sister dari Sultan Ali Mukkayat Sjah Sultan Atjeh Jang Pertama. It happened in 914 H (1508 M).

Pada tahun 930 ( 1523 M), Angkatan Bersenjata Portugis dari Malacca menyerang Kesultanan Haru Delitua. Dari Labuhan Deli sampai ke Delitua, Tentara Portugis bergerak laksana naga yang menyemburkan api. Artinya : Membabi buta menembaki dengan Artillery !! Sultan Makmun Al Rasjid I bertahan di Sukamulia, dengan Tentara Atjeh bawahan dia. Oleh pihak Portugis, hancur lebur ditembaki longrange dengan salvo’s Artillery. Seluruhnya mati Pahlawan !!

Palace Guard Kesultanan Haru Delitua gagah-perkasa dengan rencong menyerang Tentara Portugis, yang sedang membakar kota dan Istana Delitua dengan salvo’s Artellery tinggal gamping. Bukan tandingan !! Para Pria di kota Delitua habis extermited seluruhnya.

Putri Hidjau serta 5 orang Ladies In Waiting dapat ditawan oleh anak buah Tentara Portugis. Yakni : Oleh orang-orang Goa India dan orang-orang Macao Tiongkok, yang kafir dan biadab. Pakaian dari cuma 6 wanita tawanan itu, in a jiffy habis compang-camping disobek in the open air di siang hari terang benderang. The Ladies In Waiting menjerit-jerit menjadi korban dari ratusan orang-orang Goa India dan orang-orang Macao Tiongkok, yang sudah setengah tahun sexual hungry. Putri Hidjau dengan giginya dan dengan kuku-kukunya, sangat gigih mempertahankan kehormatannya. Akibatnya : Putri Hidjau in Eve’s costume diikat didepan mulut meriam. Stante-pede dinikmati oleh numerous orang-orang Goa India dan orang-orang Macao Tiongkok, gantian rebut-rebutan seperti binatang-binatang buas. Sambil ber-zikir, Putri Hidjau menahankan segala siksaan yang dibawa oleh pihak Kristen.

Dengan Schadenfreude yang maha besar, meriam itu mendadak ditembakkan oleh seorang Portugis. Bastial. Hancurlah Putri Hidjau !! Turut hancur orang Goa India, yang terlalu asyik menikmati The Queen Of Haru Delitua. Akan tetapi : Turut pula hancur Orang Portugis yang menembakkan meriam itu. Why ?? Meriam itu turut hancur !! Entah karena over-heated terlalu sering ditembakkan

Puntung dari meriam Portugis itu, menjadi “Keramat Meriam Puntung”. Menjadi relic untuk orang-orang Karo Dusun yang Islam. Begitulah kisah “Putri Hidjau yang sebenarnya”. Jauh lebih tragic daripada mythologic ornamentations di dalam “Sja’ir Putri Hidjau”.

Pada tahun 1853, Sultan Ibrahim Mansjur Sjah Sultan Atjeh Jang Ketigapuluh, mengangkat Wan Usman di Labuhan Deli, dengan nama “Sultan Usman Perkasa Alam” menjadi Sultan Deli Jang Pertana. First of all, Sultan Usman Perkasa Alam mentitahkan mendirikan sesuatu rumah-rumahan di tempat yang terpilih untuk membangun Istana Sukaradja Medan. Tempat penyimpanan dari Keramat Meriam Puntung, yang dengan Upacara Kebesaran dipindahkan dari Delitua, dan menjadi relic dari Kesultanan Deli. Dibawah kelambu kuning, sesudah selama lebih 300 tahun menggeletak in the open air di Delitua.

Sultan Deli Jang Kedua mendapat nama “Sultan Makmun Al Asjid II”.

Penutup.
No more Aru Haru Confusion di dalam penulisan sejarah perihal : Keradjaan Aru Sipamutung, Kesultanan Aru Barumun, Keradjaan Haru Wampu, dan Kesultanan Haru Delitua. Siapa Doctorandus dan Professor, yang berani tanding kepada Sutan Martua Radja ??
Posted by Amir Husin Daulay at 22:10 0 comments
Lampiran 21
Kesultanan Kuntu Kampar di Minangkabau Timur


1361 – 1339

I. Location.
Yang dimaksud dengan daerah “Kuntu Kampar: di “Minangkabau Timur”, adalah : Daerah hulu dari daerah-pengaliran Sungai Kampar Kiri Kanan. Di daerah itulah kini terletak kota dan kampung sebagai berikur : Pajakumbuh, Suliki, Bangkinang, Temuan Kampar, Pulau Lawan (Pahlawan), dan Kuntu Daerah itu terletak terbuka ke Selat Malacca, tanpa dirintangi oleh pegunungan. Walaupun berpenduduk Minangkabau, akan tetapi : Daerah itu seolah-olah membelakangkan central Minangkabau proper, yang berpusat di sekeliling gunung kembar Merapi Singgalang. Geopolitic sama seperti daerah Simalungun yang berpenduduk Batak, akan tetapi seolah-olah membelakangkan central Tanah Batak proper, yang berpusat di sekeliling Danau Toba. Geopolotic sama dan perkembangan parallel !!

II. Pepper Production=Penghasilan Meritja.
Pepper producing areas yang terpenting di seluruh dunia, adalah berturut-turut sebagai berikut :
1. 500 – 1000 : Daerah Sungaidareh Batanghari di Djambi.
2. 1000 – 1400 : Daerah Kuntu Kampar di Minangkabau Timur.
3. 1400 – 1600 : Daerah central Minangkabau, di sekitar gunung-kembar Merapi Singgalang.
4. 1600 – 1800 : Daerah Atjeh Barat.
5. 1800 – Kini : Daerah Lampung dan Pulau Bangka.
Akibatnya : The rise and fall of Kingdoms !! Wait and see.

III. Iskandar Zulkarnain Dynasty di Minangkabau.
Pada tahun 1921, Resident Westenenk menyelesaikan tulisannya yang tidak untuk umum dan yang bernama : De Hindu Javanen In Midden En Zuid Sumatra. Dia mencapai kesimpulan bahwa :
1. Akhir Abad Ke-XIII : Agama Hindu Djawa datang di Minangkabau.
2. Medio Abad Ke-XIV : Masa jaya dari Keradjaan Pagarruyung Minangkabau dibawah King Adityawarman.
3. Permulaan Abad Ke- XVI : Agama Islam masuk di Minangkabau.
4. Sejak Medio Abad Ke- XVI : Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung Minangkabau, semuanya ber-Agama Islam.

Akan tetapi : Di Minangkabau Timur ada kuburan-kuburan Islam, yang bertahun Hidjrah, dan yang dating from before 1300 CE. Membenarkan cerita-cerita Sultan (Radja Islam) para keturunan dari Iskandar Zulkarnain, yang katanya memerintah di Alam Minangkabau sebelum Radja Pagarruyung yang ber-Agama Hindu Djawa. Artinya : Sebelum masa jaya dari Keradjaan Modjopahit di Pulau Djawa, yang mendirikan Keradjaan Pagarruyung di Pulau Andalas, sebelum tahun 1350. Sedangkan Iskandar Zulkarnain adalah Alexander The Great, yang memerintah 336 – 323 before Christ, King Of Macedonia Greece yang merebut Persia, Gandara, Gudjarat. Tidak pernah merebut Alam Minangkabau !!
Bikin binggung Resident Westenenk. “Geen touw aan vast te knoopen”, begitulah dia berpendapatan. Resident Westenenk contacted teman sejawatnya Resident Poortman nearby di Djambi, yang sedang asyik melakukan Fieldwork Fact Finding perihal “Pamalayu Expedition”. Tentara Singosari 1275 – 1292 merebut Darmasraya Djambi.

Resident Poortman kebetulan sekali sudah terlebih dahulu menemukan di dalam tulisan-tulisan peninggalan Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty (976 – 1168), bahwa : Di jazirah Gudjarat India, hampir semuanya orang Islam Mazhab Sji’ah claimed to be descendants of Alexander The Great, yang disitu disebutkan “Iskandar Zulkarnain”. Eureka !! Resident Poortman segera mencurigai orang-orang Cambay Gudjarat, yang sebelum 1350 datang berdagang ke Minangkabau dan disitu menjadi origin dari Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty.

Resident Poortman kemudian bertahun-tahun lamanya doggedly melakukan pekerjaan “Detective Sejarah”, scrutinizing tulisan peninggalan Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty, Kesultanan Mesir Mamaluk Dynasty, Kesultanan Aru Barumun, Kesultanan Allahad India (yang menguasai jazirah Gudjarat sesudah Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty dan sebelum Kesultanan Dehli India, Tiongkok Yuang Dynasty, Tiongkok Ming Dynasty, dan entah mana lagi. Disamping itu Resident Poortman berjalan kaki melakukan Fieldwork Fact Finding di daerah hulu dari Sungai Batanghari, Kuantan, dan Kampar, daerah-daerah yang oleh Resident Westenenk disebutkan : “Waarmensch en tijger buren zijn”. Jelasnya : Lebih banyak macam daripada manusia.

Hasilnya sangat mengagumkan, perihal : Sultan Djohan Djani The Sophisticated Buccaneer, dan perihal : Sultan Malik Ul Mansur The History Corruptor. Lebih phantastic daripada fiction !!

IV. Sultan Djohan Djani The Spohisticated Buccaneer.
Lihat bagian 7 titik VI. Sultan Djohan Djani lahir di Combay Gudjarat. Ayahnya orang Persia, ibunya orang Punjabi. Berdua sudah turun temurun ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Berdua katanya tentulah keturunan dari Iskandar Zulkarnain !! Sedangkan setiap pengemis pun di jazirah Gudjarat katanya keturunan dari Iskandar Zulkarnain, the sexual King Kong yang 1.500 tahun sebelumnya very active membikin puas, bangga dan pregnant, entah ribuan wanita Persia, Punjabi dan Gudjarat. Di daerah-daerah tersebut itu, berjuta-juta banyaknya orang-orang yang katanya keturunan dari Iskandar Zulkarnain The Prolific.

Djohan Djani menjadi pelaut di Cambay Gudjatat, dengan kapal-kapal dagang turut belajar antara Zanzibar dan Daya Pasai. Djohan Djani naik manjadi Captain Kapal Peran di Kesjahbandaran Daya Pasai. Disitu 1168 – 1204 memerintah Laksamana Kafrawi Al Kamil, lepas dari Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty yang sudah musnah. Captain Djohan Djani mengkhianat terhadap Laksamana Kafrawi Al Kamil yang sudah tua. Captain Djohan Djoni self-made menjadi Laksamana Djohan Djani, buccaneer (bajak laut) di Pulau Weh.

Di muara Sungai Atjeh sudah terlebih dahulu bersarang seorang bekas bawahan dari Laksamana Kafrawi Al Kamil, yang juga sudah menjadi buccaneer, yakni : Laksamana Djohan Ramni. Terjadilah rebut-rebutan kuasa dan war-loot antara dua orang Laksamana yang berdua pula bernama “Djohan”. Very confusing. Laksamana yang berdua pula bernama “Djohan”. Very confusing. Laksamana Djohan Djoni got the luminous idea, bahwa : Dia lebih mudah menyerang growing old Laksamana Kafrawi Al Kamil dan menguasai daerah muara Sungai Pasai daripada : Dia terpaksa terus menerus bertahan terhadap serangan dari Laksamana Djohan Ramni dari muara Sungai Atjeh.

Pada tahun 602 H (1204 M), Laksamana Djohan Djani merebut daerah sekitar muara Sungai Pasai. Laksamana Kafrawi Al Kamil mati dibunuh. Laksamana Djohan Djani self-made menjadi Sultan Daya Pasai Jang Pertama. Disitulah pertama kali seorang yang katanya keturunan dari Iskandar Zulkarnain, menjadi Sultan (Radja yang Islam) di Kepulauan Nusantara.

Pandai Resident Poortman !! Di Tulisan tangan yang ada di perpustakaan “Adjaib Ghur” (museum di Lahore), dia di dalam tulisan peninggalan Kesultanan Allahabad “menemukan” Sultan Daya Pasai Jang Pertama. Resident Westenenk menentang Resident Poortman, membuktikan : Cara bagaimanakah “Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty”, dari Daya Pasai masuk di pedalaman Minangkabau ?? Begitu jauh dari laut. Notabene sebelum Tentara Modjopahit dibawah Adityawarman mendirikan Keradjaan Pagarruyung !! Sambil tackling challenge tersebut itu, Resident Poortman accidentally stumbled upon Kesultanan Kunta Kumpar (1301 – 1339) di Minangkabau Timur !! Sama saja seperti Herr Professor Doctor Sigmund Freud di Wina Austria, yang menyelidiki “The Interpretations Of Dreams” dan accidentally stumbled upon “Psycho Analyse Of Minority Complexes”.


V. Daerah Muara Sungai Pasai Diperebutkan.
Daerah muara Sungai Pasai, terletak di tepi Selat Malacca di muara sungai yang terbesar di Pantai Utara Atjeh, geopolitic sangat penting menguasai single exit entrance dari spices producing Kepulauan Nusantara. Terutama menguasi Flow Of Goods aliran dagang Meritja antara pepper producing Pulau Andalas dan pepper upgrading Semenandjung Gudjarat India. Seperti kini Singapore terhadap rubber.
1. 500 – 1100 : Keradjaan Poli.
Ber-Agama Buddha Hinayana, seperti the contemporary Keradjaan Sri Widjaja Djambi. Sangat banyak disinggahi oleh Chinese pilgrims yang pergi ziarah ke Nalanda India.
2. 1128 – 1204 : Kesjahbandaran Daya Pasai.
Sesuatu Satelite State bawahan Kesultanan Mesir Fathimyah Dynasty. Ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Kesultanan Mesir Fathimyah Dynasty menjadi kaya raya, karena di Daya Pasai dan di Cambay Gudjarat menguasai Flow Of Goods Dagang Meritja, yang berasal dari daerah Kuntu Kampar di Minangkabau Timur.
3. 1204 – 1285 : Kesultanan Daya Pasai.
Itulah Kesultanan (Keradjaan Islam) yang pertama sangat kuat di bidang maritim di Kepulauan Nusantara. Tidak bersifat Nasional Indonesia, karena didirikan oleh orang-orang Cambay Gudjarat. Walaupun ber-Agama Islam (Mazhab Sji’ah), akan tetapi : merupakan Penjajahan asing yang menindas penduduk asli Indonesia.
Kesultanan Daya Pasai tidak pula merupakan sesuatu Hereditary Monarchy yang teratur. Akan tetapi : Bersifat Feodal Maritim Oligarchy, seperti : Athena, Venezia, Zanzibar dan entah ada lagi di dalam sejarah dunia. Sultan Daya Pasai satu kali pun tidak pernah digantikan oleh Putranya. Akan tetapi : Senantiasa Laksamana serta Sjahbandar di dalam Daya Pasai Realm, rebutan menjadi Sultan. Terutama Laksamana yang berkedudukan Sjahbandar di Perlak Tamiang, Bandar Kalipah, Aru Barumun dan Bandar Atjeh. The short-lived Daya Pasai Sultanate tetap in turmoil succession wars.
4. 1285 : Finished Kesultanan Daya Pasai.
Sultan Daya Pasai Jang Kelima (Sultan Ibrahim Djani), adalah Cucu dari Sultan Daya Pasai Jang Pertama (Sultan Djohan Djani). Sultan Daya Pasai Jang Keenam dan yang terakhir (Sultan Bahaudin Al Kamil, bekas Sjahbandar di Bandar Kalipah), adalah Cucu dari Sultan Daya Pasai Jang Ketiga (Sultan Alwi Al Kamil.

Laksamana Muhammad Amin (Sjahbandar Perlak) serta Laksamana Jusuf Kayamudin (Sjahbandar Tamiang, yang kedua sangat bermusuhan, masing-masing pula menyerang Sultan Bahaudin Al Kamil di Daya Pasai karena, berdua mereka ingin menjadi Sultan Daya Pasai Jang Ketudjuh. Very complicated.

Lebih complicated lagi, karena : Islamised orang-orang Batak Gajo dari Nagur di pedalaman Atjeh, dibawah pimpinan Marah Silu alias Iskandar Malik dari darat menyerang pula ke Daya Pasai. Menyerang sarang dari penjajahan asing oleh orang-orang Cambay Gudjarat di muara Sungai Pasai

Menjadi Babilonic complicated, karena : Dagang Meritja di muara Sungai Pasai berarti big business. Turut campur pula 2 armada asing, yang cruising di depan muara Sungai Pasai. Yakni sebagai berikut :

A. Armada Kesultanan Mesir Mamaluk Dynasty.
Kesultanan Mesir Mamaluk Dynasty (yang ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i) menganggap Kesultanan Daya Pasai selaku sesuatu unwanted continuation dari Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty, yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah pula. Armada Mesir Mamaluk Dynasty dibawah commando Laksamana Ismail As Siddik, diperintahkan : Menghancurkan Kesultanan yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah yang di muara Sungai Pasai, dan : Disitu mendirikan sesuatu Kesultanan yang baru yang ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i.
Tegasnya : Kesultanan Mesir Mamaluk Dynasty ingin merebut Monopoly Dagang Meritja, yang sebelumnya membuat Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty menjadi begitu luar biasa kaya raya

B. Armada Tiongkok Yuang Dynasty.
Sebelum pihak Islam menguasai Flow Of Goods Dagang Meritja di muara Sungai Pasai, Tiongkok Yuang Dynasty menguasai Monopoly Dagang Meritja lewat jalan darat (The Famous Silk Road). Mulai dari Canton Tiongkok, dan berakhir di Pepper Distributing Centres di pihak Kristen di Consantinopel dan di Venezia.

1284.
Kesultanan Daya Pasai diserang serentak dari 2 jurusan. Dari diserang oleh Islamised Orang-orang Batak Gajo dibawah pimpinan Marah Silu alias Iskandar Malik. Dari laut diserang oleh Armada Mesir Mamaluk Dynasty dibawah commando Laksamana Ismail As Siddik. Kesultanan Daya Pasai hancur lebur !!
Armada Tamiang dibawah commando Laksamana Jusuf Kayamudin bekerja sama dengan Armada Tiongkok Yuang Dynasty, dan menyerang Armada Mesir Mamaluk Dynasty dari belakang. Armada Perlak dibawah commando Laksamana Muhammad Amin, menyerang sipenyerang dari belakang, dan berhasil menghancurkan Armada Tamiang serta Armada Tiongkok Yuang Dynasty. Very complicated !!
Marah Silu alias Iskandar Malik adalah Son In Law dari Laksamana Muhammad Amin. Being Husband dari Putri Ganggang Sari Putri Perlak. Dengan persetujuan dari Laksamana Muhammad Amin, Marah Silu alias Iskandar Malik ditahtakan oleh Laksamana Ismail As Siddik menjadi Sultan di daerah muara Sungai Pasai. Marah Silu alias Iskandar Malik menjadi Sultan Malik Us Saleh Sultan Samudera Pasai Jang Pertama.

5. 1285 – 1522 : Kesultanan Sumadera Pasai.
Didirikan oleh orang-orang Batak Gajo. Ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i. Itulah yang pertama Kesultanan (Keradjaan Islam) yang asli dan yang Nasional Indonesia. Teratur berupa Hereditary Monarchy. Sangat besar berjasa, mengembangkan Agama Islam Mazhab Sjafi’i. Sehingga kini Indonesia dan Malaya ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i, dan ber-Agama Islam Mzhab Sji’ah seperti Pakistan.


VI. Kesultanan Samudera Pasai serta Kesultanan Aru Barumun.
Sultan Malik Us Saleh lahir Pagan di Nagur di Tanah Batak Gajo. Sebelum masuk Islam selaku prajurit Kesultanan Daya Pasai, Iskandar Malik bernama Marah Silu. Artinya : Meurah (Clan Chief) dari orang-orang Batak Gajo dari Marga Silu. Sial sekali bahwa Iskandar Malik alias Malik Silu terpaksa tattooned on his face, dengan tanda-tanda dari Putra Radja Marga Silu. Life-time tidak terhapus.

Iskandar Malik alias Marah Silu sangat suka pula makan cacing. No wonder, bahwa Laksamana Ismail As Siddik semula sangat ragu-ragu didekati oleh Iskandar Malik alias Marah Silu, sambil anak-anak buahnya enak saja consuming jenazah dari Sultan Bahaudin Al Kamil. Akan tetapi : Iskandar Malik alias Marah Silu selaku bekas prajurit Kesultanan Daya Pasai, pandai luar kepala 30 Djuz mengaji Qur’an. Memang Bangsa Batak bangsa aneh. Tersiar kabar di kalangan orang-orang Mesir Mamaluk Dynasty, bahwa : Iskandar Malik alias Marah Silu, the tattlooned and cannibalistic worm connoisseur, mendadak pandai mengaji Qur’an, karena lidahnya diludahi oleh Tuhan, Allah Ta’ala SWA. Marah Silu alias Iskandar Malik di dalam waktu sehari semalam saja, sudah pula faham Figh Sjafi’I, belajar dari Laksamana Ismail As Siddik. Memang orang Batak kepala batu.

Laksamana Ismail As Siddik membutuhkan seorang Penduduk Asli untuk dijadikan Sultan yang Ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i, yang pasti akan membasmi orang-orang Gudjarat India yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah dan yang masih memegang Monopoly Dagang meritja. Atas nama Sjarif Mekkah (Chalifatullah Abbassiah Dynasty yang mendapat asylum di Kesultanan Mesir Mamaluk Dynasty, sejak Tentara Holako Khan merebut Baghdad, 1258 , Marah Silu alias Iskandar Malik dilantik oleh Laksamana Ismail As Siddik menjadi Sultan Malik Us Saleh Sultan Sumadera Pasai Jang Pertama.

Sultan Malik Us Saleh benar membasmi Agama Islam Mazhab Sji’ah serta menanamkan Agama Islam Mazhab Sjafi’i di sekitar Selat Malacca. Disitulah mulai Agama Islam Mazhab Sjafi’I menjadi Symbol terhadap penjajahan asing di Kepulauan Nusantara. Bertahan terhadap orang-orang Gudjarat India yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah terhadap orang-orang Portugis yang ber-Agama Kristen Katholiek, dan terhadap orang-orang Belanda yang ber-Agama Kristen Protestan.

Sultan Malik Us Saleh (1285 – 1296) digantikan oleh Putranya Sultan Malik Ut Tahir (1296 – 1327). Seorang lagi Putra dari Sultan Malik Us Saleh yakni Prince Malik Ul Mansur, sejak tahun 1295 sudah de-facto berkuasa di daerah sekitar muara Sungai Barumun. Dia nikah dengan seorang cucu dari Sultan Bahaudin Al Kamil, yakni : Putri Nur Alam Kumalasari. Prince Malik Ul Mansur membangkang di dalam Agama Islam Mazhab Sji’ah, dan dia mendirikan Kesultanan Aru Barumun pada tahun 1299. Lihat : Lampiran XX.

Perang saudara antara Kesultanan Sumadera Pasai contra Kesultanan Aru Barumun sangat berbahaya, karena : Masih sangat banyak orang-orang Gudjarat India yang ingin menjadi Sultan Daya Pasai Jang Ketudjuh. Sultan Malik Ut Tahir berdamai dengan his Brother Sultan Malik Ul Mansur. Sultan Tamiang menjadi Sungai Perbatasan antara dua Kesultanan yang berkerabat akan tetapi berlainan Mazhab itu.

Kesultanan Sumadera Pasai (1285 – 1522) terkenal karena kunjungan Ibn Batutah (seorang Tunisia yang menjadi Roving Ambassador Kesultanan Dehli India), pada tahun 1345 dan pada tahun 1346 di dalam perjalanan pulang pergi ke Tiongkok.

Kesultanan Aru Barumun (1299 – 1512) terkenal karena kunjungan Laksamana Hadji Sam Po Bo dengan Armada Tiongkok Ming Dynasty, di dalam periode 1405 – 1425. Lihat : Lampiran XX


VII. Pihak Islam Contra Pihak Hindu Djawa, 1275 – 1409.

1. Monopoly Dagang Meritja di tangan pihak Islam, 1128 – 1289.
Pihak Islam muara di Sungai Pasai, menguasai Monopoly Dagang Meritja dari daerah pengaliran Sungai Kampar Kiri Kanan, sejak Angkatan Bersendjata Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty pada tahun 1128 menduduki daerah sekitar muara Sungai Pasai dan merebut pepper producing daerah Kuntu Kampar di Minangkabau Timur.
Pada tahun 1168, Tentara Mesir Fathimiyah Dynasty yang ketinggalan di Minangkabau Timur oleh Tentara Darmasraya Djambi yang ber-Agama Buddha terpukul mundur dari Sungaidareh dan dari kampung Minangkabau Asli. Pepper dari daerah Sungaidareh Batanghari selanjutnya dikuasai oleh Keradjaan Darmasraya Djambi. Lihat : Lampiran XXII.

2. Monopoly Dagang Meritja di Tangan pihak Hindu Djawa, 1289 – 1301.
Di dalam Pamalayu Expedition 1275 – 1289. Keradjaan Singosari Djawa Timur berturut-turut merebut : Keradjaan Darmasraya Djambi, serta pepper producing daerah-daerah Sungaidareh Batanghari dan Kuntu Kampar. Monopoly Dagang Meritja sekuruhnya lepas dari tangan pihak Islam, dan jatuh kedalam tangan pihak Hindu Djawa. Itulah hasil dari Pamalayu Expedition !! Bukannya cuma gula kaki dua berupa Princess Doro Petak (Keumbang Putih) dan Princes Doro Djinggo (Keumbang Beureum), sebagaimana masih saja diajarkan di SMP.

3. Monopoly Dagang Meritja kembali kedalam tangan fihak Islam, 1301 – 1339.
Pada tahun 1292, terjadi huru hara di Djawa Timur. Keradjaan Singosari musnah. Keradjaan Kediri timbul. Keradjaan Kediri musnah pula. Keradjaan Modjopahit timbul. Akibatnya di daerah Kuntu Kampar di Minangkabau Timur, ketinggalan sesuatu Tentara Singosari tanpa Mother Country. Seperti Tentara Xenophon di Mesopotamia. Tidak pula mau tunduk kepada Keradjaan Modjopahit.
Pada tahun 1301, Tentara Kesultanan Aru Barumun merebut daerah Kuntu Kampar dari tangan Tentara Singosari, yang ketinggalan disitu. Tanpa izin akan tetapi juga tanpa gangguan dari Kesultanan Samudera Pasai karena : Pada tahun 1297 Keradjaan Modjopahit sudah merebut dan menduduki Kesultanan Perlak. Resiko : Keradjaan Modjopahit pasti mesti datang membanting Kesultanan Aru Barumun, dan merebut daerah Kuntu Kampar. Look out !!
Kesultanan Aru Barumun mendirikan Kesultanan Kuntu Kampar, berupa Vassal Sultanate bawahan Kesultanan Aru Barumun. (Seperti Kesultanan Atjeh mendirikan Kesultanan Indrapura, berupa Vassal Sultanate bawahan Kesultanan Atjeh). Lihat nanti : Titik VIII.


4. Monopoly Dagang Meritja kedua Kalinya direbut oleh pihak Hindu Djawa, 1339.
Keradjaan Modjopahit menjadi maritim sangat kuat, dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada (1331 – 1364). Untuk Keradjaan Modjopahit, Monopoly Dagang Meritja sama pentingnya seperti untuk its predessessor Keradjaan Singosari. Akan tetapi : Untuk Keradjaan Modjopahit, perkembangan Agama Islam di Kepulauan Nusantara, merupakan latent yang jauh lebih besar daripada untuk Keradjaan Singosari. (Lihat : Lampiran XXVII). Perdana Menteri Gadjah Mada bersumpah, sebagai berikut : Sekaligus, merebut Monopoly Dagang Meritja, dan memusnahkan semuanya pemerintahan Islam di Kepulauan Nusantara !!

Pada tahun 1339 Armed Forces Mojopahit dibawah commando Prince Adityawarman, merebut dan memusnahkan Kesultanan kuntu Kampar. Monopoly Dagang Meritja untuk kedua kalinya direbut oleh pihak Hindu Djawa. Lepas dari tangan pihak Islam, hingga mereka sesudah tahun 1500 timbul Kesultanan Atjeh dan Kesultanan Banten.

Tahun itu juga, Armed Forces Modjopahit menyerang Kesultanan Aru Barumun. Yakni : Pada tahun 738 H (1339 M). Gagal !! Lihat : Lampiran XX dan Lampiran XXVII.

5. Extra perihal : Keradjaan Pagarruyung, 1339 – 1804.
Lihat : Bagian 10 titik, perihal : Pagarruyung Massacre, 1804. Keradjaan Pagarruyung sangat cherished di dalam dongeng-dongeng Minangkabau. Dan juga di dalam dongeng-dongeng Mandailing. Indah permai dihias dengan aneka warna mythologic nonsense !!

Pada tahun 1339, Keradjaan Modjopahit benar cukup kuat untuk memusnahkan Kesultanan Kuntu Kampar dan Keradjaan Silo. (Lihat : Lampiran XVI). Akan tetapi : Keradjaan Modjopahit gagal memusnahkan Kesultanan Aru Barumun dan Kesultanan Sumadera Pasai. Lihat : Lampiran XXVII). Akibatnya : Prince Adityawarman berani mengkhianati terhadap Keradjaan Modjopahit, terhadap King Hayam Wuruk dan Perdana Menteri Gadjah Mada. Prince Adityawarman self-made menjadi King Adityawarman, King Of Pagarruyung. 1339 – 1376. Itulah asal mulanya Keradjaan Pagarruyung Minangkabau yang ber-Agama Hindu Djawa.

Setelah wafat Perdana Menteri Gadjah Mada, maka : Weakened and degenerated Keradjaan Modjopahit sekali lagi mati-matian hendak merebut Monopoly Dagang Meritja di daerah Kuntu Kampar. Akan tetapi : Tentara Modjopahit dimusnahkan oleh Tentara Pagarruyung di dalam Pertempuran Padang Sibusuk 1409. Lihat : Lampiran XXIII. Akibatnya sebagai berikut :
1339 - 1409 : Centralised Power di Alam Minangkabau ada di dalam tangan Radja-radja Pagarruyung, yang adalah Javanese Foreigners tanpa Adat Matriachy, dan ber-Agama Hindu Djawa.
1409 – 1804 : Centralised Power no existent di Alam Minangkabau. Kepala Adat Matriarchy and infinitum dan ad ridiculum mempertentangkan pemerintahan local, sekampung dan seluhak. Bikin jengkel Tuanku Nan Rentjeh. Lihat bagian 10.
1339 – 1581 : Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung Minangkabau ber-Agama Hindu Djawa.
1581 – 1804 : Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung Minangkabau ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Akan tetapi : Tidak cukup kuat untuk merebut Centralised Power, lepas dari tangan Kepala Adat Matriarchy di Alam Minangkabau.

Conclusion : Walaupun ada seorang Yangdipertuan Radja Alam Minangkabau yang memakai gelar “Sultan Alif” akan tetapi : Kesultanan Pagarruyung Minangkabau never been dengan Centralised Power di dalam tangan Sultan, di dalam tangan satu orang saja.
1409 – 1804 : Keradjaan Pagarruyung Minangkabau hanyalah ornamental. Lihat : bagian 10. Terutama dimaksud berupa symbol dari Kesatuan Minangkabau, untuk daerah Rantau seperti Daerah Negerisembilan.


VIII. 4 Orang Sultan-sultan Kuntu Kampar.
Didekat kampung Kuntu. Resident Poortman berhasil in deciphering nama-nama dari 4 orang Sultan Kuntu Kampar, dari kuburan Sultan yang located oleh Resident Westenenk. Yakni sebagai berikut :
1. Sultan Said Amanullah Perkasa Alam.
2. Sultan Rasjid Karim Perkasa Alam.
3. Sultan Ibrahim Saleh Perkasa Alam.
4. Sultan Djohan Alim Perkasa Alam.
Repeat : Mereka bukanlah hereditary Sultans, akan tetapi : Titulary Sultans yang non hereditary bawahan Kesultanan Aru Barumun. (Seperti para Yangdipertuan Radja Negerisembilan, sebelum tahun 1804 adalah non hereditary Governors General bawahan Keradjaan Pagarruyung).

Merekalah yang bertempat kemudian samar-samar masuk kedalam “Tambo Minangkabau”. Disangka Sultan dari “Iskandar Zulkarnain Dynasty”. Pandai Resident Poortman !! Repeat : Tidak ada asap, tanpa api. Benar bahwa ada Sultan-sultan di Minangkabau, sebelum Keradjaan Pagarruyung !!

IX. Phantasy Dari Sultan Mali Ul Mansur Corruptor Sejarah.
1. Sultan Djohan Djoni (Sultan Daya Pasai Jang Pertama) claimed to be descendant of Alexander The Great.
2. Sultan Alwi Al Kamil dan Sultan Bahaudin Al Kamil (Sultan Daya Pasai Jang Ketiga dan Jang Keenam) adalah keturunan dari Nabi Muhammad SAW lewat Imam Sji’ah VII. Lihat : Lampiran XXV.
3. Sultan Malik Us Saleh (Sultan Samudera Pasai Jang Pertama adalah seorang cannibalistic and tattooed Batak Gajo dari Nagur yang lahir pagan. Terkenal pula suka makan cacing !!
4. Sultan Malik Ul Mansur (Sultan Aru Barumun Jang Pertana, lahir Islam, walaupun Ayahnya (Sultan Malik Us Saleh lahir pagan. Lagi pula : Ibunya adalah Putri Ganggang Sari seorang Putri Persia dari Kesultanan Perlak, dan : Isterinya adalah Putri Nur Alam Kumalasari seorang Putri dari Al Kamil Dynasty.

Sultan Malik Ul Mansur tentulah malu, mengaku keturunan dari Batak Gajo cannibals dari Nagur. Itulah sebabnya maka : Sultan Malik Ul Mansur mengadakan history corruption (pemalsuan sejarah), yang di dalam Sejarah Indonesia, cuma ada taranya didalam. Babad Djawi. Yakni perihal keturunan dari Kiai Gede Pamanahan. How ??
1. Iskandar Malik katanya adalah Putra dari Sultan Ibrahim Djani (Sultan Daya Pasai Jang Kelima). Iskandar Malik masih anak kecil, katanya kidnapped oleh tattooed and pagan-pagan orang Batak Gajo dan dibawa ke Nagur. Disitu dia tidak eaten-up, akan tetapi : Dia tattooed dengan tanda-tanda dari Putra Radja Marga Silu. Namanya diganti dengan “Marah Silu” (Chief dari Marga Silu).
2. Sangat pandai Sultan Malik Ul Mansur menjungkir balikkan sejarah !! Katanya lagi : Sultan Malik Us Saleh The Tattooed Sultan (Iskandar Malik=Marah Silu) sebenarnya adalah Putra dari Sultan Ibrahim Djohan Djani (Sultan Daya Pasai Jang Pertama). Lewat Sultan Djohan Djani, Sultan Malik Ul Mansur katanya adalah keturunan dari Iskandar Zulkarnain !! Puas. Very Clever.

Sultan Said Amanullah Perkasa Alam (Titulary Sultan Kuntu Kampar Jang Pertama) adalah seorang Putra dari Sultan Malik Ul Mansur. Dia sangat sombong, dan sangat parah menindas penduduk asli Minangkabau. Lebih parah lagi daripada Ayahnya, dia tidak mau mengaku keturunan dari cannibalistic and tattooed orang Batak Gajo. Akibatnya : Sultan Said Amanullah Perkasa Alam introduced “Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty” di Alam Minangkabau !! QED Pandai Resident Poortman. Puas Resident Westenenk.

Mythos tetap mythos, dimana hanyalah ada 2% fakta sejarah yang terbenam di dalam 98 % mythologic ornamentations. Di dalam hal “Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty”, benar bahwa 1301 – 1339, ada Sultan (Radja Islam di Minangkabau Timur, sebelum Keradjaan Pagarruyung Jang ber-Agama Hindu Djawa, 1339 – 1581. Thar’s all to it. No more.

X. Kuburan-kuburan Sultan di Kampung Kuntu.
Pada tahun 1927, Resident Poortman mengadakan Survey (Fieldwork Fact Finding), perihal kuburan Islam dating from before 1339, yang di waktu itu masih sangat banyak di rimba-raya Minangkabau Timur. Di sekitar Bangkinang di tepi Sungai Kampar Kanan, Resident Poortman menemukan Kuburan Islam yang tertua di Minangkabau. Yakni : Dating from 521 H (1128 M)
Di dekat kampung kunta di tepi Sungai Kampar Kiri, Resident Poortman menemukan 90 kuburan Islam. 12 diantaranya, masih dapat deciphered oleh Resident Poortman. Termasuk 4 kuburan Sultan-sultan. Di kampung Kuntu, Resident Poortman menemukan pula ruins dari sesuatu Mesjid yang buatannya sangat kuat dari batu pualan.

Oleh penduduk asli setempat ruins Mesjid dan kuburan Sultan yang di Kuntu Kampar itu, sedikitpun tidak dihiraukan !! Malahan disebutkan : “Kuburan Keling”. Rupa-rupanya masih ada Sarvivals, dari penjajahan asing oleh orang-orang Cambay Gudjarat, yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Sedangkan orang-orang Minangkabau Timur, kini adalah ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i.

Karena Conjuncture Tinggi Dagang Karet sebelum tahun 1930, maka : Rimba raya di Minangkabau Timur dirubah menjadi kebun-kebun Karet Rakyat. Bukannya orderly rubber plantations, akan tetapi : Wild and dense rubber jungles. Penuh harimau-harimau karena : Celeng suka memakan biji-biji karet dan : Harimau suka memakan celeng. “Kuburan Keling” di Minangkabau berbahaya lenyap dibongkar oleh akar-akar pohon karet.

Lebih parah lagi, bahwa : Para penyadap pohon-pohon karet sering mengambil batu-batu dari “Kuburan Keling”, untuk digunakan membanting rubber slans, Batu-batu itu adalah batu pualam (marmar putih) : bekas import dari Gudjarat India. Di sebelah atas ada calligraphic Arabesques yang sangat indah. Akan tetapi : Di sebelah bawah masih ada ukiran-ukiran Hindu Shiwa !! Terang bahwa : Batu-batu Pualam itu berasal dari Hindu Temples di Gudjarat India.
Kuburan-kuburan Islam Mazhab Sji’ah di Minangkabau Timur, yang dating 1128 – 1339 : Perlu diselidiki oleh para Ahli-ahli Sejarah serta para Ahli Islamology Indonesia. Walaupun beliau itu ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i dan beliau itu : Orang-orang Islam Mazhab Sji’ah kira-kira dianggap “Kafir”. Haraplah beliau itu tidak seperti pendudukasli Minangkabau Timur, menggunakan istilah “Kuburan Keling”.

Agar supaya : Mudah-mudahan dilanjutkan usaha dari Resident Poortman 1927 – 1931, menyelidiki Kuburan Islam yang sudah ada di Minangkabau Timur sebelum Keradjaan Pagarruyung Minangkabau yang ber-Agama Hindu Djawa. Insya Allah terlaksanalah kiranya.
Posted by Amir Husin Daulay at 22:01 1 comments
Lampiran 22
Mythos Menang Kerbau


“Mythos Menang Kerbau” malahan lebih cherished lagi oleh Brother from Minangkabau daripada “Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty” yang sudah secara begitu brilliant selesai tackled oleh Resident Poortman. Why ?? Secara kertoboso (ethymology kanak-kanak). “Mythos Menang Kerbau” dapat menerangkan asal usul dari nama “Minangkabau”. Malahan poor Sister from Minangkabau pun turut korban, yakni : Tanpa salah pemeriksaan perkara, sudah di vonnis sangat berat. How ?? Harus pakai imitation tanduk kerbau yang benar sangat berat.
Mythos Menang Kerbau, isinya in a nutshell adalah sebagai berikut :

1. Sesuatu Tentara Hindu Djawa memasuki Alam Minangkabau lewat Kiliran Djao (Javanese whetting stone).
Hal mana adalah historic benar malahan bukan cuma satu kali akan tetapi : Sampai tiga kali Alam Minangkabau dimasuki oleh Tentara Hindu Djawa. Yakni : Pada tahun 1289, 1339, dan 1409. Lihat : Lampiran XXI. Repeat : Untuk merebut Monopoly Dagang Meritja di tangan pihak Islam, Keradjaan Sngosari dan Modjopahit merebut daerah-daerah hulu Sungai Batanghari dan Kampar. Sambil lalu merebut pula daerah Central Minangkabau, yang terletak di dalam crescent antara Sungaidareh dan Pulau Lawan.

2. Pihak Minangkabau tidak cukup kuat, untuk membendung dan mengusir aggression hindu Djawa itu. As always very sly, pihak Minangkabau mencari akal, out-witting pihak hindu Djawa. How ?? Pihak Minangkabau menantang pihak Hindu Djawa, to come out di dalam pertandingan adu kerbau. Kerbau milik pihak mana yang menang pihak itulah yang seterusnya menguasai Alam Minangkabau. Pihak Hindu Djawa yang rupa-rupanya sangat bodoh, menerima tantangan dan menerima syarat. pIhak Hindu Djawa tentulah memasukkan seekor kerbau yang paling besar dan paling kuat, kedalam pertandingan Buffalo Contest. Pihak Minangkabau very clever mempertandingkan seekor anak kerbau, yang masih kecil, masih suckling, dan sehari semalam sengaja dilaparkan. Dipasangkan tanduk-palsu dari besi. Sambil wildly mencoba menyusu pada kerbau jantan milik pihak Hindu Djawa, anak kerbau milik pihak Minangkabau menebus perut dari kerbau milik pihak Hindu Djawa. Hip-Hip-Horay !! Pihak Minangkabau menang, pertandingan adu kerbau. Pihak Hindu Djawa sangat manis keluar dari Alam Minangkabau.

Very childish and very stupid !! Mustahil seorang Panglima Tentara Hindu Djawa, mau meninggalkan sesuatu daerah yang begitu jauh di pedalaman Pulau Andalas, dan yang baru saja dia rebut. Cuma karena kalah main adu kerbau, ataupun : Karena kalah main adu jangkrik ?? Pasti dia akan mati dipancung, atas perintah King Djoko Dolok (King Of Singosari) ataupun atas perintah Perdana Menteri Gadjah Mada (Premier Modjopahit). Siapa Panglima yang mau begitu tolol ?? Don’t tell me, Brother. Lebih makan di akal, bahwa Panglima Tentara Hindu Djawa itu, simply barbecued those two buffalos tanpa bayar. Who shouldn’t ?? Charcoaled buffalo sirloin steaks Bon Appetit !!

Seperti lazim di dalam semuanya mythos (termasuk “Mythos Siegfried”, termasuk “Mythos Remus Dan Romulus”), disitu benar mesti ada 2% fakta sejarah yang terbenam di dalam 98% mythoslogic ornamentations. In casu : Benar bahwa Tentara Hindu Djawa yang terakhir memasuki Alam Minangkabau, dipukul mundur keluar dari Alam Minangkabau. Yakni : Tentara Modjopahit, yang pada tahun 1409 dikalahkan oleh tentara Pagarruyung Minangkabau, di dalam Pertempuran Padang Sibusuk. (Lihat : Lampiran XXI titik VII). Itulah yang oleh Brothers from Minang, dikira a cosy Buffalo Contest. Quod non !! Repeat : Padang Sibusuk=The Stenchfield.

Selain daripada phonetic kebetulan sakali nama “Minangkabau” ethymologic sama sekali tidak ada hubungannya dengan pertandingan adu kerbau. Tidak ada hubungannya dengan “Menang Kerbau”.

Nama “Minangkabau” adalah jauh lebih dahulu, daripada nama dari Keradjaan Singosari dan Keradjaan Modjopahit sendiri. Didapat oleh Resident Poortman sebagai berikut. Tentara Mesir Fathimiyah Dynasty pada tahun 588 H (1191 M), dipukul mundur dari sesuatu kampung bernama “Minangkabau”,oleh Tentara Darmasraya Djambi. Itulah sebabnya, maka : Pihak Islam di daerah muara Sungai Pasai hanyalah menguasai pepper production dari daerah hulu Sungai Kampar Kiri Kanan. Tidak pernah menguasai pepper production di daerah hulu Sungai Batanghari. Itulah sebabnya, maka : Akan kuburan Islam Mazhab Sji’ah dating from 1128 – 1339, di daerah Kuntu kampar. Tidak ada di daerah Batanghari, yang dari laut lebih mudah dicapai.

Tempat dari kampung yang bernama “Minangkabau” itu, located oleh Resident Westernenk : Antara kota Batusangkar (Fort van der Capellen) dan kampung Sungajang. Di sesuatu ladang yang terletak tinggi dan masih tegas kelihatan strategic letaknya.

Kampung “Minangkabau” itu, rupa-rupanya pada tahun 1191 tidak habis dimusnahkan. Hampir 200 tahun kemudian, nama “Minangkabau” turut didaftar buku Negarakertagama, selaku salah satu jajahan takluk dari Keradjaan Modjopahit.

Menurut dugaan dari Resident Poortman selaku “Batak Kenner”, kampung Minangkabau mustilah nama dari kampung asli Suku Bangsa Minangkabau. Seperti kampung Siandjur Sagala Limbong Mulana adalah kampung asli dari Suku Bangsa Batak. No use, membuang waktu pada speculations !!

Bagaimanakah lain-lain speculatons perihal ethymology dari nama Minangkabau ?? Seperti oleh Dr, van der Tuuk (Tuan Pandortuk, Lihat : Lampriran XIX), yang menduga bahwa “Pinang Khabu” artinya “Country Of Origin”. Parallel dengan “Dajeuh Kolot”. “Purwa Negara”.dsb.


Sonny Boy.
Kedalam buku ini, speculations tidak turut masuk. Just only facts yang acceptable untuk seorang Tukang Pelor. No more.


Hint untuk Brothers from Minang.
Better to Stop all speculations perihal ethymology dari nama “Minangkabau”. Why ?? Lebih banyak ruginya, daripada untungnya !! How ?? Sambil ribut nonsensical and childish ethymologies dari nama Minangkabau, maka : Brother from Minang sampai lupa menyelidiki Sejarah Minangkabau Sejarah Minangkabau secara exact berikut angka tahunan.

Lihat : Lampiran XXIX. Pada tahun 1939. Sutan Martua Radja sudah menyusun Daftar Angka-angka Tahunan Sejarah Batak. Disitu sangat banyak Angka-angka Tahunan yang diketemukan sendiri, oleh Sultan Martua Radja cs. sebaliknya : Orang-orang Minangkabau sendiri, tidak pernah menemukan satu pun Angka Tahunan Sedjarah Minangkabau Terlalu.

Lihat : Lampiran XV. Pada tahun 1914, Dr. Hussein Djajadiningrat sudah membuat analysa dan menulis “Critische Beschouwingen Over De Sejarah Banten”. Pada tahun 1928. Sultan Martua Radja sudah membuat analysa dan menulis “Critische Beschouwingen Over De Simalungun Bataksche Hedden Varhalen”. Sebaliknya : Brothers from Minang hingga ini hari, tidak ada satu pun yang sanggap membuat analysa perihal Mythos-mythos Minangkabau. Termasuk “Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty”, “Mythos Menang Kerbau, Mythos Bundo Kanduang”, ”Mythos Tjinduah Mato”, “Mythos Si Malin Kundang”, “Tambo Minangkabau”. Repeat : Terlalu !!

Come on brothers from Minang. Go Ahead !! From now on analysa fakta sejarah yang sebanyak 2%. Terbenam di dalam 98 % Mythologic ornamentatios. Horas !!
Posted by Amir Husin Daulay at 21:58 0 comments
Lampiran 23
Akibat Dari Pertempuran Padang Sibusuk 1409


I. Ornamental Keradjaan Pagarruyung.
Lihat : Lampiran XXI titik VII, fatsal 5. Di dalam Pertempuran Padang Sibusuk 1409, separatistic Keradjaan Pagarruyung mengalahkan Tentara Modjopahit yang hendak kedua kalinya merebut pepper producing daerah Minangkabau Timur. Akan tetapi kemenangan yang gilang-gemilang itu menjadi Pyrrhus Victory untuk Keradjaan Pagarruyung. How ?? Pada waktu Cavalry Pagarruyung mati-matian bertempur melawan Marines Modjopahit yang numeric jauh lebih kuat, pasukan-pasukan rakyat dari penduduk Minangkabau asli menyerang dan membumi hanguskan ibukota dari Keradjaan Pagarruyung di Batusangkar. Why ?? Orang Minangkabau suka Matriarchalistic Democracy dimana ribuan kepala adat turut bicara, tidak suka Hindu Javanese Absolutism di dalam tangan satu orang Radja saja yang Patriarchalistic pula.

Repeat : Sejak King Aditywarman. Keradjaan Pagarruyung 1339 – 1409 sangat kuat mempunyai Central Government. Sejak Pyrrhus Victory Padang Sibusuk, Keradjaan Pagarruyung 1409 – 1804, tinggal ornamental. Tolerated oleh Kepala Adat Matriaechy Minangkabau, hanya untuk Symbol of unity di daerah-daerah rantau, akan tetapi : Tanpa Armed Forces !!

Sejak Sultan Alif pun, Keradjaan Pagarruyung yang 1581 – 1804 ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah tetap saja curtailed oleh Kepala Adat Matriarchy Minangkabau, dan tetap tinggal ornamental. Oleh mereka tidak diizinkan menjadi Kesultanan dengan Central Government di dalam tangan satu orang Sultan saja.

Ornamental Keradjaan Pagarruyung tanpa Armed Forces menjadi easy prey untuk Hambali fanatics, di dalam Massacre Pagarruyung dan Sexual Orgy Buo pada tahun 1804. Lihat : bagian 10, titik 4.


II. La Chute Du Royaume De Modjopahit.
Tidak diinsyafi oleh wishful thinking Ahli Sejarah Indonesia, bahwa : Debacle Padang Sibusuk 1409 itulah lonceng mati untuk Keradjaan Modjopahit yang 1331 – 1364 begitu kuat dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada. Keradjaan Modjopahit mempunyai potency dalam negeri, yang sama seperti Keradjaan Singosari with its Pamalayu Expedition. Tidak pernah potency dalam negeri yang begitu besar, ada pada sesuatu Keradjaan ataupun Kesultanan diluar Pulau Djawa di Kepulauan Nusantara. Potency dalam negeri termasuk recruits untuk Armed Forces.
Tidak diinsyafi oleh wishful thinking Ahli Sejarah Indonesia, bahwa : Kesultanan Aru Barumun yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, itulah adversary yang terbesar dari Keradjaan Modjopahit yang kafir. Buktinya dikumpulkan oleh Sultan Mertua Radja sebagai berikut :

1. Sultan Firman Ul Karim.
Lihat : Lampiran XX titik 2, betapa fanatic Kesultanan Aru Barumun dibawah pimpinan Sultan Firman Ul Karim pada tahun 738 H (1339 M) bertahan terhadap aggression Modjopahit, di zaman Perdana Menteri Gadjah Mada (1331 – 1364) himself.

2. Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir.
Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir disebutkan dalam “Sejarah Melaju”, selaku Laksamana Kesultanan Malacca (1383 – 1511) yang gagah perkasa menyerang Armed Forces Perdana Menteri Gadjah Mada, di perairan Pulau Djawa sendiri !!
Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir tersebut di dalam annals Kesultanan Aru Barumun (1299 – 1512), selaku Laksamana Aru Barumun yang di dalam periode 741 – 767 H ( 1341 – 1365 M) : Mengamankan Kesultanan Aru Barumun bebas seluruhnya dari aggression Modjopahit yang kafir dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada dan yang sanggup pula : Merebut Muar Malaya dari tangan Armada Siam serta selama 15 tahun berkuasa disitu.
Pertanyaan : Mana yang benar ?? “Sejarah Melaju” kah ?? ataukah annals Kesultanan Aru Barumun kah ??
Dijawabnya : Di waktu pemerintahan Perdana Menteri Gadjah Mada, Kesultanan Malacca belum pun ada !!
Conclusion : Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir berdua adalah Laksamana Kesultanan Aru Barumun !! Selama berkuasa mereka berdua itu, Selat Malacca bebas dari aggression Modjopahit yang kafir. Catatan : Di Djakarta diadakan “Djalan Sultan Firman Ul Karim”. Karena Sultan Firman Ul Karim, Sultan Aru Marumun 1336 – 1361, itulah yang memungkinkan perjuangan dari para bawahannya Laksamana Hang Tuah, Laksaman Hang Lekir dan Captain Hang Djebat.

3. Sultan Hussin Dzul Arsa.
Keradjaan Modjopahit yang kafir membumi hanguskan Mesjid-mesjid sebagai berikut : Di Perlak 1295, di Kuntu Kampar 1339, di Aru Barumun 1339 dan di Tamiang 1339. Tidak pernah dima’afkan ataupun dilupakan oleh Sultan Aru Barumun.
Setelah Pertempuran Padang Sibusuk, maka : Modjopahit Navy pada tahun 813 H (1409 M) berlabuh di estuary Sungai Bila Barumun, untuk menyerang its arch enemy Kesultanan Aru Barumun. Sultan Hussin Dzul Arsa (Sultan Aru Barumun Jang Ketudjuh) tidak kalah fanatic kepada Sultan Firman Ul Karim (Sultan Aru Barumun Jang Ketiga), di dalam hal menentang aggression Modjopahit yang kafir.
Ceritanya : Wanita Islam Mazhab Sji’ah di Kesultanan Aru Barumun, berdayung-dayung di sampan menyerang dan membakari kapal-kapal Modjopahit Navy yang anchored di estuary Sungai Bila Barumun. Menjadi terang benderang “Laut Air Tawar” yang begitu maha luas, di malam gelap gulita. Gagal serangan Modjopahit Navy atas Kesultanan Aru Barumun !!
Weakened Modjopahit Navy pergi berlayar, dan berlabuh di muara Sungai Padang untuk menyerang Keradjaan Dolok Silo serta Keradjaan Raya Kahean, peninggalan Keradjaan Singosari yang sudah menjadi Keradjaan Batak Simalungun, yang tidak pernah mau tunduk kepada Keradjaan Modjopahit. Disitu pihak Modjopahit mudah saja mendarat dan menduduki Kesjahbaran Bandar Kalipah (yang di waktu itu adalah bawahan Kesultanan Sumadera Pasai). Di bukit tempat kota Tebingtinggi yang sekarang, orang Modjopahit masuk perangkap !! Seluruhnya exterminated oleh combined forces : Marines Samudera Pasai, Cavalry Raya Kahean, Infantry Dolok Silo, yang waiting in ambush.
Pihak modjopahit yang sudah berturut-turut tiga kali kalah, masih saja belum mau pulang di Pulau Djawa. Modjopahit Navy dari muara Sungai Padang pergi up North, dan berlabuh di muara Sungai Pasai. Pada tahun 1409 itu, ibukota Kesultanan Samudera Pasai sedang diduduki dan dirampok oleh tattooed and cannibalistic orang Batak Gajo, pagans dari Nagur dan Bakoi. Mereka puntang-panting kembali ke their hide-outs di pegunungan Bukit Barisan.
Pihak Modjopahit mudah saja mendarat dan menguasai ibukota Kesultanan Samudera Pasai. Terjadilah disitu perampasan war-loot dan sexual orgies, oleh nak buah Modjopahit Navy yang sudah satu tahun terpaksa stock piling male potencies. Korbannya tentulah wanita-wanita Islam Mazhab Sjafi’i, yang di Kesultanan Sumadera Pasai rupa-rupanya jauh lebih jinak daripada wanita Islam Mazhab Sji’ah di Kesultanan Aru Barumun. Orang-orang Modjopahit lupa daratan dan lupa lautan.
Ke muara Sungai Pasai, kebetulan sekali datang Armada Tiongkok Ming Dynasty dibawah commando Laksamana Hadji Sam Po Bo. Singgah untuk mengambil air minum, en-route to Sri Langka sekuat 200 kapal-kapa djung dan 30.000 Marines on board the ships. Laksamana Hadji Sam Po Bo naik gas melihat orang-orang Modjopahit yang kafir. Sedang asyik menjarah di Kesultanan Samudera Pasai dan menikmati wanita Islam disitu. Modjopahit Navy seluruhnya dimusnahkan oleh Armada Tiongkok Ming Dynasty di muara Sungai Pasai.
Finished Modjopahit Navy. Finished oversea Imperialism dari Keradjaan Modjopahit. Finished rintangan oleh Keradjaan Modjopahit yang kafir, atas perkembangan Agama Islam di Kepulauan Nusantara. Syukur Alhamdulillah Allahu Akbar.

III. Survival dari Marah Silu Dynasty.
Sejak ravage pada tahun 1409, Marah Silu Dynasty tidak lagi memerintah di Kesultanan Sumatera Pasai. Their own-kins, yakni : Tattooed and cannibalistic orang-orang Batak Gajo, pagans dari Nagur dan Bakoi : Rebut-rebutan gantian menjadi “Sultan”, walaupun usurpators itu tidak pun benar ber-Agama Islam. Gantian pula rebut-rabutan menikmati di tanah dan Princesses Of Samudera Pasai, as reported di dalam innals Tiongkok Ming Dynasty.
Marah Silu Dynasty diteruskan di Pulau Djawa oleh Prince Sjarif Hidajat Fatahillah (Sunan Gunung Djati). Survivals dari Marah Silu Dynasty, kini ada di Tjirebon berupa : Keluarga Kesultanan Kesepuhan, Keluarga Kesultanan Kanoman, Keluarga Ketjirebonan dan Keluarga Keprabon. Lihat :Lampiran XXXI.
Posted by Amir Husin Daulay at 21:56 0 comments
Lampiran 24
??????? ?? ????????? ????????? ?? agarujung
Dari correspondence antara Yang dipertuan Ali Alam Sjah (???? dipertuan Radja Negeri Sembilan Malaya, 1803 – 1832), serta Sir Thomas Stamford Raffles, Resident Poortman menjalin sedikit titles yang terpenting, dari ratusan titles yng 1800 ada di dalam Keradjaan Pagarruyung on the decline. As always pada sesuatu powerless and declining Monarchy, tentulah di Keradjaan Pagarruyung pun ada sangat banyak honorific titles yang kosong.
I. 3 Orang Radja Nan Tigo Selo.

II.

1. Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung.
Bertempat tinggal di Gudem, Yangdipertuan Radaja Alam Pagarruyung yang terakhir, namanya : Yangdipertuan Arifin Muning Alam Sjah. Dialah yang pada tahun 1804 luput dari Massacre Pagarruyung, dan pada tahun 1832 lewat Kolonel Elout menjual Alam Minangkabau kepada Pemerintah Kolonial Belanda.

Catatan :
Oleh orang Inggris yang 1600 – 1700, lewat Kuantan datang audince ke Rayol Residence Pagarruyung, para Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung disebutkan : “The Emperors Of Menangcabao”. Alasan untuk Yangdipertuan Ali Alam Sjah, ingin menjadi “Sri Maharadja Di Radja Of Menangcabao” bawahan Inggris.

2. Radja Ibadat.
Bertempat tinggal di Sumpur Kudus. Tuanku Mufti (Cardinal) dari Agama Islam Mazhab Sji’ah di Minangkabau. Juru kunci dari makam keramat kuburan Sultan Alif di Sumpur Kudus, yang hingga tahun 1804 merupakan tujuan dari Upacarah Basapah di Minangkabau.

Catatan:
Kuburan Sultan Alif di Sumpur Kudus pada tahun 1804 dicungkil dan dihilangkan tanpa bekas, atas perintah Tuanku Lintau. Sejak tahun 1821 hingga tahun 1942, kuburan Sjech Burhanudin III di Ulukan Pariaman menjadi tujuan Basapah, untuk orang-orang Minangkabau yang tetap setia kepada Agama Islam Mazhab Sji’ah. Sangat dikecam oleh orang-orang Minangkabau yang ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i, yang kini merupakan majoritas. Kebetulan sekali, Sultan Alif dan Sjech Burhanudin III berdua wafat di Bulan Sjafar, bulan ziarah ke makam Hassan dan Hussin untuk orang Islam Mazhab Sji’ah Aliran Karmatiyah. Oleh mereka dianggap pengganti Rukun Islam kelima, karena terlalu berbahaya pergi ke Mekkah.

3. Radja Adat.
Seorang wanita, yang bertempat tinggal di Buo. Referred to being “The Living Bundo Kanduang”. Symbol bahwa Adat Matriarchy sudah infiltrated masuk kedalam Keluarga Radja Pagarruyung, yang ber-adat Patriarchy karena keturunan dari Hindu Javanese Kings.

4. Extra : Yangdipertuan Radja Naro.
Seorang bekas Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung, yang entah karena apa, diturunkan dari tahta oleh powerful Baso Nan Ampeq Balai. Berupa compensation, Putranya (Yangdipertuan Ali Alam Sjah) oleh Basi Nan Ampeq Balai ditunjul menjadi Vice-Roy Negerisembilan Malaya. Nasib munjur !!


III. 4 Orang Baso Nan Ampeq Balai.
Bukan anggota dari Keluarga Radja Pagarruyung, seperti 3 orang Radja Nan Tigo Selo tersebut tadi, akan tetapi : Orang-orang Minangkabau asli dan ber-adat Matriarchy. Sejak Pyrrhus Victory Padang Sibusuk 1409, dipaksakan oleh penduduk asli Minangkabau disamping Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung, seperti Magna Charta dipaksakan kepada The King Of Englann. Mereka berempat de-facto memegang segala executive power di dalam Keradjaan Pagarruyung, karena mereka merupakan Menteri Inti, dan merupakan Judges Of The High Court pula. Karena mereka berempat membagi pula supervision atas daerah rantau di keempat penjuru angin, maka : Finances di Keradjaan Pagarruyung pun dikuasai oleh Baso Nan Ampeq Balai.

Catatan:
Pada tahun 1513, seluruh daerah rantau antara Indrapura dan Meulaboh di pantai Barat Pulau Andalas, dijual kepada Sultan Ali Mukajat Sjah Sultan Atjeh, oleh Baso Nan Ampeq Balai. No Comment !!

5. Puan Gadang di Batipuh (Wanita).

6. Machudum di Sumanik.

7. Titah di Sungaitarab.

8. Indomo di Suroaso.


IV. Menteri di dalam Keradjaan Pagarruyung

9. Bandaharo Nan Kuning.
Menteri Dalam Negeri dibawah Indomo. Juru bicara dari Adat Bodi Tjaniago

10. Bandaharo Nan Putih.
Menteri Luar Negeri dibawah Titah. Juru bicara dari Adat Koto Piliang.

11. Sulung Bandang.
Attorney General dibawah Puan Gadang.

12. Madjolelo (Maharadjolelo).
Hangman (Algodju) dibawah Machudum.

13. Pajung Pandji.
Lord Privy Seal (SEKDJENNEG) dibawah Titah.

14. Perpatih Bunian.
Lord Of The Exchecquer (TESDJENNEG) dibawah Machudum.

15. Sejumlah Tumenggung.
Roving Ambassador dibawah Bandaharo Nan Putih.


V. Princely Dignitaries.

16. Yangdipertuan Radja Negeri Sembilan Malaya.
Vice-Roy di Negerisembilan Malaya. Non hereditary Governor.

17. Yangdupertuan Radja Muda.
Semula title dari Vice-Roy Indrapura. Menjadi honorific title yang kosong di Gudam.

18. Daulat Radja Yangdipertuan.
Semula title dari Vice-Roy Pariaman. Menajdi idem.

19. Yangdipertuan Perang Bustami.
Semula title dari Panglima Angkatan Bersenjata. Menjadi idem.

20. Yangdipertuan Radja Munang.
Vice-Roy Pasaman. Semula di Air Bangis. Kemudian di muara Kiawi. Karena sejak 1513, Air Bangis berturut-turut dikuasai oleh pihak Atjeh dan pihak Belanda.


VI. Local Chiefs Promoted Vice Roy’s.
Bukan orang Minangkabau bukan anggota Keluarga Radja Pagarruyung. Kebanyakan mereka adalah robber barons, yang very sophisticated membeli title dari far-away Keradjaan Pagarruyung. Hal mana sedikitpun tidak ada resiko, karena Keradjaan Pagarruyung tidak punya Angkatan Bersenjata. Mereka paling doyan surat pengangkatan yang dibubuhi cap kepala sembilan (Tjap Keradjaan Pagarruyung. Sedangkan mempunyai Surat Rakata dari Sultan Atjeh, sangat berbahaya jika Vice-Roy yang bersangkutan tidak tunduk. Mereka paling bangga mendapat seorang Pagarruyung Princess.

21. Yangdipertuan Permuhunan (Patuan Parmuhunan).
Vice-Roy Batang Natal, berkedudukan di Aek Na Ngali. Orang Batak dari Marga Nasution. Sejak tahun 1581, turun temurun ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Patuan Parmuhunan Yang Terakhir, mati pahlawan di dalam Pertempuran Muarasipongi 1816. Patuan Parmuhunan Yang Pertama, pada tahun 1581 mendapat seorang Princess Of Pagarruyung di Mandailing, di dalam “Mythos Si Baroar”. “Mythos Si Bakkkua”, “Mythos Si Langkitang dan Si Baitang”.

Catatan:
Sultan Alif tidak kalah kepada Sultan Trenggono, di dalam hal alotting Princesses kepada barbaric dan kepada civilised local strong men, yang otherwise tidak dapat dijinakkan.

22. Tumenggung Depati.
Vice-Roy Kurintji. Hingga tahun 1804, turun temurun orang-orang Djawa Singosari, yang sejak Pamalayu Expedition (1275 – 1289), sanggup bertahan terus di Kerintji dan di Hulu Djambi. Dianggap Saudara Tua oleh Radja Pagarruyung yang semula ditahtakan oleh Tentara Modjopahit bawahan Prince Adityawarman.

23. Orang Kaya Setia.
Vice-Roy Kampar. Sangat setia membelanjai Puan Gadis, dari kecil sampai dewasa. Karena : Isterinya adalah Fathers, Sister dari Puan Gadis. Karena military assistance dari Keradjaan terhadap Gerakan Islam Kaum Putih.

24. Tun Abdulgafur.
Vice-Roy Kuantan. Pada tahun 1805, melarikan diri ke Negerisembilan, dimana dia menjadi Menteri Luar Negeri.

25. Baginda Pamenan.
Vice-Boy Pasirpengarajan Rokan. Orang Batak dari Sibuhuan. Pada tahun 1811 mati dipancung oleh Tuanku Tambusai.

26. Baginda Soripada.
Vice-Roy Langgapjung Barumun. Orang Batak dari Gunungtua Batangonang. Mendapat seorang Pagarruyung Princess dari Yangdipertuan Radja Naro. Pada tahun 1816, decapitated oleh Tuanku Kotapinang.

27. Daeng Mangewang.
Vice-Roy Pagurawan. Orang Riow yang berketurunan Sulawesi de-facto Buccaneer, bajak laut. Pada tahun 1807 mati digantung oleh Angkatan Laut dibawah Captain Hare.

Catatan:
Di Pagarruyung begitu banyak war-loot, women, gold, and jewelries, sehingga : Captain Hare sendiripun menyeleweng. Dengan maha banyak war loot dia pergi bersembunyi di Pulau Cocos. Hidup Paradise On Earth, dengan wanita calon hadji bekas tawanan Daeng Mangewang, termasuk Harem dari Sultan Bandjarmasin.

28. Etc, etc. Masih ratusan banyaknya, titles bestowed oleh Keradjaan Pagarruyung on the decline.
Posted by Amir Husin Daulay at 21:46 0 comments
Djula Djuli Bintang Tudjoh, Putchi Chatneu Husin Tuchon Dachi Kayangan
[Lampiran 25]


I. Al Kamil Dynasty, di sekitar Selat Malacca, 1128 – 1295

1128 – 1131.
Laksamana Abud Al Kamil memerintah di Kesjahbandaran Daya Pasai, bawahan Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty. (Lihat : Bagian 7, titik V). Laksamana Abdud Al Kamil adalah orang Arab dari Kerbela Irak, keturunan dari Nabi Muhammad SAW lewat Imam Sji’ah VIII (Kasim Al Kamil Ibn Sadik Ibn Bakir). Akan tetapi : The ruling class di Kesjahbandaran Daya Pasai, sebagian terbesar terdiri atas orang-orang Cambay Gudjarat.
Walaupun mereka semuanya ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, akan tetapi di kalangan upper ten Kesjahbandaran Daya Pasai : Dari semula sudah ada controverse, antara : Orang Arab Kerbela (yang very active menanamkan Agama Islam Mazhab Sji’ah dikalangan penduduk asli), contra : orang-orang Cambay Gudjarat (yang sengaja membiarkan penduduk asli tinggal pagan, supaya lebih mudah dijajah seperti juga oleh slaves hunting, miniatur Sultans di pedalaman Afrika).

1168 – 1204.
Laksamana Kafrawi Al Kamil (Cucu dari Laksamana Abud Al Kamil) memerintah di Kesjahbandaran Daya Pasai. Lepas dari Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty yang sudah musnah. (Seperti Gubernur Djendral Hindia Belanda 1940 – 1942). Laksamana Kafrawi Al Kamil menempatkan Putra-putranya di tempat yang economic dan strategic sangat penting, sebagai berikut : Panglima Zulfiqar Al Kamil di pepper producing Minangkabau Timur dan Panglima Burhanudin Al Kamil di pepper transportation controling Aru Barumun.

1204.
Laksamana Djohan Djani (orang Cambay Gudjarat keturunan Iskandar Zulkarnain) merebut kekuasaan di Daya Pasai. Laksamana Kafrawi Al Kamil mati dibunuh. Panglima Burhanudin Al Kamil hidjarah ke Minangkabau Timur, mendampingi his Nephew Panglima Alwi Kamil (Putra dari Panglima Zulfiqar Al Kamil), supaya merebut kembali daerah muara Sungai Pasai. Laksamana Djohan Djani mendirikan Kesultanan Daya Pasai (1204 – 1285).

1204 – 1205.
Sultan Djohan Djani memerintah di Kesultanan Daya Pasai, selaku Sultan Daya Pasai Jang Pertama.

1207 – 1211.
Sultan Alwi Al Kamil memerintah di Kesultanan di Kesultanan Daya Pasai, selaku Sultan Daya Pasai Jang Ketiga. Untuk menjepit orang-orang Persia di Kesultanan Perlak, maka : Laksamana Faisi Al Kamil (Putra dari Sultan Alwi Al Kamil) ditempatkan di Pulau Kampai.

1252 – 1274.
Sultan Ibrahim Djani (Cucu dari Sultan Djohan Djani) memerintah selaku Sultan Daya Pasai Jang Kelima.



1274 – 1285.
Sultan Bahaudin Al kamil (Putra dari Laksamana Faisi Al Kamil) memerintah selaku Sultan Daya Pasai Jang Keenam (dan yang terakhir).
Sultan Bahaudin Al Kamil mendirikan Kesultanan Bandar Kalipah, bawahan Kesultanan Daya Pasai. (Seperti Kesultanan Indrapura bawahan Kesultanan Atjeh). Sultan Muda Muhammad Al Kamil (Putra dari Sultan Bahaudin Al Kamil) menjadi Tengku Mahkota Kesultanan Daya Pasai, dan menjadi second rate Sultan di Kesultanan Bandar Kalipah. (Seperti Crown Prince Inggris menjadi Prince Of Wales). Jelasnya : Sultan Bahaudin Al Kamil hendk menghentikan oligarchy dan mendirikan hereditary monarchy di Kesultanan Daya Pasai.

1275 – 1286.
Sultan Muda Muhammad Al Kamil memerintah di secord rate Kesultanan Bandar Kalipah dengan title "Sultan Muhammad Al Kamil Perkasa Alam”. Dibawah Ayahnya “Sultan Bahaudin Al Kamil Alam Sjah, Sultan Daya Pasai Jang Keenam.
Kesultanan Bandar Kalipah meliputi daerah Sumatera Timur antara Sungai Deli dan Sungai Asahan (yang kemudian menjadi Kesultanan deli Serdang dan Asahan). Disitu Sultan Muhammad Al Kamil very active membasmi Kegelapan Jahiliyah, serta menanamkan Agama Islam Mazhab Sji’ah di kalangan penduduk asli Indonesia. Dia menjadi the legendary “Sultan Muhammad Sjah”, keturunan dari Nabi Muhammad SAW. pembawa Agama Islam (Mazhab Sji’ah) ke Sumatera Timur.
Catatan : Sultan Muhammad Sjah menjadi “Insan Al Kamil” (manusia yang sempurna) yang pertama di Kepulauan Indonesia. Dianggap Re-incarnation dari Sajidina Ali Ibn Abi Talib, menantu dari Nabi Muhammad SAW. Ideal “Insan Al Kamil hingga ini hari masih saja sangat berpengaruh di Kepulauan Indonesia.

1284 – 1285.
Kesultanan Daya Pasai kebetulan sekali at the same time, diserang dari laut oleh Armada Kesultanan Mesir Mamuluk Dynasty dibawah commando Laksamana Ismail As Siddik, dan diserang pula dari darat oleh para pemberontak orang Batak Gajo dibawah pimpinan Marah Silu. Sultan Al Kamil mati dibunuh dan eaten up oleh tattooed and cannibalistic orang Batak Gajo. Dengan bantuan Laksamana Ismail As Siddik, Marah Silu menjadi Sultan Malik Us Saleh, Sultan Sumadera Pasai Jang Pertama. Lihat : Lampiran XXI titik V.
Sultan Muhammad Al Kamil Perkasa Alam menyatakan dirinya Sultan Muhammad Al Kamil Alam Sjah, Pretender Sultan Daya Pasai Jang Ketujuh.

1285 – 1297.
Sultan Malik Us Saleh memerintah selaku Sultan Samudera Pasai Yang Pertama. Very active menananmkan Agama Islam Mazhab Sjafi’i, serta membasmi Agama Islam Mazhab Sji’ah di kalangan penduduk asli Indonesia di sekitar Selat Malacca.

1287.
Kesultanan Bandar Kalipah dimusnahkan oleh Armada Samudera Pasai, dibawah commando Laksamana Achmad Kiyatudin, Sultan Muhammad Al Kamil hidjrah ke Muar Malaya, dimana sudah sangat banyak emigrees. Yakni : Orang yang tetap Ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah dan dikejar-kejar di Kesultanan Samudera Pasai yang ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i.

1286 – 1295.
Kesultanan Muar Malaya.didirikan oleh Sultan Muhammad Al Kamil Alam Sjah. Disitu pun dia very active membasmi Kegelapan Jahiliyah, serta menanamkan Agama Islam Mazhab Sji’ah di kalangan penduduk asli Malaya. Disitu pun dia menjadi “The Legendary First Sultan”.


1293.
Armada Samudera Pasai dibawah commando Prince Malik Ul Mansur, di muara Sungai Barumun dimusnahkan oleh Armada Muar Malaya. Prince Malik Ul Mansur ditawan, dibawa ke Muar Malaya, dinikahkan dengan Putri Nur Alam Kumalasari Binti Sultan Muhammad Al Kamil. Walaupun dia Putra dari Sultan Malik Us Saleh, akan tetapi : Prince Malik Ul Mansur kembali ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah.

1295.
Kesultanan Muar Malaya dimusnahkan oleh Armada Siam. Sultan Muhammad Al Kamil ditawan, dibawa ke Siam dan disitu dia wafat. Prince Malik Ul Mansur dan Putri Nur Alam melarikan diri ke Aru Barumun, yang sementara “Daerah Tidak Bertuan”.
Finished Al Kamil Dynasty yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, satu-satunya Dynasty di Indonesia, yang benar keturunan Nabi Muhammad SAW. Pernah memerintah di Kepulauan Indonesia selama 8 generations turun temurun. Para keturunan dari Imam Sji’ah VII, yang pada 183 H (799 M), mati diracun di Bagdad atas perintah dari Chlifatullah Harun Al Rasjid. Benar bahwa di dalam Sejarah Islam, Fathimiyah Dynasty serta Al Kamil Dynasty merupakan The Doomed Dynasties.


II. Sandiwara Rakyat “Bangsawan”.
Sultan Muhammad Al Kamil selaku “Perkasa Alam” kehilangan Kesultanan Bandar Kalipah, dan selaku “Alam Sjah” kehilangan pula Kesultanan Muar Malaya. Walaupun demikian, namanya termansyur harum semerbak di sekitar Selat Malacca, hingga ini hari. Why ?? Nama dari Sultan Muhammad Al Kamil disitu hidup terus selaku “Sultan Muhammad Sjah The Legendary First Sultan Keturunan Nabi Muhammad SAW”. As legendary seperti King Istven di Hongaria, King Richard The Lion Hearted di Inggris, Kaisar Friedrich Barbarossa di Djerman.

Betapa banyaknya, total dongeng dihubungkan di Pulau Djawa kepada para “Wali Songo pembawa Agama Islam ke Pulau Djawa, begitulah banyaknya disekitar Selat Malacca dihubungkan dongeng-dongeng kepada “Sultan Muhammad Sjah, Pembawa Agama Islam ke Sumatra Timur dan Semenandjung Malaya”. Bagaimana di Djerman dipentaskan Siegfried membunuh Naga, begitulah di dalam “Sandiwara Rakyat Bangsawan” di sekitar Selat Malacca : Sultan Muhammad Sjah di pentaskan membunuh “Radja Afried Sani Perkasa” (Syimbol dari Kegelapan Jahiliyah).

Sultanah dari Sultan Muhammad Al Kamil adalah Putri Ratna Hussin, seorang Princes Of Kufah Iraq yang dari situ dijemput oleh sesuatu Delegation Kesultanan Daya Pasai. Seperti Sultan Muhammad Al Kamil sendiri. Putri Ratna Hussin pun adalah keturunan dari Nabi Muhammad SAW, yakni cucunya Sajidina Hussin Ibn Ali Ibn Abi Talib.

Putri Ratna Hussin turut ditawan dan juga wafat di Siam. Distu namanya maha tinggi dihormat antara lain berupa nama “Hotel Ratana Kosing”, sesuatu hotel swasta yang di Bangkok pegang peranan seperti “Hotel Indonesia” di Djakarta. Why ?? Para keturunan dari Sultan Muhammad Al Kamil dan dari Putri Ratna Hussin menjadi orang-orang Siam yang turun temurun ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Menjadi Jewellers, Bankers, and Hoteliers. (Seperti Orang-orang Parsi di Bombay, India.

Putri Ratna Hussin katanya adalah an eye binding Arabian beauty, yang luar biasa pula tinggi badannya. Lebih tinggi daripada Sultan Muhammad Al Kamil. Malahan lebih tinggi daripada siapa pun.

Kesultanan Daya Pasai, Bandar Kalipah dan Muar Malaya. The towering beauty Putri Ratna Hussin, untuk rakyat jelata di sekitar Selat Malacca, menjadi “The Legendary Putri Ratna Hussin. Putri jang turun dari kayangan. Menjadi symbol dari”Islam Mazhab Sji’ah The True Faith Came Down From Heavens. Very realistic dipentaskan di dalam Sandiwara Rakyat Bangsawan, bersama Sultan Muhammad Sjah yang dipentaskan membasmi kegelapan jahiliyah.
Di dalam lakon : “Djula Djuli Bintang Tujuh Putri Ratna Hussin turun dari kayangan, heroin yang mementaskan peranan dari Putri Ratna Hussin, disebutkan “Sri Panggung (The First Lady, dan hero yang mementaskan peranan dari Sultan Muhammad Sjah Insan Al Kamil, disebutkan “Amak Muda” (The He Man). Untuk memuaskan para penonton, Sri Panggung tentulah mesti seorang wanita yang berbadan lebih tinggi daripada penonton !! Harus pula an eye blinding beauty. Bukan sembarangan. (Malahan Bintang Film Indonesia tidak ada satupun yang memenuhi syarat.

Entrée dari Sri Panggung masuk podium, very realistic disesuaikan dengan peranannya, selaku “Putri Ratna Hussin, Putri Jang Turun Dari Kayangan”. Caranya : Sambil duduk di atas wooden halfmoon, dengan tali-tali diturunkan dari loteng !! Sangat gemuruh disambut oleh para penonton yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, dengan : “Allahu Akbar”. (Orang-orang Islam Mazhab Sjafi’i tidak mau menonton, dan tidak pula mau turut main Sandiwara Rakyat “Bangsawan”.

Sri Panggung disambut oleh 4 orang Dayang-dayang (Ladies In Waiting), di dalam melody tanpa lyrics “Lagu Djula Djulu Tudjuh”, yang kemudian berkali-kalai transformad menjadi “Terang Bulan Terang di Kali”, dan menjadi “Bunga Raya” (Anthem Negara Malaya). Di dalam gay rhythm dari : “Petik Rambutan, Bungkus di Kain”, towering Sri Panggung serta her Ladies In Waiting bergembira ria frolicking di Alam bebas. Sesak nafas segala penonton melihat sekian banyak divine sex appeal ombang ambing in you can see.

Out of nowhere muncul “Radja Djin Afried Sani Perkasa” The Bad Ogre (Symbol dari Kegelapan Jahiliyah). Buyar segala Dayang-dayang Sri Panggung digondol kedalam “gua gelap gulita” (bolong di dalam layar), oleh Radja Djin sambil enak saja pegang sana pegang sini.

Up came Anak Muda sambil menyanyikan “Lagu Nasib”, deep in minieur mencari-cari his Putri yang sambil turun dari kayangan yang kepada dia dijanjikan pada sesuatu Malam Lailatul Kadar. Air mata berlinang-linang pada para penonton wanita, sangat terharu mendengar “Lagu-lagu Nasib”.

Dar/Dor/Dung. Dar/Dor/Dung. Gelap pempita suara long (merecon sebesar bitis) dipasang di belakang layar. Sambil pukul dada dan melepaskan yells seperti “Tarzan The Apeman”. Radja Djin keluar dari “gua gelap gulita”. Terjadilah dialogue antara Radja Djin contra Anak Muda, antara The Power Of Darkness contra The Power Of Light, antara Kegelapan Jahiliyah contra Agama Islam Mazhab Sji’ah. Untuk para penontan yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, dialogue itulah yang terpenting. Jangan salah sedikit pun pronounciation cakap Melayu Sultan. Jangan khilaf fakta-fakta sejarah Kesultanan Daya Pasai, Kesultanan Bandar Kalipah dan Kesultanan Muar Malaya.

Exploded “Lagu Radja Djin” (“The Stars Spangled Banner”), Lagu Kebangsaan Amerika Serikat !! terjadilah terrible fight, dimana Radja Djin dicekik mati oleh Anak Muda. Artinya : Kegelapan Jahiliyah dicekik mati oleh Agama Islam Mazhab Sji’ah.

Di dalam melody “Happy Days Are Here Again”, Sri Panggung keluar dari “gua gelap gulita”. Artinya : Agama Islam Mazhab Sji;ah mulai bersinar di sekitar Selat Malacca. Sambil “handje-pak” (berpegang-pegangan tangan), Sri Panggung dan Anak Muda menyanyikan lagu menutup dari Sandiwara Rakyat “Bangsawan”, yakni lagu “Suwar Suwer Kemuning” di dalam melody “Swallow In The Morning”.

He got Her !! Happy Ending. Tableau (turun layar). Para penonton puas pergi pulang para pemain mulai bergembira ria dengan Sri Panggung plus Dayang-dayang di belakang layar. Insiders only !! Sangat rugi Orang Islam Mazhab Sjafi’I, yang tidak pernah mau turut main “Bangsawan”.


III. Di Belakang Layar

A. “Em-en Club Sodom & Gomorra di Medan Kota Matsum.
Golden period dari sandiwara rakyat “Bangsawan”, adalah 1930 di Medan Kota Matsum, di “Deli TheDollar Land”. Taraf permainan sandiwara rakyat “Bangsawan di waktu itu sangat meningkat, karena : Peranan Pria sudah mulai dipegang oleh Amateurs yang turut main tanpa bayaran. Yakni : Oleh Tengku-tengku serta oleh Murid-murid HBS Medan. Seperti Javanese Princes turut main wayang wong. Peranan wanita masih tetap seluruhnya dipegang oleh para pemain professionals, yang turut main to make a living of it. Wanita terpelajar di waktu itu masih merasa shocking, naik panggung “Bangsawan”.

Para pemain wanita yang professional itu, semuanya recruited dari Eurasian Out-Cast Girls, yang di waktu itu cukup banyak ada di Deli Tobacco Plantations. Ayahnya Dutch Tobacco Planter, serta Ibunya “Nyai” (Wanita Djawa kuli kontrak yang sementara menjadi Temporary Housewife pada seorang Kulit Putih). Being Eurasian Girls, Sri Panggung serta calon-calon Sri Panggung (Dayang-dayang), mudah saja dapat dipilih yang berbadan luar biasa tinggi. Supaya memenuhi sjarat, bahwa : Sri Panggung selaku “Putri Ratna Hussin” harus badannya lebih tinggi daripada anak muda selaku “Sultan Muhammad Sjah”. Supaya Sri Panggung lebih tinggi pula badannya daripada semuanya para penonton.

Peranan Anak Muda dipegang oleh seorang Pemain Amateur, yang punya stage-name : “Sri Gendut Bindjey”. Dia seorang murid HBS Medan, yang di sekolah biasa disebutkan : “Uncle Sally”. Suaranya Alto, sangat merdu menyanyikan lagu nasib. Bikin terharu dan terguling segala janda muda di Medan Kota Matsum.

Medan Kota Matsum bukannya Kotapraja Medan, akan tetapi : Medan Sultan. As exclusive and as full of fun for insiders, seperti juga Djogdja Dalem Benteng.

Peranan Radja Djin dipegang oleh seorang pemain Amateur, yang punya stage-name : “Si Untjoq Siantach”. Diapun adalah seorang murid HBS Medan, yang semula turut kebawa oleh Pamannya yang cuma setahun lebih tua, yakni : Uncle Sally “Si Untjoq Siantach” punya suara Stentor yang maha dahsyat !!

Karena suara Alto serta suara Stentor yang benar tidak ada taranya, maka : Para penonton “Bangsawan” sangat tolerant, sebagai berikut.
1. Radja Djin naik podium pakai kaca mata. Never mind.
2. Anak Muda orangnya sangat gendut, 3 kali sebesar Radja Djin. Take it easy.
Permainan “Bangsawan” bukannya dibawakan di dalam Bahasa Indonesia yang diwaktu itu baru saja lahir di dalam majalah “Pudjangga Baru”, dan masih penuh “Hollandismen”. Permainan “Bangsawan” dibawakan di dalam : “Classic Court Malayan Language”, yang di Deli disebutkan : “Cakap Melayu Sultan”. Disitu “A” harus diucapkan “EU”. Yang paling sulit adalah “R”, yang harus diucapkan gutteral menjadi kira-kira “CH”. Tidakpun mungkin dituliskan dengan ejaan Bahasa Indonesia. Umpamanya : Turun=Tuchon. Dari=Dachi, Ratna=Chatna,dlsb.
Karena handicap pronounciation “Cakap Melyu Sultan”, maka : Cuma sedikit murud HBS Medan, yang acceptable turut main “Bangsawan”. Why ?? Murid HBS Medan yang bukan Belanda, hampir seluruhnya adalah orang-orang Batak. Entah karena apa, orang-orang Batak yang Kristen tidak sanggup pronounciation dari “Cakap Melayu Sultan”. Fakta !!

First Violin di panggung “Bangsawan” dimainkan oleh seorang tua yang sudah berusia 70 tahun. Dia senantiasa disebutkan : “ Tengku NN 1” saja. tengku NN 1 adalah seorang Uncle dari Tuanku Sri Sultan Deli !! Maecenas. Kaya raya. Pelindung sandiwara rakyat “Bangsawan”. Tengku NN 1 mambiayai para pemain-pemain professional wanita. Sejak mereka masih kampungan Eurasian Out Cast Girls, sampai mereka cukup groomed-up menjadi dayang-dayang serta glamoured-up menjadi Sri Panggung.

Para pemain Amateurs, yakni : Tengku-tengku muda remaja serta murid HBS Medan, sangat mewah pula dihadiahi oleh Tengku NN 1 dengan indeaux seperti : Tennis racket, Parker Pen, Arrow shirts, dlsb. Lagipula para pemain Amateurs Pria serta para pemain professional wanita sering dibawa week-end ke Brastagi dengan mobil Rolls Royce milik Tengku NN 1. Motor car yang lengkap dengan massive golden doorknobs serta turbaned Sikh driver. Mixed double calisthenics in Bastagi in cool climate.

Second Violin dimainkan oleh Dr. NN 2, seorang Tuan Dokter yang sudah agak lanjut usianya. Dia sangat bangga, bahwa dia katanya “Bekas Klepek” (bekas Eleve Dokter Djawa masih di Abad Ke XIX), dan juga bekas Jali-jali Street Fiddler di Kwitang of mellow iden times. Sanggup menggesek biola di bawah paha, di belakang panggung, di atas kepala sanggup menggesek biola yang orang lain pegang.

Dr. NN 2 serta Tengku NN ! masing-masing puyai veritable Stradiarius. Seperti Gypsies in Hortobagy Magyar Orszag, begitulah Dr. NN 2 very heated menggesek biola contra Tengku NN 1. Bukannya in harmony main duo, akan tetapi : In fabatic dog fight main duel !! Tantang menantang,. Kejar-kejaran. Pukul-pukulan menggesek biola dari musuh.

Duel on violins sangat banyak menambah bersemngat undulating lenggak-lenggok, ombang-ambing, atas bawah, muka belakang dari frolicking Sri Panggung serta para Dayang-dayang di atas podium. Dengan suara gemuruh supported serta diminta “bis”, oleh wild enthousiastic para penonton yang penuh sesak. Why ?? Dapat dimengerti oleh setiap manusia yang pernah melihat Sri Panggung.

Sri Panggung (21) adalah seorang half savage wildeat. A Eurasian Out-Cast Girl, yang dibesarkan di Tanah Karo Dusun oleh seorang Female Witch Doctor, dan tidakpun pernah mengenal ibu dan Ayahnya. An analphabetic barefeet Contessa. An eye blinding hillbilly beauty. Gorgeously curvaceous, profusely well stacked, and stunnigly voluptuous. Vespa waisted and sexy. Tinggi badannya benar pantas untuk peranan Putri Ratna Hussin, the towering Princess Of Kufah Iraq. Yakni : 5’ 10”=1.78 meter !! Bitte schon Meine Herrn.

Sri Panggung orangnya sangat kuat karena : Semasa kecilnya di Tanah Karo Dusun dia biasa menumbuk padi, dan biasa pula memotong kayu bakar dengan kampak. Iseng-iseng doang, Sri Panggung mudah saja mengangkat seorang murid HBS Medan tinggi diatas kepalanya seperti mempermainkan bayi.

Jika berjalan dan berdiri. Sri Panggung tetap regal dan erect. Karena : Semasa kecilnya di Tanah Karo Dusun, Sri Panggung biasa naik turun gunung, keluar masuk jurang dengan barang dagangan (seperti nangka dan kayu bakar), diatas kepalanya. Training yang barulah abad ke-XX ditiru untuk calon Mannequins. How ?? naik-turun tangga dengan buku diatas kepalanya. Sangat baik hasilnya.

Para pria yang pertama kali nelihat Sri Panggung, sering sampai lupa tarik nafas !! In extreme aw melihat an undulating profusion, melihat a geodetic extravagancy, airily wrapped in You Can See. Melihat para pria lupa tarik napas ?? sungguh !! Sri Panggung punya geodetic statistic adalah : 42” 28” 44”. Ngeri. Mendirikan bulu roma Just imagine : Fourty Two, Twenty Eight, Fourty Four. Sedangkan Misses Universe hanyalah averaging : 36 “ 24” 36”.

Being Eurasian,Sri Panggung adalah ivory blanc. A beatiful face in Greek profile. Glamoured-up sejak 3 tahun dia dipelihara oleh Tengku NN 1 untuk emergency landings.

Sri Panggung di dalam usia 19 tahun, pernah melahirkan seorang anak yang hanyalah menacapai usia 7 bulan. Justru karena sudah sekali, pernah melahirkan anak, maka : Sri Panggung di dalam usia 21 tahun adalah in prime condition. Ripened and rounded. Elastic and muscular. No superfluous fat. No maiden form falsies. No scruples. Sex hungry.

Habis main, the selected few dari para pemain serta the numerus clausus dari para penonton “Bangsawan”, princely di-tracter oleh Tengku NN 1. Midnight buffet seperti di Paris di belakang layar “Folies Bergeres” juga. Dari panggung “Bangsawan” jalan kaki pindah ke sesuatu guest house milik Tengku NN 1 nearby. Ikut serta Sri Panggung serta semuanya para dayang-dayang karena : Mendapat perintah halus dari Tengku NN 1. Ikut serta setengah lusin Lustige Witwen (janda-janda muda), karena : Oleh Alto-voiced Anak Muda dinyanyikan Lagu-lagu Nasib whispered in soft light. Directly funneled into their reclining ears. Ikut serta a lot of Ladies Of Noble Birth and of uncertain vintage. Suka rela just for the fun of it. Total 15 orang Pria serta 20 orang wanita. Majority adalah numeric di pihak wanita. Sedangkan sebenarnya : Battle hardened Sri Panggung (42” 28” 44”) serta 4 orang dayang-dayang (averaging 39” 26” 40”), berlima saja sudah de-facto majority, How ?? Easily sanggup membanting modar cuma 15 orang male victims, yang sebahagian terbesar adalah Tengku-tengku serta murid-murid HBS Medan yang masih muda remaja.

Di guest house milik Tengku NN 1 itu ada sesuatu ruangan tengah yang maha besar. Thickly wall-to-wall carpeted. No chairs. Arabian 1001 Night style, with just only cushions on the carpet. Disitulah diadakan midnight buffet party, Tengku NN 1 sedia car loads Sampin (Champagne = Botol-botol Pung Pang) in his guest house. Well fuelled dengan Sampin the duelling violinists lebih bersemangat lagi menggesek biola. They thunderrously struck “Geylang Si Paku Geylang, Geylang Si Chameu”, “Tjiq Awang”, “Bunga Teloch” dan lain-lain old Malayan folk songs yang sudah streamlined oleh Tengku NN 1, menjadi lebih nerve breaking daripada “Belly Dance Cairo”.

Ladies Of Noble Birth sudah terlebih dahulu menyediahkan makanan yang pantas untuk eager and war-spirited Ladies and Gentlemen. What ?? Rare and whole roasted lambs, lavishly seasoned dengan super classic aphrodisiacs, termasuk Jamur Belang !! Look out. Jika sedikit saja salah masak, maka : Jamur Belang adalah deadly poisonous . was.

Jika expertly dipersiapkan di dalam usus domba, maka : Jamur Belang menjadi : “The Delicatesse Of Venus On The Olympus”, delightful dainty, a caress to the throat, but itchy to the female body in top top secret places. Blackening-out the brains. A thousandfold multiplying libido. Transforming shy breast-feeding mothers, menjadi sex hungry harlots, as aggressive as high in season.

Jamur Belang sangat ill faned di dalam sejarah dunia, Why ?? Jamur Belang itulah the myterious driving power di belakang perversities Roman Scandals, perversities versal Virgins serta perversities Sodom & Gomorra !! Itu dia, Jamur Belang setiap hari pula dimakan oleh Ladies Of Noble Birth, bangsanya Ratu Messalina, Ratu Jezibel, Lucretia Borgia dan lain-lain semacam itu, dipersiapkan sengaja tanpa usus domba, Jamur Belang digunakan antara lain untuk meracuni Socrates Ahli Filsafat Yunani. Berupa execution hukuman mati, yang dia boleh pilih sendiri.

Sengaja atau tidak sengaja, semuanya hadirin wanita at midnight di guest house Tengku NN 1, sangat banyak memakan Sodom & Gomorra fuel, yang rasanya memang sangat enak. Akibatnya seperti digemari serta diperhitungkan oleh Tengku NN 1. How ?? Tengku NN 1 sudah tua dan sudah impotent. Tidak sanggup main kuat sendiri. Akan tetapi : Tengku NN 1 sangat menggemari tontonan : lain-lain orang yang main kuat en-masse. Seperti Kaisar Nero. Di belakang layar, sandiwara rakyat “bangsawan”, terjadilah : Roman Scandals In Modern Times. Seperti juga di Sodom and Gomorra, aggressive pushing power adalah seluruhnya di pihak eve !! All night long. Sampai habis didinginkan akibat dari Jamur Belang in rare roasted lambs. Cuma dapat didinginkan, dengan abundantly menggunakan male service.

Top-top-secretly itchy females tidak dapat menggaruk deep seated itch yang cepat sekali terasa burning, selama mereka masih berpakaian. Untuk melupakan inconvenient itch, semuanya top-top-secretly itchy females itu mulai solo dancing, di dalam gay rhythm dari “Geylang Si Paku Geylang, Geylang Si Chameu Chameu”. Twisting, swinging, and gyrating. Hal mana pada those poor Jamur Belang victims, hanyalah prepostorously akibatnya malahan sanagt memperbesar Libido serta menambah parah deep seated itch.

Big and strong Sri Panggung serta para Dayang-dayang menggendong para pria one by one semuanya terpaksa turut dancing. Karena sudah ada male partners in minority, maka : The females in majority yang sudah mulai lupa dunia karena Jamur Belang, fighting and screaming memperebutkan male partners. Hal mana pada mereka malahan melonjak-lonjak mengelorakan Libido. Pengaruh dari Jamur Blang blackening-out the brains pun mulai timbul. Akibatnya : Cancing females itu menjadi seluruhnya lupa dunia. Lupa segala batas sopan santun.

Chased-on oleh ducling Maestro contra Virtuoso, frenctically itchy and mentally blacked-out wanita korban Jamur Belang itu, mulai strip tease sambil dancing. Di dalam hefty staccato dari : “Hepta Hepta Hey, Hepta Hepta Ta”, pada setiap “Hey” dan pada setiap “Ta”, berterbangan ladies lingeries yang dilepaskan dan dilemparkan oleh savagely dancing wanita, Jamur Belang victims itu. Di dalam keadaan gelap mata, mereka in a jiffy sudah selesai stripped-off in loco motion. Battle happy in Eve’s costume, mentally blacked-out female Jamur Belang victims serentak pula menrkam their male partners pihak pria in a split second sudah selesai pula stripped off oleh yelling pihak wanita, howling crazy of burning and deep seated itch.

Tari-tarian menjadi : “Ronggeng In Nudist Camp In Sodom & Gomorra”. Gorgeously voluptuous in Eve’s costume, towering Sri Panggung ombang-ambing undulating menjanjikan : “Ai Tipang Tipang, Tipang Tolo Da Turang, Ai Tipang Tipang, Tipang Do”. Freely scratthing now burning red and stunningly swollen top-top-secrets. Diikuti singing, swinging, and scratching, oleh semua wanita korban Jamur Belang lain-lainnya. Tipang=gatal, di dalam Bahasa Kanak-kanak di Tanah Karo Dusun. Tipang Tolo=gatal sekali. “Ai Gatal Gatal Gatal sekali Ja Turang, Ai Gatal Gatal, Gatalnya.” QED. Begitulah asal mulanya lagu itu. Turang=Upiq=Butet, di dalam Bahsa Karo Dusun.
Dancing pihak Eve menyerang in close combat. Stante pede menggunakan mouse trapped pihak Adam untuk mendinginkan deep seated itch. Tari-tarian berlangsung terus berupa : Belly Dance In Sodom & Gomorra”. Sangat bergembira berlangsung di dalam war spirited rhythm dari lagu : Parbudjikkil, Parbudjekkel, Pardjambunan Di Tonga Tonga”, yang sangat fanatic dinyanyikan oleh obese Si Gedut Bindjey, sambil dia sendiri heftily disalag gunakan oleh Lustige Witwem, 3 lawan 1.

Pihak wanita kekurangan partners untuk male service. Pihak pria rebut-rebutan dijudo on the carpet oleh yelling, fighting, and crawling pihak wanita. Sangat memalukan untuk pihak Pria. Nightlong dibanting modar oleh insatiable pihak wanita. En-masse. On the carpet !!

Begitulah “Deli In The Gay Thirties”, mendekati Sodom & Gomorra. Sangat dinikmati oleh old and important Tengku NN 1. Walaupun dia sendiri, serta as old and as impotent Dr. NN2, tidak boleh turut stripped-off dan tidak boleh turut di judo on the carpet. Disitulah mulai the very excelusive “Em En Club Sodom & Gomorra” di Medan Kota Matsum. Sponsored oleh well heeled Tengku NN 1 sendiri-sendiri. Heated dengan Sampin. Fuelled dengan Jamur Belang.

Tidak dihiraukan oleh Tengku NN 1, sesudah fakta yang sangat parah pengaruhnya di dalam sejarah dunia. Which one ?? Wanita yang sekali pernah menikmati Jamur Belang treatment, seumur hidup menjadi Jamur Belang Addict !! Seperti yang sudah tersebut tadi beberapa. Repeat : Ratu Messalina, Ratu Jezibel, Lucretia Borgia. Dari wanita lingkungan “Em En Club Sodom & Gomorra” di Medan Kota Matsum, yang paling parah menjadi life-time Jamur Belang addict, adalah : Big and strong Sri Panggung. Lihat next chapter perihal : Ibu Hadji Ratna Chalidjah.

Flowery “Cakap Melayu Sultan” hingga tahun 1942, sempat dibawahkan keluar panggung “Bangsawan”. Dibawakan oleh Si Gendut Bindjey and his nephew Si Untjoq Siantach. How ?? Berdua mereka mementaskan lakon : “Sinjo Kelas Dan Si Mertu Pik”. What’s that ?? Medan Kota Matsum edition dari “Sinterklaas En Zwarte Piet”.

Sinjo Kelas yang luar biasa gendut seperti hippopotamus. Berdjanggut palsu, putih dan panjang berombak-ombak. Dengan suara Alto menyanyikan Lagu-lagu Nasib. Mengharuhkan segala wanita dari Menteng sampai ke Gang Hauber. Segala apa jang dinikmati, menjadi gratis tanpa bayar.

Si Martua Pik yang dibikin hitam dengan arang. Pakai kunis pakai kaca mata. Dengan suara Stentor yang maha dahsyat memperkenalkan diri pukul dada sebagai berikut :
“Chadjeu Djin Afchied Sahni Peuchkaseu.
“Handeu Ham puuuuuuuuuu njeu Nameu !!
Juga very welcome pada segala wanita dari Menteng sampai ke Gang Hauber. Menjadi : “The Stentor Voiced Tarzan”. Menjadi Adonis yang besar badannya cuma sepertiga dari obese Sinjo Kelas.

Segala Titah dari Sinjo Kelas, dipenuhi oleh Si Martua Pik dengan very humble : “Humbeu Tuanku” (“Your Serf Mylord”). Sinjo Kelas memanggil Si Martu Pik dengan : “Cha-daaaaam !!” (“Slave”). Dengan suara gemuruh dijawab oleh Stenor voiced Si Martu Pik dengan: Eungkuuuh !! (Sir !!). kedengaran 7 rumah jauhnya di Gang Hauber.

Thunderous laughter, pada setiap pertunjukan dari Menteng sampai ke Gang Hauber. Das Ist Nur Einmal. Und Kommt Nicht Wieder. In Batavia (Djakarta) Of Olden Times. Before The Second World war. Sweet sweet Memories of A Sophisticated Old Bandit !!

Saluut kepada : Si Gendut Bindjey (Almarhum Uncle Sally). Bintang Mahasiswa Hukum yang di Zaman Kolonial Belanda, siang malam tidak lain cuma main gila. Akan tetapi : pada waktunya sempat tammat HBS, dan sempat pula mencapai gelar : Meester In De Rechten (Sarjana Hukum). Wafat sambil ber-Zikir !! Selaku petugas dari created Republik Indonesia, oleh Pemerintah Pusat diutus ke Sumatra Timur dan dibunuh oleh Tentara Djepang di Tebing Tinggi Deli (1945) “May God Receive His Soul In Eternal Peace In Rachmatullah. Ameen.”

Salut kepada : Dr. NN 2. Virtuoso yang contra Tengku NN 1 sangat besar berjasa, turut streamlining legio old Malayan folk songs. Termasuk the now famous : “Geylang Si Paku Geylang. Geylang Si Chameu Chameu”. Termasuk the now sophisticated : “Ai Tipang Tipang, Tipang Tolo Da Tipang, Ai Tipang Tipang, Tipang Do”. Bapak Dokter yang pada male and female members “Em En Club Sodom & Gomorra” di Medan Kota Matsum, sangat teliti periodic memeriksa WR serat Coffee Beans. Segera curing eventual S1 dan GO.

Salut kepada : Karo Dusun Female Witch Doctor, yang second month menampung segala little accidents pada female members “Em En Club Sodom & Gomorra”. Tanpa bebas. In Just only 2 weeks, sudah actively and lively kembali lagi in circulation, in Eve’s Costume.

Salut kepada : Tengku NN 1. Maecenas Maestro Sponsor yang terakhir dari sandiwara rakyat “Bangsawan”. Hartawan. Agamawan. Pelindung Agama Islam Mazhab Sji’ah di Sumatra Timur. Mengongkosi perayaan “Tabut Hassan & Hussin”.

Salut kepada : Em En Club Sodom Gomorra di Medan Kota Matsum, 1930. Peninggalan di Republik Indonesia, berupa Top Hits yang disiarkan oleh RRI. Yang dinyanyikan sampai di segala taman kanak-kanak. Believe it or not. It is true. The truth is much more inbelievable, compared to phantasy !! Believe me, Brother.

B. Ibu Hadji Ratna Chalijah.
What about Sri Panggung ?? A heart warming success story !! Lebih tegang daripada : “Suzie Wong”. Sangat baik seandainya dijadikan Movie Script untuk sesuatu Film National. Lebih Paju daripada “Suzie Wong”, exportable into the World Market. Gaining Foreign Currency. Schlager yang dapat pula memperkenalkan “Bangsawan” serta Ronggeng Melodies dari Deli 1930, kepada World Audience. Menjadi popular back home in Kentucky. Menjadi Favorite pada film festival di culture centre Tasjkent. A Success Story ?? How ??

Sri Panggung di dalam usia 24 tahun, mengundurkan diri dari very lucrative Panggung “Bangsawan” dimana dia mendapat 10 % dari Recette, serta dari still more lucrative panggung Ronggeng dimana dia mendapat 40 % dari recette (isi dari the famous baskom, “waschkom” yang begitu termasjhur di seluruh Sumatra Timur). Sri Panggung settled menjadi wanita Burdjuis. Being a Eurasian, very keen and cunning in business. Brokening in Gold & Jewelries, sambil membodoh-bodohi Ladies Of Noble Birth yang membutuhkan cash untuk Boy friends. Memiliki Coconut Plantations di Tanah Karo Dusun. Memiliki Chrysanthemum and Cabbage Plantations di Tanah Karo Gunung. Memiliki Buffalo Herds di Atjeh dan Dairi. Memiliki Bungalow di Brastagi. Memiliki Emergency Landing Cottage di Medan Kota Matsum. Memiliki Wisma di Tanah Karo Dusun. Memiliki a Chain Of Stores di Pasar Central Medan, Bindjai, Brastagi, dan Kabandjahe. Naik Hadji ke Mekkah. Menjadi very respected : “Ibu Hadji Ratna Chalidjah”, pelindung Agama Islam Mazhab Sji’ah. Memelihara seorang suami yang resmi, seorang Beau Sabreur In Dolce Far Niete.

Sri Panggung the life long Jamur Belang addict, yang setiap hari memakan self prepared Jamur Belang in rare roasted lamb, benar adalah : A heart warming Success Story. Akan tetapi alas, sedikit sulit diikuti oleh wanita-wanita lain. How ??

Very helpful Sri Panggung day and night any time siap sedia, menolong murid HBS Medan di dalam hal Praticum Geodetics (Latihan Ilmu Ukur Garis Lengkung). Menolong dengan menyediakan Objects Of Study, berupa Heavyweight Geodetics (42” 28” 44”) in statu nascendi. In daylight, in soft light, ataupun in pitch darkness. Private Instructions ataupun Multiple Classroom.

Murid-murid HBS Medan para Penggemar Practicum Geodetics with the bare fingers sering pula mendapat cadeaux serta mendapat cash dari very popular Big Sister Sri Panggung. Dia kaya raya dari recettes “Bangsawan” serta Ronggeng. Big Sister Sri Panggung malahan lebih boros lagi daripada Tengku NN 1, di dalam hal memberikan cadeaux serta cash kepada murid-murid HBs Medan dan kepada Tengku-tengku yang masih muda remaja. Why ?? Supaya sering berani datang sweat-cure di rumah petak yang ditempati oleh Sri Panggung, yang begitu princely out-fitted oleh Prince NN 1 untuk emergency landings.

Very welcome. Akan tetapi awas !! Senelum pihak pria selesai menikmati Latihan Ilmu Ukur Garis Lengkung with the bare fingers, pada heavenly Forty-Two inches of heaving and panting Landscape Wonders, Sri Panggung sudah mulai main sendiri. How ?? Very nasty Big Sister Sri Panggung supine in Eve’s costume, tanpa izin menangkap tikus, dengan menggunakan crater-hot Forty-four inches mouse-trap !! Look Out. Suicide. Big Sister Sri Panggung sanagt berbahaya, mutilating dengan power-springs loaded mouse-trap. Insatiably sucking-out mouse-trapped victims.

Dengan good old Tengku NN 1 selaku wasit, pernah 5 orang Tengku-tengku serta Murud-murid HBS Medan very heroic but very stupid, , menerima tantangan 3 hours simultanneous fight in Sodom & Gomorra, contra Big Sister Sri Panggung sendiri saja. walaupun 5 orang pria muda remaja itu terus menerus bertempur dengan heroima yang maha besar, akan tetapi : Mereka berlima enak saja back breaking dibanting modar oleh gorgeously curvaccous Sri Panggung. Masing-masing in humuliating 6 – 1 scores. Totalling gloriously : 30 – 5. In just short of 3 hours. Sangat dinikmati oleh Big Sister Sri Pangung, gerak badan yang begitu. Sangat dinikmati oleh Tengku NN 1, mendaftar each score.

Sejak itu, battle happy Big Sister Sri Panggung oleh murid-murid HBS Medan very respectful disebutkan : “Big Bertha Caliber Empat puluh Empat”. Tahan serangan Rapid Fire seberapa heroic dan seberapa banyak saja.

Sri Panggung sanggup melumpuhkan 5 orang male victims in 30 fights during 3 hours only, karena : Big Bertha Caliber Empatpuluh-Empat tidak pernah membutuhkan lebih daripada 3 minutes for each fight. How ?? Male victim in a split second sudah fought under oleh Sri Panggung as strong as a bison. Ditimpa seberat buffalo. Pronto mouse-trapped in an iron grip, serta sucked-out dengan peristaltic ring muscles. Suffocated in king size bumpers male victim itu sendiri, sprawling mempercepat his own knock-out. Satu-satunya way-out supaya jangan mutilated oleh power springs loaded mouse-trap.

Kind hearted Big Sister Sri Panggung kemudian mengembirakan her defeated victim, masing-masing dengan unlimited heavenly and blisefully merry-go-round. Seperti Wodan Riding The High Clouds. Repeat : Seperti sering berani datang sweat-cure in the lioness denn. Very welcome. Akan tetapi : Exclusively dibatasi oleh Big Sister Sri Panggung, hanyalah murid-murid HBS Medan serta Tengku-tengku yang muda remaja, yang berusia 15 @ 18 tahun. Artinya 3 @ 6 tahun lebih muda daripada Big Sister Sri Panggung sendiri. Gigolo’s yang tinggi badannya 10 @ 15 centimeter dibawah 1,78 meter towering Sri Panggung sendiri. Gigolo’s yang sedikitnya sejumlah setengah lusin , permanent dibutuhkan oleh Big Sister Sri Panggung, being a Jamur Belang addict. No Snobs. No rich men from the street. “Bangsawan” and Ronggeng starring Sri Panggung was not for sale !! Cuma iseng doang perlu gerak badan, just to keep fit.

Chadjeu Djin (18) accidentally lulus HBS Medan. Setelah 3 tahun dinas selaku part-time Gigolo, happy-go-lucky puas rocking on dengan Big Sister Sri Panggung. The first ranking of her 7 Princes des Beaux. Plenty of Arrow shirts. Never short of ping-ping. Sebelum berangkat ke Delft Holland menjadi Mahasiswa Sekolah Tukang. Chadjeu Djin terpilih oleh Big Sister Sri Panggung dari her 7 Gigolo’s, untuk sesuatu tugas kehormatan. How ?? Memenuhi Perintah Atasan, yang bunyinya : “Go and Multiply !! “Big Sister Sri Panggung baru saja emeritus mengundurkan diri dari Panggung “Bangsawan”, dan juga baru saja selesai monthly periodics. Sehingga pelaksanaan dari Perintah Atasan joyously dapat dilangsungkan.

Beloved Chadjeu Djin During 6 critical weeks dikurung oleh Big Sister Sri Panggung in the lioness denn. Didatangkan 2 orang dayang-dayang untuk menampung segala visits, sambil Sri Panggung piously memenuhi Perintah Atasan. Chadjeu Djin in captivity seperti Adam in paradise, ditugaskan mengsuccesskan Perintah Atasan. In casu : Ditugaskan mencitak his own image pada crater hot anvil. Mencitak sesuatu tanda mata yang hidup, untuk dan pada Big Sister Sri Panggung sendiri, after periodics high in season.

Pencitakan day and night sangat teliti supervised oleh Female. Wicth Doctor, yang dari pagan parts of Tanah Karo Dusun mendatangkan a lot og mildly poisonous herbs and aphrodisiacs. Cukup untuk satu ribu serviceing stallions. Big Sister Sri Panggung sendiri tetap setiap hari memakan self prepared Jamur Belang, dan sangat radji pula turut makan minum big doses of Karo Dusun aphrodisiacs. Hampir celaka Chadheu Djin, in 6 weeks of slave-labour in captivity. Hampir expired mati-pahlawan in paradise. Mati tidak suci melaksanakan Perintah Atasan.

“Mission Accomplished” jubilantly pronounced and exclaimed oleh supervising Female Witch Doctor, at long last only after 6 weeks of strenous slave-labour di pihak Adam. Worn-out Chadjeu Djin dilepas oleh gleaming Big Sister Sri Panggung, dengan “Salam Beuchisi” sebesar 500 Guilders=200 US Dollars. What for ?? Tradisional fee yang di Kesultanan Deli biasa dibayarkan oleh Highly Esteemed Ladies Of Noble Birth, kepada seorang cousin yang sudah successful selesai keel-laying in 6 weeks of witch doctored captivity. Sering oerlu service yang begitu, jika the princely husband sendiri sudah terlalu degenerated untuk keel-laying, pada all his changing consorts.

Traditional fee in cash yang begitu besar, kemudian antara Marseille dan Delft Holland, cukup untuk Chadjeu Djin selama setengah bulan menjadi :”Son Altesse Le Prince Couronne de Cappala Bato”. Menikmati : “La Vie Parisienne” di Montparnasse Paris. “Hana Peng, Hana Maina.” Akan tetapi juga : “Hana Maina, Hana Peng.” Very useful pribahasa Atjeh. Artinya ?? You find out.

Before leaving for 6 years in Europe, Chadjeu Djin mendapat Bon Voyage Party di rumah petak tempat tinggal Big Sister Sri Panggung. Hadir semuanya teman-teman sejawat Gigolo’s, total 7 men strong. Hadir 4 orang dayang-dayang yang di dalam hal Heavyweight Geodetics, hanyalah second only to Sri Panggung. Hadir Tengku NN 1. Sampin. Jamur Belang in rare roasted lamb. Canned music dengan airmapon (gramophone tanpa listrik), serta war spirited records : “Terbikin oleh Tio Tek Hong Tjap Gangsa”. Di dalam kepastian bahwa Mission sudah accomplished, tinggal tunggu penuh 9 bulan incubation. Big Sister Sri Panggung joyously menikmati lagi simultaneous fghts, contra her 7 Gigolo’s semuanya. Kind hearted dia mengizinkan pula male service, untuk mendinginkan deep seated itch pada 4 orang dayang-dayang. Tengku NN 1 sangat teliti mencatat total 43 knock-outs pada 7 Gigolo’s, in just under 5 hours.

Traditional fee in his pocket, dismissed Chadjeu Djin plus satu extra luggage, yang luxuriously dipenuhi oleh loving Big Sister Sri Panggung, berangkat dari Belawan dengan kapal “SS Indrapoera RL”. Menuju ke Sekolah Tukang di Delft Holland. Sudah tahan dibakar dan tahan direndam, coached oleh insatiable Big Sister Sri Panggung di dalam usia 15 sampai 18 tahun. Lifelong terus menerus akan menjadi Freelancer. Never fearing the stork. But deadly fearing marriage status. Poor Chadjeu Djin. Korban “Em En Club Sodom & Gomorra” di Medan Matsumery.

Ketinggalan di Medan Kota Matsum, Big Sister Sri Panggung (24) expanding in colossal pregnancy, merasa perlu : For Social standing mesti nikah di depan penghulu. Siapa calon Bridegroom ?? 6 orang Gigolo’s lainnya, tidak ada yang mau mementaskan peranan Sanctus Simplicitus di depan Penghulu. Walaupun dipancing dengan 1.000 Guilders Cash down (cukup untuk satu second hand motor car), serta life-time gratis makan tidur. Seorang male victim harus lekas dtangkap, karena : Big Sister Sri Panggung in pregnancy cepat sekali bigger and bigger expanding.

Big Sister Sri Panggung fearsome in the seventh month of colossal pregnancy, menurut statistics Tengku NN 1 mencapai diameter 58 centimeter serta Waistlina 54”. Dengan tinggi badan yang 1,78 meter, benar fearsome untuk segala makhluk manusia. Pada saat begitulah, Big Sister Sri Panggung at long last berhasil menjerat seorang male victim, yang dapat digiring di depan Penghulu. Apa orangnya buta ?? Lebih para lagi !! Orangnya adalah seorang tukang tarik layar di panggung “Bangsawan”, 5 tahun lebih muda daripada his new Missus. Tukang tarik layar itu, adalahseorang silly factotum, dengan IQ kira-kira sama dengan anak kecil umur 3 tahun. Sambil Sri Panggung “dikurung di dalam dua gelap”, dia di belakang layar very cruel handed mempermainkan Si Silly Factotum, yang sudah very happy jika merasa body heat dari adired Dri Panggung.

Si Silly Factotum naik status menjadi Silly Husband, resmi legalised di depan Penghulu. Silly Husband seterusnya seumur hidup very happy gratis makan tidur. For married kept in cubicle near the kitche, oleh well heeled and polyandrous Sri Panggung alias Ibu Hadji Ratna Chalidjah. Trained di dalam : “service a la bouche”. Menolong Ibu Hadji Ratna Chakidjah secukupnya mencapai orgasmis dischrges, untuk hal mana setengah lusin Gigolo’s masih saja tidak mencukupi. Tetap saja left handed emptied oleh his Missus. Tidak sekalipun pernah menikmati meery-go-round in happy rock and roll. Nasib kodok !!

Silly Husband menjadai Ornitornitjon Silly Husband diberikan hobby memelihara membunuh. Silly Husband diberikan hobby memelihara burung tikukur. Diberikan pula king size voliere seluas (15 x 30) meter, tertutup kawat-ayam. Lengkap dengan pohon-pohonan didalamnya. Silly Husband tidak pandai bicara dengan manusia, akan tetapi : Menjadi pandai bicara dengan burung tikukur. Sanggup menternakkan Kuk-Duabelas Sisik Sembilan in captivity. Ahli Cukur ornithologist !!

7 bulan setengah sampai di Delft Holland, Chadjeu Djin menerima sepucuk surat yang air-mailed dari Medan Kota Matsum. Disuruh buatkan oleh analphabetic Big Sister Sri Panggung Why ?? Dia meminta nama untuk seorang Girl Baby !! Oleh Chadjeu Djin pronto cabled : Siti Parlinah. Berupa tanda penerimaan uang. Cash Down sebesar 500 Guilders. Chadjeu Djin sebelum penuh berusia 19 tahun sudah resmi diakui Ayah dari seorang Baby Girl. Diakui oleh Big Sister Sri Panggung !! Siapa yang sanggup begitu ?? Selama Chadjeu Djin Mahasiswa di Delft Holland, Big Sister Sri Panggung very attent pula setiap bula mengirim rendang. Panas-panas dia masukkan kedalam kaleng, dan rapat di-patri. Tahan lama bertahun-tahun.

Masih di Zaman Kolonial Belanda, sebelum PD II, Big Sister Sri Panggung sudah sanggup pergi naik Hadji ke Mekkah untuk mencapai very respected status Ibu Hadji. Big Sister Sri Panggung dengan nama : Ibu Hadji Ratna Chadidjah menjadi Tiang masyarakat di Tanah Karo Dusun (bahagian dari Tanah Karo Dusun yang menjadi jajahan, takluk dari Kesultanan Deli serta dari Kesultanan Langkat) yang 50/50 ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Pertama kali “Turang “ (sri Panggung) mempunyai nama.

Masih sebelum PD II pula, Ibu Hadji Ratna Chadidjah sudah mendirikan sebuah wisma di Tanah Karo Dusun, akan tetapi dekat ke Medan. Wisma itu terdiri dari atas : Rumah tempat tinggal lengkap dengan king sixe bedroom sebesar (5 x 12) meter, Kantor Pusat, Guest House serta Surau.

Guest House itu sebenarnya untuk Managers dari oulying plantations yang datang reporting sambil mengharapkan banus, berupa merrygo round dari the generous Missus. Akan tetapi : Di dlam Guest House itu ada pula 3 orang male Assistants yang intern. Keeping the correspondence in file. Keeping the books in accountncy. Last but not least : Keeping the demanding Missus well oiled in good running condition. Karena tidak lagi main “Bangsawan”, maka : Ibu Hadji Ratna Chalidjah tidak lagi recruiting Gigolo’s dari kalangan Tengku-tengku muda remaja setra murid-murid HBS Medan. Menjadi recruiting good looking Bookkeepers.

Ibu Hadji Ratna Chalidjah very keen and cunning in business, tidak pernah kekurangan eager Business Relations. Terutama tuan yang terhormat bekas penonton “Bangsawan” (dan Ronggeng), yang dahulunya penuh sesak banyaknya, serta dengan sesak nafas menonton Sri Panggung (Bintang Ronggeng) ombang ambing di atas podium. Mereka dahulu mengetahui adanya very exclusive “Em En Club Sodom & Gomorra”. Mengetahui pula bahwa money making Sri Panggung (Bintang Ronggeng( recruited her hand picked Gigolo’s, hanyalah dari lingkungan Tengku-tengku yang masih muda remaja serta Murid-murid HBS Medan. Untuk mereka at long last kesempatan, chancing the legendary Sri Panggung (Bintang Ronggeng). Ripened di dalam bentuk very rich Ibu Hadji Ratna Chalidjag, masih saja gorgeusly curveceous, profusely voluptuous and stunningly beautiful. Ewer ewer ngiler mereka yang datang berduyun-duyun, meramaikan business discussions di dalam king size Master Bedroom di Wisma Ibu Hadji Cholidjah. Very welcome.

Airy and tantalizing in You Can See, Ibu Hadji Ratna Chalidjah very keen mempermainkan at least 3 Busuness Relations at the same time. After eacd deal, on the spot favouring the Winner in tender swing. Nerve breaking untuk the mounth watered on looking loasers. Business Relations from deal belomba-lomba di dalam sky rocketing bids !! The last. Winner of the day, diizinkan spending the night over. Bukannya di dalam Guest House, akan tetapi di dalam king size Master Bedroom. Favour yang all-out sought after oleh Business Relations.

Ibu Hadji Ratna Chalidjah bertambah kaya raya. Maling famcy profits. Selling coconuts like gold. Selling chrysantemums like platina. Selling cabbages like diamonds. Extorting Business Relations, terpaksa terus menerus membeli dari Ibu Hadji Ratna Chalidjah dengan fancy prices.
Taat kepada Perintah Atasan, Ibu Hadji Ratna Chalidjah in her joyful life melahirkan 5 Kids. Cuma begitu sedikit hasil dari never ending usaha pencitakan, karena : Female Witch Doctor siap sedia melenyapkan semuanya unwanted dan semuanya untraceable pregnancies. Anak-anak yang very selective Ibu Hadji Ratna Chalidjah, diizinkan OK beleh terus ripening selama 9 bulan penuh adalah sebagai berikut :
1. Son, Sired oleh seorang Tionghwa Singkeh. Masih di Tobacco Plantation. Sebelum “Turang” discivered menjadi Sri Panggung.
2. Daughter. Sired oleh seorang beloved Gigolo. Murid HBS Medang, Adonis Pemain “Bangsawan” Amateur di dalam peranan : “Chadjeu Djin”.
3. Daughter. Sired oleh seorang Perantjis dari Societe Financiere. Seorang mustached Roman Novarro. Singing like Tino Rossi, lagu-lagu bangsanya : “J’Attendrai”, “Sous Les Toits De Paris”., “J’Ai Deux Amours”. Sangat terharu dan terguling Ibu Hadji Ratna Chalidjah . lupa segala Agama Islam Mazhab Sji’ah. Akhirnya orang Perantjis itu melarikan diri ke Congo. Tidak kuat sendiri harus meladeni seorang Jamur Belang Addict, yang bertambah-tambah demading karena colossal and fearsome in pregnancy Coward !!
4. Daughter. Sired oleh serang Tuanku Sri Sultan, yang citi sakit di Brastagi dan kurus kering bertambah-tambah sakit, Mouse trapped and sucked out oleh formidable Ibu Hadji Ratna Chalidjah. Hasilnya : “Siti Sultanan” yang di Wisma Ibu Hadji Ratnma Chalidjah disebutkan : “Anaq Chadjeu”. Di dalam segala hal : Calon Sri Panggung II. Sangat disesalkan oleh Ibu Hadji Ratna Chalidjah, tidak menjadi “Muhammad Sultan Alamsjah”.
5. Son, Sired oleh seorang Dai Nippon Teikoku Rikugun Kempei Tai Sjo I. Dia quoet simple selama 4 bulan mengurung Ibu Hadji Ratna Chalidjah, tanpa Famale Witch Doctor, dengan tuduhan : “Subversive Actions”. Sangat puas dengan Subversive Actions, yang benar dia peroleh dari Ibu Hadji Ratna Chalidjah, undulating in Eve’s costume. Mau tida mau. Ibu Hadji Ratna Chalidjah terpaksa melahirkan : “Nipon Kodomo Taiheng Yoroshi”. Untuk Kemakmuran bersama, Asia Timur Raya. Di dalam hal mana orang-orang Djepang sangat berjasa.

Masih di Tobacco Plantations, sebelum penuh berusia 19 tahun, Ibu Hadji Ratna Chalidjah (Sri Panggung=Turang), sudah melahirkan anak dari seorang Tionghwa Singkeh ?? How ??

Turang sendiri sired oleh seorang towering Dutch Tobacco Planter pada seorang “Njai” (wanita Djawa kuli kontrak, yang temporary promoted menjadi : “Babu Dalam”). Deli punya macam. Berlainan dengan di Pulau Djawa, di Sumatra Timur tidak ada “Belanda Indo”, yang sangat dimanja-manjakan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Akan tetapi : Di Sumatra Timur situation adalah sama seperti di Semanadjung Malaya, dimana “Half Casts” adalah lebih rendah daripada “Natives” (Inlanders).

Ibu dari “Turang” di dalam keadaan pregnant 5 bulan, sudah dismissed oleh her freelancing Dutch Lord and Master, sebagaimana lazim dengan dowry 500 Guilders (200 US Dollars). Out of no where muncul seorang Batak Krani Timbangan, yang segera saja mau resmi menjadi suami dari pregnant Ex Njai. Untuk menolong menghabiskan cash money yang sekian banyak.

Berumur cuma 3 hari, “Turang” oleh ibunya sudah dijual seharga satu Ringgit (satu US Dollars), kepada seorang Female Witch Doctor di Tanah Karo Dusun di pinggir Tobacco Plantations. Disitulah “Turang” mendapat nama panggilannya “Turang” (Butet, Upik). Disitulah “Turang” dibesarkan, hingga dia berumur 15 tahun.

Female Witch Doctor suka main ceki dengan wanita Djawa kuli kontrak di Pondok. Akibatnya : Dia tidak pun punya uang untuk membeli sandang pangan. Akan tetapi : Seorang Tionghwa Tukang Warung selama 3 tahun sangat luas memberikan Credit kepada Female Witch Doctor. Notabene seorang meagre and miserable Singkeh, yang sudah berusia lebih setengah abad. Sampai Credit menjadi sebesar 300 Guilders (120 US Dollars). Kenapa begitu baik budi itu Singkeh Tjina Warung ??

Singkeh old miser mouth watered melihat growing-up and blossoming-out “Turang”. Barefeet and shantily clad terpaksa in one piece you can see. Promising a veritable Paradise On Earth. Harus lekas-lekas secured, sebelum dimakan oleh entah seorang Dutch Tobacco Planter, yang paling suka consuming their own products. Deli punya macam.

Di dalam usia 15 tahun only, crying “Turang” suada palmed in dan sudah pula defflorated oleh penny-wise Singkeh Shopkeeper itu. After 3 long years on the receiving end, now adult “Turang” masih saja belum melahirkan anak dari her very ctive Owner. Why not ?? Tjina Warung itu sudah impotent. Akan tetapi : Being an Opium Addict, Libido sangat besar padanya setiap kali dia mengisap candu.

Karena sangat banyak candu, untuk sepenuhnya dapat menikmati his now profusely voluptuous possession, maka : Tjina Warung itu menjadi jatuh miskin. Sedangkan candu di waktu itu, resmi tapi sangat mahal dapat dibeli unlimited dari Opium Regie Pemerintah Kolonial Belanda. Dari mana uang untuk terus menerus dapat membeli candu ?? Sedangkan warung sudah kosong tanpa investment tanpa barang dagangan. Singkeh Shopkeeper ada akal. Singkeh punya macam !!

Dengan bayaran 25 Guilders (10 US Dollars) per person, Tjina Warung itu after shop closing hour, mempersewakan his gorgeously curvaceous and very sexy possession kepada mouth-watered male clients yang ingin spending a long night in good female company. Segera sangat paju !! Malahan traffic menjadi sulit, karena : Setiap malam datang sedikitnya 4 orang Singkeh, masing-masing eagerly paying for long night. How ??

Singkeh Shopkeeper tidak sampai dirugikan 75 % dari Gross In take Singkeh clients mendapatkan solution, yang sanagt memuskan untuk segala pihak terkecuali untuk “Turang”. Yakni : Semuanya mereka membayar penuh Bea Cukai masing-masing sebesar 25 Guilders kepada Tjina Warung. Kemudian mereka in the nude, very noisy main Mah Yong sambil sangat banyak minum arak serta makan b 2 panggang. Berupa side-line entertainment, terpaksa diladeni oleh “Turang” in Eve’s costume . hongkong Kowloon-side punya mcam !! Drunken Singkeh gamblers gantian memberikan floor-show : “Ursus The Strong Man”. Tentulah big and strong “Turang”, terpaksa basically turut main pada setiap floor-show exhibition. Disitulah oleh “Turang” improved her Simultane Techniques. Sanggup in 3 minutes only, memaksakan knock-out pada setiap would-be strong man. Easily menarik dua lusin knock outs per night, dari very noisy Singkeh. Berupa compensation malahan enjoying simultanes !!

Warung Tjina menjadi sepi di siang hari karena : Tjina Warung terpaksa siang hari menghabiskan akibat-kibat dari now plenty of candu. Warung Tjina menjadi ramai di malam hari, berupa Hongkong Kowloonside speakeasy. Tidak dinganggu oleh Pemerintah Kolonial Belanda, karena : Gambling and obsceneyies memang unlimited diizinkan di Deli Tobacco Plantations. Why ?? Supaya kuli kontrak (Djawa dan Singkeh), tidak mungkin menabung untuk kembali ke kampung asalnya. Pihak Belanda tidak mau rugi ongkos terlalu sering mendatangkan kuli kontrak yang baru dari Bagelen lalu dan dari Hakka Tiongkok. Biar mati di Deli.

Very soon “Turang” meras, bahwa dia mulai pregnant dari entah siapa di antara Singkeh Floor Show Artists itu. Supaya selama setengah tahun dapat istirahat lepas dari floor-shows, maka : “Turang” saboteged desakan dari her Owner Tjina Warung, in the third month harus membuang handicapping foetus itu. Floor shows berhenti selama setengah tahun, dan pembelian candu pun turut berhenti. Tjina Warung crazy marah-marah, memukuli his big floor show attraction yang sementara tidak performing. Tjina Warung terpaksa berutang dari his Singkeh clients. Terpaksa in advance menerima reduced prices. Menjadi per night 10 Guilders (4 US Dollars) only. Ngidjon selamanya rugi. xxx
Posted by Amir Husin Daulay at 21:37 2 comments
Lampiran 26
Hypothese Sam Suparlin


Terpengaruh oleh penulis orang Belanda Kolonia, Penulis orang Indonesia orang Indonesia percaya bahwa 1250 x 1550 Agama Islam di perkembangan di Kepulauan Indonesia, oleh pedagang orang Gudjarat India, katanya : Walaupun Orang Gudjarat India itu primair datang untuk berdagangkan. Mereka secundair sambil lalu mengembangkan pula Agama Islam secara damai. Terutama dengan cara : Kawin dengan wanita Indonesia, yang terpaksa turut masuk Islam. Begitulah katanya Belanda Kolonial, caranya Agama Islam diperkembang di Kepulauan di Kepulauan Indonesia. Tanpa tujuan yang tertentu. Tanpa any basking dari sesuatu well organized Islamic power, seperti pasti terjadi pada perkembangan Agama Islam di waktu Chalifatullah Medinah dan Chalifatullah Damascus.

Keadan yang sebenarnya adalah jauh dari pengeremehan oleh penulis orang Belanda Kolonial, sebagaimana tersebut tadi. Yaitu Agama Islam tahun 700, sengaja diperkembangkan di Kepulauan Indonesia dengan backing Armed Forces yang maha kuat dari Caliphate Ummayah Dynasty. What for cara begitu mengembangkan Agama Islam ?? Untuk menjamin Flow Of Goods aliran dagang rempah-rampah umumnya dan dagang meritja khususnya, tetap mengalir dari spices producing Kepulauan Indonesia, lewat jalan laut ke spices marketing Damascus.

Bukan saja Agama Islam, akan tetapi : aneka warna Agama-agama termasuk Agama Kristen, sengaja diperkembangkan di Kepulauan Indonesia, demi jaminan Flow Of Goods aliran dagang rempah-rempah Chronogic berturut-turut sebagai berikut :

I. 500 – 700 : Perkembangan Agama Buddha Hinayana.
500 – 700 pepper producing are yang terpenting di seluruh dunia adalah : Daerah Sungaidareh Batanghari di Minangkabau Timur. Tertarik oleh Monopoly Dagang Meritja at its very sources, maka : Di sekitar muara Sungai Batanghari timbullah berturut-turut Keradjaan Melayu Tua dan Sri Widjaja Djambi, yang berdua ber-Agama Buddha Hinaya as reported oleh I Tsing pada tahun 671 dan pada tahun 685. Well orgaized di dalam Keradjaan Sri Widjaja Djambi, pepper produced di daerah Sungaidareh sepanjang Sungai Batanghari diturunkan ke Muara Tembesi dan exported dari pelabuhan Muara Sabak. Lewat jalan laut pepper dikapalkan ke Canton Tiongkok dan dari situ pepper diangkat per caravans lewat jalan darat (the famous silk road) ke Damascus. Di dalam annals Tiongkok Swi Dynasty dan Tiongkok Tang Dynasty, Muara Tembesi menjadi termasyur dengan nama : San Fo Tsi ataupun : Sam Bo Tsai.

Universitas Buddha Hinayana di San Fo Tsi di Keradjaan Sri Widjaja Djambi menjadi termasyur di Tiongkok. Tetap disinggahi oleh Buddhist pilgrims en-route to Nalanda India.

II. 661 – 730 : Perkembangan Agama Islam Sunnah.
Calighate Ummayah Dynasty (661 – 750) timbul dan berpusat di Damascus. Pusat Pemerintahan Chalifatullah pindah dari kota Medinah yang tanpa dagang ke Damascus kota dagang yang di waktu itu terbesar di seluruh dunia. Character dari Chalifatullah pun turut berubah, terpengaruh oleh Kota Damascus yang sudah merupakan pusat dagang dari orang Kristeb Unitary Faith di satu pihak, serta Tiongko Tang Dynasty, di lain pihak. Seperti Troye Of old, Damascus adalah terminal dari the famous silk road, jalan darat camel caravans dari Tiongkok ke Asia Ketjil, terutama membawa sutra dan rempah-rempah berlainan dengan Chulafur Rasjidin yang hidup miskin di Medinah, Chalifatullah Damascus Ummayah Dynasty menjadi kaya raya terutama karena dagang meritja !! Caliphate Damascus hendak menggaruk lebih banyak lagi kekayaan, dengan cara : Mendatangkan the coneted pepper lewat jalan laut, langsung dari its country of origin ke Teluk Persia yang sudah dikuasai oleh Caliphate Damascus. (Catatan : Bukannya Belanda pada tahun 1593 ataupun Portugis pada tahun 1511, akan tetapi : Caliphate Damascus pada tahun 718, itulah yang pertama mendatangkan meritja lewat jalan laut).

Muawiyah Ibn Abisufjan Chalifatullah Damascus yang pertama (661 – 680), menggunakan orang Tionghwa Singkiang yang sudah masuk Islam sejak Tentara Chalifatullah Usman Ibn Affan pada tahun 651 merebut Siangfu Tiongkok, to find out the country of origin of the coveted pepper. Di dalam estafette mereka membawa surat-surat dari Chalifatullah Muawiyah Ibn Abisufjan di Damascus sampai kepada Sri Maharadja Lokitawarman di Sri Widjaja Djambi, sampai kepada Ratu Simo di Kallangga Djepara. (Catatan : Sangat dikecam di dalam annals dari Tiongkok Tang Dynasty).

Chalifatullah Sulaiman Abdulmadjid (715 – 717 M) memberangkatkan sesuatu Armada sekuat 35 bottoms of ocea worthy ships berangkat dari Teluk Persia ke Sri Widjaja Djambi. Chalifatullah Sulaiman Abdulmadjid memang benar very active. Dialah pula yang memerintahkan kepada Panglima Djamal Al Tarik, harus merebut dan meng-Islamkan Spanjol yang sudah Kristen.

Armada Caliphate Damascus merebut Semenandjung Gudjarat India, singgah di Perlak Atjeh dimana sejak 800 tahun sudah ada settlement dari pelaut-pelaut orang Persia, mencapai Sri Widjaja Djambi, dan selamat kembali dengan membawa sangat banyk meritje !! Dagang meritja lewat jalan laut, sangat berkembang antara Keradjaan Sri Widjaja Djambi yang ber-Agama Buddha Hinayana, serta Caliphate Damascus. Kota pelabuhan Muara Sabak menjadi termasyhur di Dunia Islam dengan nama “Zabag”, seperti sebelumnya San Fo Tsi di Tingkok Tang Dynasty. Chalifatullah Damascus bertambah kaya Raya, eager to ascertain Flow Of Goods aliran dagang meritja dari Keradjaan Sri Widjaja Djambi. How ?? didatangkan Mubaliigh untuk disitu menanamkan Agama Islam !! Supaya terjamin Flow Of Goods aliran meritja dari Keradjaan Sri Widjaja Djambi yang sesama Islam. Diperkembangkan pula Agama Islam di daerah Singkil, untuk menjamin Flow Of Goods camphor serta kemenjan.

Pada tahun 99 H (718 M) : Sri Maharadja Sirindrawarman, Radja Sri Widjaja Djambi, masuk Islam !! Di Dunia Islam yang bru saja ada selama seratus tahun, Keradjaan Sri Widjaja Djambi menjadi termasyur dengan nama : “Keradjaan Sribuza Jang Islam”.

Pada tahun 107 H (726 M) : King Jay Sinna, Radja Kallangga Djepara (Putra dari Ratu Simo), menyusul pula masuk Islam.

Catatan : Copies dari Correspondence antara Ratu Simo dan Chalifatullah Muawiyah Ibn Abisufjan dan juga dari correspondence antara Sri Maharadja Sirindrawarman dan Chalifatullah Umar Abdulaziz (99 – 102 H = 717 – 720 M), kini ada Granada Spanjol. Dibawa kesitu oleh Rahmaniyah Dynasty, yang adalah penerusan dari Ummayah Dynasty. Microfilm copies ada di dalam Collection Djendral Abdulkadir. (Lihat : Lampiran XIV). Itulah bukti bahwa : Di dalam jangka waktu cuma satu abad sesudah Nabi Muhammad SAW, sudah ada seorang Radja yang ber-Agama Islam di Sri Widjaja Djambi, di Kepulauan Indonesia. Berlainan dengan pengremehan perkembangan Agama Islam oleh penulis orang Belanda Kolonial yang hanyalah hendak menanamkan minority complexes kepada orang Indonesia.

III. 720 – 950 : Perkembangan Agama Budha Mahayana.
Pihak Tiongkok Tang Dynasty (608 – 907) tentulah sangat dirugikan, karena meritja tidak lagi mengalir ke Asia Ketjil lewat Tiongkok lewat jalan-laut, akan tetapi mengalir langsung ke Teluk Persia lewat jalan laut. Tiangkok Tang Dynasty jumped into action.

Pada tahun 720, pihak Tiongkok Tang Dynasty yang ber-Agama Buddha Mahayana, mendatangkan dua orang very rigourous propagandists dari Agama Buddha Mahayana, dari Universitas Nalanda India ke Universitas San Fo Tsi di Sri Widjaja Djambi, yakni : Vadjarabodi dan Amogavadjara. Dengan backing dari Angkatan Laut Tiongkok Tang Dynasty, Agama Buddha Hinayana dan Agama Islam dengan pedang dibasmi habis di Keradjaan Sr Widjaja Djambi. Sri Maharadja Sirindrawarman wafat di dalam pemberontakan dalam negeri, yang dihasut oleh Tiongkok,Tang Dynasty. Pepper was king ! Agama Buddha Mahayana dengan kekerasan dipaksakan di Keradjaan Sri Widjaja. Ibukota dari Sri Widjaja di tepi Sungai Batanghari habis dibumi hanguskan dan didirikan baru di tepi Sungai Musi menjadi Sri Widjaja Palembang dimana Sjailendra Dynasty ditahtakan oleh Angkatan Laut Tiongkok Tang Dynasty, 727.

New emerging Sri Widjaja Palembang (727 – 950), bersama Tiongkok Tang Dynasty merebut dan memusnahkan Kallangga Djepara. King Jay Sinna mati sjahid mempertahankan Agama Islam, Sjailendra Dynasty yang ber-Agama Buddha Mahayana mendirikan Candi Borubudur di Pulau Djawa 900.

IV.730 – 1128 : Agama Islam hilang Lenyap dari Kepulauan Indonesia.
Repeat : Agama Islam yang di Kepulauan Indonesia diperkembangkan oleh Chalifatullah Ummayah Dynasty, 720 – 730 dibasmi habis oleh Kaisar-kaisar Tingkok Tang Dynasty dan oleh Radja Sri Widjaja Palembang dari Sjailendra Dynasty. Agama Islam selama 400 tahun hilang lenyap dari Kepulauan Indonesia. Situation Berambah parah lagi, karena : Ummayah dynasty sendiri pun exterminated oleh Abbassiyah Dynasty yang bertahta di Bagdad. Abbassiyah Dynasty (749 – 1258 M) tidak kuat di bidang maritim, walaupun sangat kuat di bidang romantic.

V. 1128 – 1339 : Perkembangan Agama Islam Mazhab Sji’ah.
Monopoly Dagang Meritja lewat jalan laut yang pernah direbut oleh Caliphate Damascus, 400 tahun kemudian direbut pula oleh Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty. Untuk kedua kalinya datang lagi pedagang-pedagang orang Islam di Pulau Djawa, seperti di Leran. Lebih penting lagi : Di Pulau Andalas terjadi Kesultanan yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah Aliran Fathimiyah, yakni : Kesultanan Daya Pasai, Kesultanan Bandarkalipahm Kesultanan Muar Malaya, Kesultanan Aru Barumun dan Kesultanan Kuntu Kampar.
Bagaimana sebelumnya Chalifatullah Ummayah Dynasty menjadi kaya raya dari Monopoly Dagang Meritja, begitulah pula Sultan Mesir Fathimiyah Dynasty.

VI.Extra Perihal : Kesultanan Perlak, 1168 – 1297.
Sebelum lahir Nabi Muhammad SAW, sebelum lahir Nabi Isa, orang-orang Parsi (Orang-orang Persia yang belum Islam) sudah mengadakan hubungan dagang lewat jalan laut dengan Tiongkok. Untuk rendezvous persinggahan kapal-kapal, mereka mendirikan settlements di Bombay India dan di Perlak Atjeh. Di dalam Bahasa Parsi, Perlak disebutkan “Tadj I Alam”= “Mahkota Alam”. (Tadj seperti di “Taj Mahal”).

Di waktu pemerintahan Chalifatullah Umur Ibn Chattab (634 – 644 M), Persia direbut dan di-Islamkan. Menyusul pula masuk Islam, orang Persia yang di Perlak=Tadj I Alam. Di waktu itulah nama “Ta Chih”=”Tadj I Alam”, timbul di dalam annals Tiongkok. Menjadi nama dari semuanya settlement Islam antara Selat Malacca dan Teluk Persia, termasuk Singkil, yang oleh Pihak Tiongkok hanyalah dikenal dari cerita-cerita.

Pada tahun 551 H (1159 M), Persia direbut oleh Panglima Zalkari Gafur Attabek, Panglima Tentara Turki. Sedikit kapal-kapal dari Angkatan Laut Persia dibawah commando Laksamana Sayid Alaidin Alawi melarikan diri dari Teluk Persia dan kembali ke Perlak, yang baru saja setengah tahun ditinggalkannya. Perlak yang sedang dikepung oleh Orang-orang Batak Gajo yang pagan, direbut oleh Laksamana Sayid Alaidin Alawi. Perlak dijadikan “New Persia” dengan nama “Kesultanan Perlak”. Laksamana Sayid Alaidin Alawi menjadi Sultan Sayid Alaidin Alawi Alam Sjah Sultan Perlak Jang Pertama. Sultan yang pertama pula di Kepulauan Nusantara, memakai gelar Persia : “Alam Sjah”.

Kesultanan Perlak adalah sesuatu miniature Kesultanan, yang sedikit pun tidak pernah ada artinya di dalam Sejarah Islam di Kepulauan Indonesia, seperti the contemporary Kesultanan Daya Pasai. Akan tetapi : Kesultanan Perlak menjadi termasyhur di Eropah, karena kunjungan Marco Polo pada tahun 1293. Menjadi termasyur pula di Pulau Andalas, karena Putri Ganggang Sari Putri Perlak, yang menjadi Sultanah dari Sultan Malik Us Saleh, Sultan Samudera Pasai Jang Pertama, Ibu dari Sultan Malik Ul Mansur Sultan Aru Barumun Jang Pertama pula.

Berkali-kali Perlak Tadj I Alam diserang oleh Keradjaan Sr Widjaja Palembang oleh Keradjaan Darmasraya Djambi dan oleh orang Batak Gajo yang pagan. Oleh Kesultanan Daya Pasai, Kesultanan Perlak berkali-kali pula diturunkan menjadi Kesjahbandaran. Pada tahun 1297. Kesultanan Perlak definitive dihapuskan oleh Keradjaan Modjopahit.

VII. 1235 – 1511 : Perkembangan Agama Islam Mazhab Sjafi’i.
Monopoly Dagang Meritja lewat jalan laut, yang pernah direbut oleh Caliphate Damascus dan oleh Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty direbut pula oleh Kesultanan Mesir Mamaluk Dynasty (1252 – 1516). Kesultanan Daya Pasai yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah (1204 – 1235) dihapuskan oleh Armada Mesir Mamaluk Dynasty dibawah commando Laksamana Ismail As Siddik, yang mendirikan Kesultanan Sumadera Pasai yang ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i (1283 – 1522).

Agama Islam Mazhab Sjafi’I sangat pesat berkembang di kalangan penduduk asli Indonesia di sekitar Selat Malacca, karena oleh Sultan Malik Us Saleh Sultan Samudera Pasai Jang Pertama digunakan menjadi uniting National symbol pihak asli Indonesia, menantang penjajahan asing oleh orang-orang Cambay Gudjarat, yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah.


VIII. 1293 – 1376 : Perkembangan Agama Hindu Djawa.
Pepper producing areas di Pulau Andalas direbut oleh Keradjaan Singosari di dalam “Pamalayu Expedition” 1275 – 1289. Direbut pula oleh Tentara Modjopahit dibawah commando Panglima Adityawarman, pada tahun 1339. Agama Hindu Djawa berkembang di Keradjaan Silo Simalungun di waktu King Indra Warman, 1293 – 1339. Berkembang pula di Keradjaan Pagarruyung Minangkabau di waktu King Adityawarman, 1335 – 1379. Survivals dari Agama Hindu Djawa, kini di Pulau Andalas sedikit masih ada di Simalungun dan di Kurintji.

IX. 1339 – 1409 : Agama Islam contra Agama Hindu Djawa.
Penulis orang Belanda sangar Java centric menitik-beratkan perkembangan Agama Islam di Kepulauan Indonesia, di densely populated Pulau Djawa dan bukannya di sparsely populated Pulau Andalas. Idee-fix itu, tentulah dilanjutkan oleh chauvinistic penulis orang Djawa, yang sulit menginsyafi bahwa : Kesultanan Daya Pasai di Pulau Andalas tigaratus tahun mendahului Kesultanan Demak di Pulau Djawa. Katanya : Periode yang menentukan untuk perkembangan Agama Islam di Kepulauan Indonesia, adalah periode “Wali Songo” di Pulau Djawa. Yakni : Mulai dengan Maulana Malik Ibrahim sampai masa jaya dari Kesultanan Demakm dibulatkan : 1400 – 1550. Sangat dipentingkan pula oleh penulis orang Djawa, bahwa : Keradjaan Modjopahit sedikitpun tidak pernah menentang Perkembangan Agama Islam di Kepulauan Indonesia umumnya dan di Pulau Djawa khususnya.

Keadaan yang sebenarnya berlainan sekali !! Yakni : Hidup atau mati dari perkembangan Agama Islam di Kepulauan Indonesia, ditetapkan di dalam periode 1339 – 1409 (dibulatkan 1300 – 1400), di dalam pertarungan mati-matian antara Keradjaan Modjopahit yang kafir contra Kesultanan Aru Barumun serta Kesultanan Samudera Pasai yang berdua mempertahankan Agama Islam di dalam aggression Modjopahit.

Infiltration dari Agama Islam dari Pulau Andalas masuk ke Pulau Djawa, tentulah bahwaya maut untuk keradjaan Modjopahit yang ber-Agama Hindu Djawa. Pada tahun 1339, Perdana Menteri Gadjah Mada very energetic bertindak, hendak menghapuskan segala Kesultanan di Pulau Andalas, menghabiskan Agama Islam hilang lenyap dari seluruh Kepulauan Nusantara, dan sekaligus pula merebut Monopoly Dagang Meritja yang sudah pernah direbut oleh Keradjaan Singosari di dalam “Pamalayu Expedition”. (Catatan : Kesultanan Perlak pada tahun 1297 sudah terlebih dahulu direbut oleh Keradjaan Modjopahit, untuk membendung Kesultana Samudera Pasai.

Pada tahun 1339 itu juga, pepper producing Kesultanan Kuntu Kampar direbut oleh Tentara Modjopahit dibawah Panglima Adityawarman. Akan tetapi : Kesultanan Aru Barumun dibawah Sultan Firman Ul Karim (1339 – 1361) serta Kesultanan Samudera Pasai dibawah Sultan Achmad bin Malik Ut Tahir (1326 – 1349), masing-masing sanggup mengatasi aggression oleh Keradjaan Modjopahit dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada (1331 – 1364). Artinya : Pihak Islam di Pulau Andalas, tidak mungkin dimusnahkan oleh pihak Hindu Djawa. Sebaliknya : Pihak Islam dari Pulau Andalas, tidak cukup kuat untuk merebut Keradjaan Modjopahit dan menanamkan Agama Islam di Pulau Djawa. Terjadilah equilibrium, selama tiga orang Strong Men tersebut itu masih berkuasa.

Di dalam periode 1341 – 1365, Angkatan Laut Kesultanan Aru Barumun dari muara Sungai Barumun dan dari muara Sungai Muar Malaya dibawah Laksamana Hang Tuah serta Laksamana Hang Lekir sanggup pula mengunci Selat Malacca bebas dari serangan Angkatan Laut Modjopahit. Malahan sanggup pula berkali-kali menyerang ke Laut Djawa. Karena Kesultanan Aru Barumun, maka : Agama Islam di Pulau Andalas seluruhnya lepas dari bahaya penghancuran oleh Keradjaan Madjopahit. (Catatan : yang sangat menimbulkan marah dari Perdana Menteri Gadjah Mada, selaku politician didiamkan oleh Muhammad Yamin di dalam bukunya “Gadjah Mada”. Lihat : Lampiran XX/

Pada tahu 1409, offensive power dari Keradjaan Modjopahit dimusnahkan di Samudera Pasai oleh Angkatan Laut Tionngkok Ming Dynasty dibawah commando Laksamana Hadji Sam Po Bo. Yang ber-Agama Islam Mazhab Hanafi. Akibatnya : Agama Islam di dalam periode Wali Songo, dapat berkembang dari Kesultanan Samudera Pasai lewat Kesultanan Malacca, di wilayah Keradjaan Modjopahit yang sudah impotent. Hal mana tidak mungkin di Keradjaan Modjopahit, yang masih maha kuat dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada.


X. 1511 – kini : Perkembangan Agama Kristen.
Monopoly Dagang Rempah-rampah lewat jalan laut, pada tahun 1511 direbut oleh Keradjaan Portugis dengan merebut Kesultanan Malacca. Pihak Portugis tidak ketinggalan kepada pihak Damascus Ummayah Dynasty, pihak Tiongkok Tang Dynasty, pihak Mesir Fathimiyah Dynasty, serta pihak Mesir Mamaluk Dynasty, di dalam jal menanamkan Agamanya di Kepulauan Indonesia, demi jaminan atas Flow Of Good aliran dagang rempah-rempah. Agama Kristen Rom Katholik menjadi access besar di kepulauan Nusatenggara. Karena orang Spanjol, Agama Kristen Rom Katholik menjadi success besar pula di Kepulauan Filippina.

Monopoly Dagang Rempah-rempah sejak tahun 1619, direbut pula oleh orang-orang Belanda, yang juga tentulah tidak ketinggalan menanamkan Agamanya di Kepulauan Indonesia demi jaminan atas Flow Of Goods aliran dagang rempah-rempah. Agama Kristen Protestan menjadi success besar di Ambon, Minahasa, Tanah Batak Utara, Tanah Karo Gunung, Tanah Toradja, dan entah lain-lain lagi.

XI. 1511 – 1740 : Pihak Islam Bertahan Terhadap Pihak Kristen.
Agama Islam Mazhab Sjafi’i untuk kedua kalinya menjadi uniting national symbol di pihak penduduk asli Indonesia, menentang penjajahan asing oleh orang-orang berlainan Agama, yakni oleh pihak Kristen. Menggantikan Kesultanan Malacca serta Kesultanan Samudera Pasai yang sudah dimusnakan oleh pihak Kristen di Kepulauan Nusantara timbullah legio Kesultanan yang Ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i, dan yang sangat gigih bertahan terhaadap penghancuran Agama Islam oleh pihak Kristen. Antara lain : Kesultanan Atjeh, Kesultanan Haru Delitua, Kesultanan Demak, Kesultanan Banten, Kesultanan Ternate, Kesultanan Berunai, Kesultanan Sulu Filippina dan sangat banyak lagi.

Betapa fanatic pihak Islam menyerang pihak Kristen, ternyata pada serangan bunuh diri oleh Tentara Sultan Agung atas Artillery Belanda di Fort Diamant Batavia. Betapa bengis pihak Kristen terhadap pihak Islam, ternyata pada Putri Hidjau. Betapa besar Austauer pada pihak Islam terhadap superior armament dari pihak Kristen, ternyata pada Kesultanan Atjeh serta Kesultanan Sulu Filippina yang masing-masing ratusan tahun sanggup bertahan.

XII. 1745 – 1942 : Kesultanan Boneka di Kepulauan Indonesia.
Sejak medio abad ke-XVIII, orang Belanda yang menjajah di Kepulauan Indonesia menjadi cukup pinter, untuk meniru imperialisma Rumawi di dalam hal : Untuk Devide Et Impera menciptakan Pappet Kings seperti Radja Herodes, yang cukup bengis menindas bangsanya sendiri demi kepentingan penjajah asing. Pihak Belanda di Kepulauan Indonesia menciptakan dan mempermainkan legio Sultan Boneka !! Menjadi Puppet Sultans di Kesultanan Djokdja Kesultanan Pontianak, Kesultanan Deli dan sangat banyak lagi.

Sultan Boneka di Kepulauan Indonesia tentulah tidak ada satupun, yang membantu perjuangan dari Pahlawan Indonesia seperti : Trunodjojo, Pangeran Diponegoro, dan Dr. Sutomo. Oleh Pemerintah Republik Indonesia, Kesultanan Boneka seluruhnya dihapuskan.

XIII. 1950- Dst : Sesudah PD II.
Peranan dari Agama Islam di Republik Indonesia yang majoritas berpenduduk Islam, masih terlalu premature untuk analysa pada tahun concept dari buku ini ditutup = 1964. Entah pun kelak Agama Islam akan memegang peranan utama di Kepulauan Nusantara ?? Who knows Manusia yang hidup pendek menimbang. Allah Jang Abadi menetapkan.

XIV. Hypothese Sam Suparlin
Very childish dibandingkan kepada brilliant quality dari Sultan Martua Radja, “Hypothese Sam Suparlin” Bunyinya sebagai berikut :
1. Perebutan Monopoly Dagang Rempah-rempah, membawa aneka warna Agama-agama sengaja ditanamkan di Kepulauan Nusantara, yakni, berturut-turut : Agama Buddha Hinayana, Agama Islam Sunnah, Agama Buddha Mahayana, Agama Islam Sji’ah, Agama Islam Sjafi’I, Agama Kristen Rom Katholik, dan Agama Kristen Protestan.
2. 661 – 730 : Gelombang Pertama Agama Islam, masuk di Kepulauan Nusantara. Sponsored oleh Caliphate Damascus Ummayah Dynasty.
3. 1128 – 1295. Gelombang Kedua Agama Islam, masuk di Kepulauan Nusantara. Sponsored oleh Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty.
4. 1285 – 1511 : Gelombang Ketiga Agama Islam, masuk di Kepulauan Nusantara. Sponsored oleh Kesultanan Mesir Mamuluk Dynasty dan oleh Chalifatullah Abbassiyah Dynasty Titulair di Mesir.
5. 727 – 1128 : Ada Vacuum 400 tahun, di dalam perkembangan Agama Islam di Pulau Andalas, antara Sri Maharadja Sirindrawarman Keradjaan Sri Widjaja Djambi dan Laksamana Abud Al Kamil di Kesjahbandaran Daya Pasai.
6. Vacuum 400 tahun di dalam perkembangan Agama Islam, adalah di Pulau Andalas masa jaya dari Keradjaan Sri Widjaja Palembang dan dari Keradjaan Darmasraya Djambi.
7. 730 – 1411 : Ada vacuum 700 tahun, di dalam perkembangan Agama Islam di Pulau Djawa, antara King Jay Sinna di Keradjaan Kallanga Djepara dan Laksamana Hadji Sam Po Bo di Semarang.
8. Vacuum 700 tahun di dalam perkembangan Agama Islam, itulah di Pulau Djawa masa jaya dari Keradjaan Hindu Djawa.
9. Hidup atau mati dari perkembangan Agama Islam. Kepulauan Nusantara, dimenangkan oleh pijak Islam di dalam pertarungan mati-matian antara Sultan Firman Ul Karim dan Sultan Achmad bin Malik Ut Tahir di pihak Islam, contra Perdana Menteri Gadjah Mada di pihak Hindu Djawa.
10. Agama Islam ditanamkan dan dipertahankan, di Kepulauan Nusantara, dengan backing dari Chalifatullah serta Sultan.
Demikianlah “Hypothese Sam Suparlin”. Mudah-mudahan lebih lanjut dan dibuktikan oleh para pembaca yang arif budiman. Insja Allah
Posted by Amir Husin Daulay at 21:26 0 comments
Daftar Angka-angka Tahunan: Agama Islam Mazhab Syi'ah di Indonesia
[Lampiran 27]


Yang bertanda *). Ditambahkan untuk background

571 – 633 *).
Nabi Muhammad SAW

633 – 661 *).
Pemerintahan 4 orang Chulafaur Rasjidin

661 – 750 *).
Ummayah Dynasty menguasai Dunia Islam. Ber-Agama Islam Golongan Sunnah. Sangat parah membasmi Agama Islam Golongan Sji’ah. Kaya raya karena memindahkan Pusat Islam dari Medinah ke Damascus. Disitu menumpang Dagang Meritja lewat jalan darat (The Famous Silk Road). Ummayah Dynasty berusaha Monopoly Dagang Meritja lewat jalan laut.
Di waktu itu, pepper producing Area yang terpenting di seluruh dunia adalah : Daerah hulu Sungai Batanghari. Dikuasai oleh Keradjaan Sri Widjaja Djambi, yang ber-Agama Buddha Hinayana. Sponsored oleh Ummayah Dynasty, Agama Islam Golongan Sunnah datang di Kepulauan Indonesia. Di dalam jangka waktu satu abad setelah wafat Nabi Muhammad SAW

718 *).
Sri Maharadja Sirindrawarman (Radja Sri Widjaja Djambi) masuk Islam.

726 *).
King Jay Sinna (Radja Kallanga Djepara) menyusul pula masuk Islam.

730 *).
Untuk merebut kembali Monopoly Dagang Meritja lewat jalan darat, maka : Tiongkok Tang Dynasty Tang Dynasty membasmi habis Agama Islam di Kepulauan Nusantara, dan mengembangkan Agama Buddha Mahayana. Sri Widjaja Djambi digantikan oleh Sri Widjaja Palembang, yang ber-Agama Buddha Mahayana dan yang dibawah Sjailendra Dynasty mendirikan Candi Borobudur di Pulau Djawa.

730 – 1128 *).
Vacuum selama 400 tahun di dalam perkembangan Agama Islam di Kepulauan Nusantara.

976 – 1168 *).
Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty. Ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Berusaha pula : Merebut Monopoly Dagang Meritja lewat jalan laut. Armed Forces Mesir Fathimiyah Dynasty berturut-turut merebut Gudjarat India, daerah muara Sungai Pasai dan pepper producing daerah hulu Sungai Kampar di Minangkabau Timur.

1128 – 1204.
Kesjahbandaran Daya Pasai. Bawahan dari Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty. Pemerintahan Islam yang pertama di Kepulauan Nusantara. Accumulating segala pepper for export lewat jalan laut ke Eropah Selatan dan ke Asia Ketjil. (Seperti Singapore kini accumalating segala rubber for export.

1168.
kesultanan Mesir Dynasty dimusnahkan oleh Sultan Salahudin (Saladin from Crusades fame), dari Aiyubi Dynasty yang Islam Mazhab Sjafi’i. Dibawah Laksamana Kafrawi Al Kamil, Kesjahbandaran Daya Pasai berjalan terus tanpa Mother Country. (Seperti Hindia Belanda 1940 – 1942).

1168 – 1297.
Kesultanan Perlak. Ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Didirikan oleh sedikit Persian refugees. Maritim tidak kuat dan tidak pernah penting di dalam sejarah.

1191.
Tentara Mesir Fathimiyah Dynasty yang dibawah Panglima Zulfikar Al Kamil ketinggalan di daerah hulu Sungai Kampar Kiri Kanan, dipukul mundur dari kampung Minangkabau oleh Tentara Darmasraya Djambi. Monopoly Dagang Meritja separuh lepas dari tangan pihak Islam di muara Sungai Pasai.

1204 – 1285.
Kesultanan Daya Pasai. Ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Didirikan oleh Laksamana Djohan Djani, yang menggantikan Laksamana Kafrawi Al Kamil dan self made menjadi Sultan Daya Pasai dengan nama : “Tuanku Sri Sultan Djohan Djani Alam Sjah”. Gelar campur.
Kesultanan Daya Pasai bukanlah merupakan sesuatu Keradjaan Islam yang nasional Indonesia, karena : Ruling class hanyalah orang-orang Gudjarat. Sedangkan penduduk asli Indonesia sengaja dibiarkan tinggal pagan, supaya lebih sedap dijajah. Tidak pula merupakan sesuatu Hereditary Monarchy, akan tetapi : Merupakan sesuatu Feudal Oligarchy. (Seperti Venezia dan Zanzibar).
Kesultanan Daya Pasai menguasai pepper dari daerah pengaliran Sungai Kampar Kiri Kanan. Sedangkan Keradjaan Darmasraya Djambi menguasai pepper dari daerah pengaliran Sungai Batanghari.

1252 – 1516 *).
Kesultanan Mesir Mamaluk Dynasty. Ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i. Ingin pula merebut monopoly dagang meritja lewat jalan laut untuk Asia Ketjil dan Eropah Selatan. Mempersiapkan Armada di bawah commando Laksamana Ismail As Siddik, untuk merebut Kesultanan Daya Pasai yang dianggap peninggalan dari bekas Kesultanan Mesir Fathimyah Dynasty.

1275 – 1286.
Kesultanan Bandar Kalipah dibawah Kesultanan Daya Pasai. (Seperti Kesultanan Indrapura dibawah Kesultanan Atjeh). Sultan Bahaudin Al Kamil (Sultan Daya Pasai Jang Keenam) hendak merubah oligarchy di Kesultanan Daya Pasai menjadi hereditary monarchy, Laksamana Muhammad Al Kamil (Putra dari Sultan Bahaudin Al Kamil Alam Sjah) menjadi Sultan-Muda (Crown Prince) dengan title : “Sultan Muhammad Al Kamil Perkasa Alam”, dan ditempatkan di Bandar Kalipah.
Second rate Kesultanan Bandar Kalipah meliputi daerah antara Sungai Deli dan Sungai Asahan, daerah yang kemudian menjadi Kesultanan Deli, Serdang dan Asahan. Disitu Sultan Muhammad Al Kamil bersama Isterinya (Putri Ratna Hussin) very active membasmi kegelapan jahiliyah dan menanamkan Agama Islam Mazhab Sji’ah. Berdua mereka menjadi legendary dengan nama “Sultan Muhammad Sjah” dan “Putri Ratna Hussin, Putri Jang Turun Dari Kayangan”.

1275 – 1292.
Pamalayu Expedition Tentara Singosari merebut Monopoly Dagang Meritja. Tentara Singosari merebut Keradjaan Darmasraya Djambi dan merebut daerah pengaliran Sungai Batangjhari, sampai ke pepper producing Sungaidareh di peripheries Alam Minangkabau. Tidak segera terus lewat daerah sekitar Danau Singkarak, merebut more pepper producing daerah kuntu Kampar di Minangkabau Timur, karena huru-hara di dalam negeri di Singosari sendiri.

Pamalayu Expedition menghasilkan pula 2 orang Princesses of Darmasraya Djambi, untuk King Djoko Dolok (King Of Singosari). Yakni : Doro Petak (The White Maiden, dan Doro Djinggo= Keumbang Beureum. Gula-gula Kaku Dua itulah yang terutama dipentingkan oleh Ahli Sejarah Indonesia, sehingga mereka lupa true character dari Pamalayu Expedition. The Troyan War pun bukannya dimaksud untuk merebut Miss Helena, akan tetapi untuk merebut Monopoly Dagang Transit antara Eropah dan Asia lewat jalan darat.

1275 –1409.
Perebutan Monopoly Dagang Meritja mengambil corak : Pihak Islam contra pihak Hindu Djawa. Disitulah masa jaya dari Keradjaan Modjopahit dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada. 1331 – 1364. Disitulah masa jaya dari Hindu Javanese Imperialism, yang mati-matian ditentang oleh pihak Islam di Pulau Andalas yakni sebagai berikut :
1. Di pihak Hindu Djawa : Keradjaan Singosari, Modjopahit, dan Pagarruyung Minangkabau.
2. Di pihak Islam : Kesultanan Djaya Pasai. Samudera Pasai. Aru Barumun dan Kuntu Kampar.
Kemenangan akhir d pihak Islam. Allahu Akbar.

1285.
Kesultanan Daya Pasai diserang dari laut oleh Armada Mesir Mumaluk Dynasty dibawah commando Laksamana Ismail As Siddik, dan kebetulan sekali at the same time diserang pula dari darat oleh orang-orang Batak Gajo yang berontak di bawah pimpinan Marah Silu alias Iskandar Malik. Kesultanan Daya Pasai hancul lebur. Sultan Bahaudin Al Kamil enak saja eaten-up oleh anak buah dari Marah Silu, yang at long last berontak terhadap penjajahan asing oleh orang-orang Gudjarat India yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah.

Laksamana Ismail As Siddik mengeri bahwa : Sultan yang baru di daerah muara Sungai Pasai janganlah orang Gudjarat ataupun orang Arab, akan tetapi sebaiknya jika seorang “Asli Indonesia”. Who ?? Marah Silu alias Iskandar Malik. Walaupun dia seorang tattooed and cannibalistic Pagan, akan tetapi selaku bekas prajurit Tentara Daya Pasai dia anyhow sudah mengenal Agama Islam Mazhab Sji’ah, dan sudah pula pandai luar kepala mengaji Gur’an 30 Djuz.

Marah Silu , kursus kilat belajar Agama Islam Mazhab Sjafi’i dari Laksamana Ismail As Siddik. Atas nama Sjarif Mekkah (Titulary Chalifatullah Abbassiyah Dynasty yang mendapat Asylum di Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty sejak Bagdad pada tahun 1258 dibumi-hanguskan oleh Tentara Holako Khan). Marah Silu dilantik oleh Laksamana Ismail As Sddik menjadi :Sultan Malik Us Saleh, Sultan Samudera Pasai Jang Pertama.

1282 – 1522.
Kesultanan Samudera Pasai ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i. Kesultanan yang pertama “Asli Indonesia”. Sultan Malik Us Saleh mengerti bahwa : Agama Islam Mazhab Sjafi’i dapat digunakan menjadi “Uniting National Symbol Indonesia”, terhadap penjajahan asing oleh orang-orang Cambay Gudjarat yang teguh ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Kesultanan Sumudera Pasai very active membasmi Agama Islam Mazhab Sji’ah dan menanamkan Agama Islam Mazhab Sjafi’i di sekitar Selat Malacca.
Karena Sultan Malik Us Saleh The Tattooed Sultan, maka : Kepulauan Nusantara kini terutama ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i, dan bukanlah ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah seperti Pakistan.

1286.
Sultan Muhammad Al Kamil Perkasa Alam menyatakan dirinya Sultan Muhammad Al Kamil Alam Sjah, dan menyatakan Kesultanan Bandar Kalipah yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, lepas dari Kesultanan Sumadera Pasai yang ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i.
Kesultanan Bandar Kalipah dimusnahkan oleh Armada Samudera Pasai dibawah commando Achmad Kiyatudin. Orang Arab yang sengaja ditinggalkan oleh Laksamana Ismail As Siddik untuk coarhing Kesultanan Sumadera Pasai.
Sultan Muhammad Al Kamil Alam Sjah hidjrah ke Muar Malaya dimana sudah sangat banyak emigrees orang Cambay Gudjarat yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah yang dikejar-kejar di Kesultanan Samudera Pasai.

1286 – 1295.
Kesultanan Muar Malaya. Didirikan oleh Sultan Muhammad Al Kamil Alam Sjah dan Putri Ratna Hussin. Di Semenadjung Malaya pun, mereka berdua very active membasmi jahiliyah dan menanamkan Agama Islam Mazhab Sji’ah. (satu Abad mendahului Kesultanan Malacca, 1383 – 1511, yang very active menanamkan Agama Islam Mazhab Sjafi’I).

1289 *).
Setelah 14 tahun terpaksa stand-fast di Sungaidareh. Tentara Singosari al long last bergerak merebut pepper producing daerah Kuntu Kampar di Minangkabau Timur. Sambil lalu merebut pula daerah sekitar Danau Singkarak di Central Minangkabau. (Tidak ambil pusing daerah Agam, yang tidak pepper producing dan tidak pula of any strategic importance untuk Tentara Singosari). Tentara Singosari mendirikan “Military Province Pagarruyung” berpusat disekitar daerah Kuntu Kampar dan daerah Sungaidareh. Pertama kali sejak tahun 1128, Monopoly Dagang Meritja lepas dari tangan pihak Islam di muara Sungai Pasai. Laksamana Achmad Kiyatudin cari akal !!

Untuk pengamanan dari hasil Pamalayu Expedition, Keradjaan Singosari perlu membendung pihak Islam yang di muara Sungai Pasai dibawah commando Prince Indra Warman, Singosari Armed Forces mendarat pula di muara Sungai Asahan dan disitu mendirikan “Military Province Asahan” Prince Indra Warman menjadi Vice-Roy Asahan, bawahan Keradjaan Singosari.

1292 *).
Huru hara di Singosari, Panglima Djajakatwang memusnahkan Kraton Singosari. King Djoko Dolok mati pahlawan. His Son In Law Prince Brawidjaja melarikan diri ke Pulau Madura. Panglima Djajakatwang self made menjadi King Djajakatwang King Of Kediri.
Achmad Kiyatudin dan Nurdin Basri selaku Envoy’s dari Kesultanan Sumadera Pasai di Kambalok Peking, mengakui supremacy dari Kaisar Kublai Khan atas Kesultanan Sumadera Pasai. Akan tetapi : Untuk melancarkan Flow Of Goods Dagang Meritja dari Kesultanan Sumadera Pasai ke Tiongkok, katanya perlu Tentara Tiongkok Yuang Dynasty menghancurkan Keradjaan Singosari yang sudah merebut pepper producing daerah Kuntu Kampar. Diplomacy yang sangat lihay !!

Kaisar Kublai Khan pernah dihina oleh King Djoko Dolok King Of Singosari, dengan cara : Memotong hidung dari Jang Mulia Meng Tji (Duta Besar Tiongkok Yuang Dynasty di Kraton Singosari). Kaisar Kublai Khan Menyetujui Permintaan pihak Kesultanan Samudera Pasai. Armed Forces Tiongkok Yuang Dynasty sekuat 1.300 kapal-kapal djung dibawah commando Laksamana Tjih Pi dan 40.000 orang Marines dibawah commando Panglima Iki Mese, diperintahkan bergerak menyerang Pulau Djawa, menghukum King Djoko Dolok, dan memusnahkan Keradjaan Singosari (yang sudah pun musnah). Ikut serta Laksamana Achmad Kiyatudin selaku MILOBS Kesultanan Samudera Pasai. Nurdin Basri menunggu Kabar di Kambalok Peking, sambil keeping Sultan, Malik Us Saleh well informed.

Tentara Tiongkok Yuang Dynasty mendarat di Gelondong dan lewat Bodjonegoro bergerak ke Kraton Singosari (di dekat Malang sekarang). Only to find ruins, bekas keganasan Panglima Djajakatwang !! Panglima Iki Mesee bingung !! Dia Bukanlah seorang Civilised Mandarin Chinese, akan tetapi seorang half savage warrior dari Uigur Siberia. Anak buahnya sudah setengah tahun sexual Hungry dan sudah dia janjikan sexual orgies di Kraton Singosari. Anak buak mulai berontak !! Was nun ??

Prince Brawidjaja secepat kilat datang dari Madura dan menjanjikan unlimited sexual orgies kepada stupid Panglima Iki Mese. Where ?? Di Kraton Kediri !! Tentara Tiongkok Yuang Dynasty bergembira ria menyerang dan memusnahkan Kraton Kediri. Disitulah pertama kali digunakan “Poh Au” (rocket yang di Abad ke-XX improved menjadi V-2, Sputnik. ICBM. Kraton Kediri hancur lebur. King Djajakatwang juga. Sexual orgies di bekas Kraton Kediri, oleh anak buah dari Panglima Iki Mese. Very active disertai oleh Jang Mulia Laksamana Achmad Kiyatudin. Tentara Tiongkok Yuang Dynasty dengan sangat banyak female war loot sangat puas kembali ke Gelondong, boarded ships dan kembali ke Tiongkok. Panglima Iki Mese dipenjarakan atas perintah Kaisar Kublai Khan. Achmad Kiyatudin serta Nurdin Basri kembali ke Andalas.
Prince Brawidjaja mendirikan Keradjaan Modjopahit, penerusan dari bekas Keradjaan Singosari yang sudah expansi ke Pulau Andalas. Dari semula King Brawidjaja mengerti, bahwa : Bahaya Maut untuk pihak Hindu Djawa, adalah pihak Islam di sekitar Selat Malacca.

1293.
Armada Samudera Pasai yang dibawah commando Prince Malik Ul Mansur hendak merebut pepper producing daerah Kuntu Kampar, di muara Sungai Barumun dimusnahkan oleh Armada Muar Malaya. Prince Malik Ul Mansur ditawan, dibawa ke Muar Malaya, dan dinikahkan dengan Putri Nur Alam Kumalasari Binti Sultan Muhammad Al Kamil. Dia ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah.
Tentara Muar Malaya di Temuan Kampar dimusnahkan oleh Tentara Singosari yang ketinggalan disitu.
King Indra Warman King Of Asahan mengerti bahwa : Dengan potency dari bekas Keradjaan Singosari, new emerging Keradjaan Modjopahit pasti akan menghukum dia. Dengan Tentara Singosari bawahannya, King Indra Warman meninggalkan daerah Asahan di tepi laut. Dan mendirikan Keradjaan Silo di pedalaman Simalungun.

1295.
Kesultanan Muar Malaya dimusnahkan oleh Armada Siam, Sultan Muhammad Al Kamil dan Putri Ratna Hussin ditawan, dibawa ke Siam dan wafat disitu. Prince Malik Ul Mansur dan Putri Nur Alam melarikan diri ke Aru Barumun yang sementara “Daerah Tidak Bertuan”.

1297.
Untuk membendung pihak Islam, maka : New emerging Keradjaan Modjopahit merebut Kesultanan Perlak. Hegemony di Selat Malacca selama satu abad menjadi rebut-rebutan antara Keradjaan Modjopahit dan Keradjaan Siam yang berdua kafir. Pihak Islam terpecah belah kedalam defence !!

1299 – 1512.
Kesultanan Aru Barumun. Lepas dari Kesultanan Samudera Pasai. Didirikan oleh Sultan Malik Ul Mansur dan Putri Nur Alam. Ber-Agama Islam Mazhab Dji’ah, dan melanjutkan penjajahan asing adalah orang-orang Cambay Gudjarat di sekitar Selat Malacca.

1300 – 1350.
Military Province Delitua. Didirikan oleh Tentara Kesultanan Dehli India yang merebut daerah pengaliran Sungai Seli, dan berbenteng di Delitua (dekat Medan). Ditarik kembali dari Sumatra Timut, karena succession war di Kesultanan Dehli India antara Sultan Kilzi contra Sultan Taklak. (Peninggalannya sangat banyak kuburan-kuburan Islam Sji’ah sepanjang Sungai Deli). Catatan : Sultan Deli yang memerintah 1853 – 1947, adalah para keturunan dari Sultan Taklak yang ketinggalan di Sumatra Timur dan masuk Melaju.

1301.
Tentara Aru Barumun merebut pepper producing daerah Kuntu Kampar, sejak tahun 1289 selama 12 tahun lepas dari tangan pihak Islam. Orang-orang Djawa Singosari terpukul mundur ke Kurintji. Kesultanan Aru Barumun memperluas penanaman meritja di sekeliling gunung kembar Merapi Singgalang, untuk mana digunakan. POW’s Orang-orang Djawa Singosari. Akibatnya : Pariaman menjadi pepper accumulating and exporting pelabuhan samudera. Kesitu sangat banyak settled orang-orang Cambay Gudjarat, yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah.

1301 – 1339.
Second rate Kesultanan Kuntu Kampar bawahan Kesultanan Aru Barumun. (Seperti second rate kesultanan Indrapura bawahan Kesultanan Atjeh). Peninggalannya sangat bikin bingung orang Minangkabau, yakni : Kuburan-kuburan Sultan di Minangkabau Timur dan Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty.
Sama saja seperti Kesultanan Daya Pasai dan Aru Barumun, Kesultanan Kuntu Kampar pun merupakan Penjajahan asing yang sangat bengis menindas penduduk asli (penduduk Minangkabau), yang sengaja dibiarkan tinggal pagan supaya tidak mudah dijajah. (Seperti oleh slaves hunting miniature Sultans di pedalaman Afrika).

1331 – 1364.
Dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada, Keradjaan Modjopahit at long last menjadi maritim cukup kuat, untuk melanjutkan Hindu Javanese Imperialism dari Keradjaan Singosari. Sejak King Brawijaya, pihak Modjopahit dari semula sudah mengerti bahwa : Bahaya maut untuk Keradjaan Modjopahit adalah pihak Islam di sekitara Selat Malacca. Yakni : Infiltration Agama Islam kedalam Keradjaan Modjopahit, undermining Hindu Javanese Polytheism and Imperialism. Perdana Menteri Gadjah Mada bersumpah, sekaligus hendak merebut Monopoly Dagang Meritja dan menghapuskan Agama Islam hilang dari sekitar Selat Malacca.

1339.
Dibawah over-all command Perdana Menteri Gadjah Mada sendiri, Armed Forces Modjopahit menjarah di pantai Timur Pulau Andalas. Ngeri untuk pihak Islam !! (Seperti pada tahun 1587, Armada Spanjol ngeri untuk pihak Kristen Protestan disekitar Laut Utara).
Army Group Prince Adityawarman Modjopahit Armed Forces mendarat di muara Sungai Kuantan, lewat Kiliran Djao memasuki Alam Minangkabau proper dan merebut Kesultanan Kuntu Kampar. Untuk kedua kalinya Monopoly Dagang Meritja lepas dari tangan pihak Islam dan direbut oleh pihak Hindu Djawa.

Angkatan Laut Modjopahit menyerang Kesultanan Aru Barumun keluarga Sultan bertahan di Benteng Sipamutung yang maha kuat !! Cavalry Aru Barumun menghancurkan Marines Modjopahit, yang mengepung Benteng Sipamutung. Armed Forces Modjopahit terpaksa gagal kembali ke laut. Kesultanan Aru Barumun menjadi termasyur di Dunia Islam, karena sanggup mengatasi Aggression Modjopahit. Memberikan Courage kepada Kesultanan Samudera Pasai : Berani menunggukan serangan-serangan Modjopahit.
Angkatan Laut Modjopahit memusnahkan Keradjaan Silo. King Indra Warman mati pahlawan di dalam usia tinggi.

Dibawah commando Perdana Menteri Gadjah Mada sendiri. Angkatan Laut Modjopahit menyerang Kesultanan Samudera Pasai. Digagalkan oleh Angkatan Laut Samudera Pasai dibawah commando Laksamana Hamdan Tammana, yang malahan berhasil merebut Perlak Perdana Menteri Gadjah Mada memerintahkan, merebut Samudera Pasai lewat jalan darat. Armed Forces Modjopahit merebut pagan Keradjaan Haru Wampu, Pulau Kampai dan Kesjahbandaran Tamiang (bawahan dari Kesultanan Sumadera Pasai). Perdana Menteri Gadjah Mada bermarkas di Kuala Simpang, yang oleh dia diganti-nama menjadi : “Wanuapura”. Angkatan Laut Samudera Pasai membendung muara Sungai Tamiang dan Sungai Wampu. Akibatnya : Tentara Modjopahit yang maha kuat, terjebak di rawa-rawa Sungai Tamiang. Tanpa Supply dari Pulau Djawa. Dibawah commando Panglima Mula Setia, pihak Islam menjalankan gerilya terhadap Tentara Modjopahit. Perdana Menteri Gadjah Mada very humuliating diam-diam berjalan kaki, mundur ke muara Sungai Wampu. Dari situ dia kembali ke Pulau Djawa !! Meninggalkan Tentara Modjopahit di rawa-rawa Sungai Tamiang, habis dicincang oleh para gerilyawan pihak Islam. (Seperti Tentara Perantjis yang ditinggalkan oleh Napoleon di Mesir, 1798).

Buntu Hindu Javanese Imperialism Modjopahit hendak melenyapkan Agama Islam di Bumi Indonesia. Buntu pula di Pulau Djawa sendiri, terhadap Galuh dan Padjadjaran yang tidak pun Islam.
Para keturunan dari King Indra Warman berani mendirikan keradjaan Dolok Silo dan Keradjaan Raya Kahean.
Prince Adityawarman berani mendirikan Keradjaan Pagarruyung Minangkabau. Lepas dari Modjopahit.

1345 *).
Ibn Batutah (Seorang Tunisia yang menjadi Roving Ambassador Kesultanan Dehli India). Sangat memuji Kesultanan Samudera Pasai. Tidak pun menyebutkan Keradjaan Modjopahit, yang begitu parah puji-puji diri di dalam buku “Negarakertagama”.
Catatan :
Ibn Batutah tidak singgah di Military Province Delitua, yang di waktu itu adalah bawahan dari Kesultanan Dehli India. Why not ?? Ibn Batutah adalah Ambassador dari Sultan Taklak. Sedangkan Tentara Dehli India yang ada di Benteng Delitua, tetap setia kepada Sultan Kilzi. Tentara Takla yang mendarat di Labuhandeli, sedang terkepung disitu.

1351 *).
Sultan Zainul Abidin Bachrum Sjah (Sultan Samudera Pasai Jang Keempat) diculik dan selama 3 tahun ditawan di Siam.

1351 – 1522.
Kesultanan Samudera Pasai lambat laun merosot. Orang-orang Batak Gajo dari Nagur dan Bakoi di Pedalaman Atjeh, bersimaharadjalela di Kesultanan Samudera Pasai. Akibatnya : Disamping Kesultanan Samudera Pasai Timbul legio Kesultanan besar kecil di pantai Atjeh. Antara lain : Kesultanan Pidie dan Kesultanan Atjeh. Agama Islam Mazhab Sji’ah sangat kuat timbul di new emerging Kesultanan itu.

1368 – 1643 *).
Tiongkok Ming Dynasty. Agama Islam Mazhab Hanafi bebas berkembang di Tiongkok.

1377 *).
Angkatan Laut Modjopahit merebut Tumasek (Singapore), untuk membendung Flow Of Goods aliran dagang lewat jalan laut antara Dunia Islam dan Tiongkok Ming Dynasty. Radja Paramisura (Radja Tumasek yang masih Pagan) mengungsi ke Muar Malaya, yang sudah ditinggalkan oleh pihak Siam karena malaria. Radja Paramisura joined forces dengan pihak musuh dari Keradjaan Modjopahit. Artinya : Dengan nama “Radja Iskandar Sjah”, Radja Paramisura masuk Islam dan dia menjadi Menantu Pula dari Sultan Zainul Abidin Bachrum Sjah (Sultan Sumadera Pasai Jang Keempat).

1383 *).
Radja Iskandar Sjah menganggap dirinya ahli waris dari the Legendary First Sultan, yakni : Sultan Muhammad Sjah Sultan Muar Malaya. Dia self made menjadi Sultan Muhammad Sjah Sultan Muar Malaya. Dia self made menjadi Sultan Muhammad Sjah Sultan Malacca Jang Pertama. Very confusing !!

1383 – 1511 *).
Kesultanan Malacca. Menggantikan Kesultanan Samudera Pasai selaku broadcasting centre dari Agama Islam Mazhab Sjafi’i di Kepulauan Nusantara.

1405 *).
Angkatan Laut Tiongkok Ming Dynasty dibawah commando Laksamana Hadji Sam Po Bo, singgah di Kesultanan Malacca. Akibatnya : Keradjaan Siam dan Keradjaan Modjopahit hands off dari Kesultanan Malacca.

1409 *).
Keradjaan Modjopahit sudah sangat merosot, sejak wafat Perdana Menteri Gadjah Mada, 1364. Kemungkinan Agama Islam berkembang di Pulau Djawa sendiri, untuk Keradjaan Modjopahit menjadi soal “To Be Or Not To Be”. Demikian pula Monopoly Meritja. Keradjaan Modjopahit kedua kalinya menyerang Pulau Andalas.
Pertempuran Padang Sibusuk. Tentara Modjopahit dikalahkan oleh Tentara Pagarruyung Minangkabau.
Pertempuran Sumadera Pasai. Angkatan Laut Modjopahit dihabiskan oleh Angkatan Laut Tiongkok Ming Dynasty, dibawah commando Laksamana Hadji Sam Po Bo.
Finished Hindu Javanese Imperialism, yang selak 1275 selama satu setengah abad menghalangi Perkembangan Agama Islam di Kepulauan Nusantara. Allahu Akbar.

1411 *).
Agama Islam mulai berkembang di Pulau Djawa !! Laksamana Hadji Sam Po Bo mendirikan sesuatu Pangkalan Angkatan Laut Tiongkok Ming Dynasty di Semarang. (Di tempat dimana kemudian berdiri SPV = Semarangs Prauwen Veer). Dekat dimana didirikan pula sesuatu Perguruan Islam Mazhab Hanafi. (Di tempat dimana kini berdiri Klenteng Sam Po Kong). Demikian pula ditepi Teluk Djakarta. (Di tempat dimana kini berdiri Klenteng Antjol, yang dibiar-biarkan ambruk !!)

1413 *).
Maulana Malik Ibrahim mendirikan Perguruan Islam Mazhab Maliki di Gresik.

1450 – 1515 *).
Sponsored oleh Kesultanan Malacca dan Kesultanan Samudera Pasai, Agama Islam Mazhab Sjafi’i veri active diperkembangkan di pantai Utara Pulau Djawa, antara Ngamperl dan Demak. Terutama Giri menjadi Pusat Perguruan Agama Islam Mazhab Sjafi’i, yang maha besar berpengaruh sampai ke Malaku.

1451 *).
Kesultanan Malacca yang sangat kuat mempunyai Angkatan Laut ingin merebut Monopoly Dagang Meritja. Akan tetapi : Kesultanan Malacca tidak mempunyai Angkaan Darat, yang dirasa cukup kuat untuk merebut pepper producing daerah Kuntu Kampar, dari tangan Keradjaan Pagarruyung Minangkabau yang ber-Agama Hindu Djawa Kesultanan Malacca mencari jalan lain, supaya Flow Of Goods aliran dagang dari daerah pengaliran Sungai Kampar, dapat ditampung di Palabuhan Malacca. How ??
Sponsored oleh Sultan Mansur Sjah I (1441 – 1476), Agama Islam Mazhab Sjafi’i secara damai diperkembangkan di daerah pengaliran Sungai kampar. (Seperti sejak 1861 Agama Kristen Protestan di Tanah Batak Utara sponsored oleh Hennemann & Co, Supaya export-import di Tanah Batak Utara dapat dikuasai dari Hamburg). Very clever !!
Hanya sedikit orang-orang Minangkabau Timur di daerah pengaliran Sungai Kampar, yang masuk Islam Mazhab Sjafi’i. Akan tetapi jangan sedikit itu sangat besar pengaruhnya justru ke luar Alam Minangkabau. Yakni : Dengan Wanderlust yang maha besar, mereka pergi merantau. Dengan religious zeal dari newly converted Muslims, mereka very active mengembangkan Agama Islam Mazhab Sjafi’i. Yang paling terkenal sebagai berikut :
1. Datuk Sahilan. Meng-Islamkan Orang-orang Batak Toba di daerah muara Sungai Asahan serta orang-orang Batak Simalungun di daerah Kisaran, Tindjaun. Perdagangan, Bandar, Tandjung Kasau, Bedagai, Sungai Karang, dan Bangunpurba. (Itulah Orang-orang Batak yang pertama masuk Islam 400 tahun mendahului penduduk Mandailing dan Angkola. Sekian lama pula tidak mau mengaku Batak. Sifat umum dari orang-orang Batak yang masuk Islam !!).
2. Trio : Datuk Patimang, Datuk Ri Tiro, dan Datu Ri Bandang. Meng-Islamkan orang-orang Bugis, Makassar, dan Gorontalo. Sangat jauh di Sulawesi.

1497 – 1513 *).
Kesultanan Atjeh didirikan oleh 3 orang Putra dan 1 orang menantu dari Sultan Samsjul (seorang sultan miniature di muara Sungai Atjeh). Berempat mereka in combined effort menaklukan semuanya, Sultan miniature di pantai Atjeh termasuk Kesultanan Pidie. Berempat mereka adalah sebagai berikut :
1. Yang Sulung : Self made menjadi Sultan Ali Mukkajat Sjah Sultan Atjeh Jang Pertama.
2. Yang Menengah : Laksamana Tuanku Burhanudin Sjah. Menjadi Sultan Muda bawahan Kesultanan Atjeh di Pariaman Minangkabau. (Non hereditary).
3. Yang Bungsu : Laksamana Tuanku Ibrahim Sjah. Menjadi Sultan Muda bawahan Kesultanan Atjeh di Indrapura Minangkabau. (Non hereditary).
4. Menantu : Panglima Manang Sukka. Orang Batak dari Tanah Karo Dusun. Menjadi Vasaal Sultan bawahan Kesultanan Atjeh di Kesultanan Haru Delitua. Dengan nama : “Sultan Makmun Al Rasjid I”. (hereditary).

1508 – 1523 *).
Kesultanan Haru Kesultanan Deli Tua . Agama Islam mulai di perkembangkan di kalangan orang Batak Karo di Tanah Karo Dusun. Yakni : Di daerah yang kemudian menjadi Kesultanan Deli dan Kesultanan Langkat. (Repeat : Orang-orang Batak yang masuk Islam, umumnya tidak mau lagi mengaku Batak).

1511 *).
Armada Portugis merebut dan menduduki Kesultanan Malacca. Monopoly Dagang Rempah-rempah : Seluruhnya lepas dari pihak Islam dan direbut oleh pihak Kristen. Selat malacca tertutup untuk Flow Of Goods aliran dagang Dunia Islam. Akibatnya : Perkembangan Agama Islam di Kepulauan Nusantara, mengalami setback yang terbesar ever been.
Agama Kristen Rom Katholik diperkembangkan di Kepulauan Nusantara di Timor, Flores dll. (Di Filippina ditanamkan oleh orang-orang Spanjol.

1512 *).
Armada Portugis memusnahkan Kesultanan Aru Barumun, Finished Kesultanan yang terakhir ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah di Kepulauan Nusantara, yang termasyur karena mengatasi Imperialisma Modjopahit.

1513 *).
Karena : Flow Of Goods dagang rempah-rempah antara Maluku dan Atjeh ditutup oleh Armada Portugis di Selat Malacca, maka : Kesultanan Atjeh in statu nascendi mencarikan jalan lain : Terpaksa keliling lewat Selat Sunda Armed Forces Atjeh merebut sejumlah pelabuhan menjadi step-stones sepanjang pantai Barat dari Pulau Andalas. Yakni : Meulaboh, Singkil, Barus, Sorkam, Raso, Singkuang, Natal, Air Bangis, Pariaman, Udjung Karang (Padang). Pulau Tjingko dan Indrapura.
Pihak Portugis mendirikan pelabuhan Salida (Pintu), sebelah Utara dari Pariaman. Dimusnahkan oleh pihak Atjeh, yang mendirikan pelabuhan Tiku.

1513 – 1533 *).
Laksamana Tuanku Burhanudin Sjah menjadi Sultan Muda bawahan Kesultanan Atjeh di Pariaman. Karena : Pariaman sudah menjadi Accumulating Centre yang terpenting dari pepper for export, maka : di Pariaman sudah sangat banyak settled pepper buyers orang-orang Cambay Gudjarat yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah.
Laksamana Tuanku Burhanudin Sjah pun ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. How come ?? Sejak kemuduran Kesultanan Samudera Pasai , Agama Islam Mazhab Sji’ah sangat kuat timbul kembali di daerah Atjeh. Why ?? Agama Islam Mazhab Sji’ah di Atjeh + 1350 – 1750, menjdai Agama dari the very small and exclusive Feudalistic Elite !! Mereka sangat bangga katanya berketurunan “Keudjeureut” ataupun Persia. Bukanlah keturunan dari tatooened and cannibalistic orang-orang Batak Gajo, seperti Sultan Samudera Pasai. (Hingga ini hari tidak satu pun orang Atjeh yang mau disebutkan keturunan dari Marah Silu Sultan Malik us Saleh Samudera Pasai yang begitu termasyur. Malu !!) Sedangkan sebaliknya : Di Atjeh + 1350 – 1750. Agama Islam Mazhab Sjafi’i tetap Agama dari rakyat jelata yang asli Indonesia dan yang tertindas.
Laksamana Tuanku Burhanudin Sjah menjadi “Bapak Rakyat” di Minangkabau. Disitu dia very active mengmbangkan Agama Islam Mazhab Sji’ah. Dia malahan suka rela menjadi full timer mullah dari Agama Islam Mazhab Sji’ah, dengan nama “Sjech Burhanudin” di Ulukan Pariaman Sjech Burhanudin (1) mendirikan sesuatu Universitas Islam Mazhab Sji’ah. Guru-gurunya terutama orang-orang Cambay Gudjarat.

1513 – 1697.
Tiga orang bernama kehormatan “Sjech Burhanudin”, berturut-turut mangajar di Universitas Islam Mazhab Sji’ah di Ulukan Pariaman. Turun temurun dari Nenek ke Cucu, dari Nenek ke Cucu. Agama Islam Mazhab Sji’ah meresap di Minangkabau, sampai ke segala pelosok jauh di pedalaman. Sebaliknya : Agama Islam Mazhab Sjafi’i dari daerah pangaliran Sungai Kampar di Minangkabau Timur : Berkembang lebih jauh lagi di luar Alam Minangkabau.

1513 – 1546.
Kesultanan Demak. Ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i, yang disitu masuk lewat Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaca. Karena : Flow Of Goods aliran dagang Dunia Islam antara Kesultanan di daerah Maluku dan Kesultanan di daerah Atjeh, very welcome mengalir lewat Demak, maka : Kesultanan Demak cepat sekali maju pesat.

1522 *).
Kesultanan Sumadera Pasai dibumi-hangus oleh Armada Portugis, hilang dimuka bumi. Finished Kesultanan yang pertama bersifat Nasional dan yang pertama ber-Agama Islan dan mazhab Sjafi’i.
Dynasty Samudera Pasai (Dynasti Marah Silu) di Pulau Djawa diteruskan berupa Dynasty Tjirebon serta Dynasty Benteng Gow ?? Prince Fatahillah (Prince Of Samudera Pasai), menjadi Panglima Tentara Islam di new egerging Kesultanan Demak, dan menjadi nenek moyang dari Sultan Tjirebon serta Sultana Tjirebon serta Sultan Banten. Sebaliknya diturunkanm : Di teruskan di Tanah Batak Singosari Dynasty diteruskan di Tanah Batak Simalungnun.

1523 *).
Kesultanan Haru (Kesultanan Deli Tua) dimusnahkan oleh Armada Portugis. Putri Hidjau (The Queen Of Haru) mati pahlawan sambil ber-Zikir. Diikat di mulut meriam, yang kemudian di tembakkan.

1546.
Kesultanan Demak jatuh di dalam conflict anatara Agama Islam Mazhab Sjafi’icontra Agama Islam Mazhab Sji’ah. Djokotingkir Adiwidjojo (Putra dari Bupati Ki Ageng Kebo Kenongo) massacred Keluarga Sultan Demak dan dia mendirikan Kesultanan Padjang

1546 – 1581.
Kesultanan Padjang. Ber-Agama campur aduk Hindu, Sji’ah, Sjafi’i. Karena kemenangan Kesultanan Padjang atas Kesultanan Demak, maka : Hingga ini hari puluhan juta orang-orang Djawa yang ber-Agama campur aduk Hindu, Sji’ah, Sjafi’i/ excesses. Antara lain sebagai berikut :
1. Sangat banyak timbul Pseudo Al Muntazars, mengikuti Sjech Siti Djenar. Disebutkan “Ratu Adil”. Bertentangan dengan Agama Islam Mazhab Sjafi’i.
2. Keinginan Djawa di dalam legio Terekat-tarekat (Secret Socities) mempelajari kesaktian dan kebathinan. Bertentangan dengan Agama Islam Mazhab Sjafi’i. Toleranted oleh Agama Islam Mazhab Sji’ah, yang berabad-abad lamanya terpaksa subversive di luar Tanah Arab, terutama di Mesopotamia dan di Persia.
3. Untuk orang-orang Islam Mazhab Sji’ah, para keturunan dari Sajidina Hassan dan Sajidina Hussin, merupakan “Qutub” (axis dari dunia). Sejak Kesultanan Padjang, Radja-radja Djawa menganggap dirinya “Sajidin Panotogomo”. Di dalam Bahasa Djawa : “Qutub” (Paku Hence : Paku Buwono, Paku Alam, Pakuningrat.
4. Panthoen Agama Hindu Djawa masih sangat besar berpengaruh di Pulau Djawa. Termasuk Ardjuno Wiwoho, Gatot Kotjo, dll. Termasuk pengertian seperti Tjandradimuka, Tjakrabhairawa, dan lain sebagainya. Bertentangan dengan Agama Islam Mazhab Sjafi’i. Tolerated oleh Agama Islam Mazhab Sji’ah, yang sudah corruted di Gudjarat India.
5. Para penunggang Kuda Kepang semula adalah symbol dari Cavalrists Tentara Sajidina Hussin di Pertempuran Kerbela. Di dalam trance : Kebal dan sanggup segala. Malahan sanggup memakan beling-beling.

1581.
The ruling Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung Minangkabau yang semula ber-Agama Hindu Djawa, di-Islamkan oleh Sjech Burhanudin II masuk Islam Mazhab Sji’ah, dengan nama “Sultan Alif” (Sultan Alpha = Sultan Jang Pertama).
Sultan Alif menjadi “The Legendary First Sultan” di Alam Minangkabau. Seperti Sultan Muhammad Sjah di sekitar Selat Malacca. Lebih jauh lagi : Sultan Alif menjadi “ The Holy One” untuk orang-orang Minangkabau yang ber-Agama Islam Mazhab Sjiah. Seperti King Istven untuk orang-orang Hungaria yang ber-Agama Kristen Rom Katholik (Szent Istven = Sanctus Stephanus = Saint Stephen).
Kuburan dari Sultan Alif di Sumpur Kudus menjadi tujuan ziarah di bulan Safar. Seperti kuburan Sajidina Hassan dan Sajidina Hussin di Kerbela. Disitulah orang-orang Minangkabau mulai “Basapah” (Ziarah ke Makam Suci di bulan Safar).

1581 – 1804.
Keradjaan Pagarruyung Minangkabau ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Meneruskan Keradjaan Pagarruyung Minangkabau yang ber-Agama Hindu Djawa (1339 – 1581). Akan tetapi : Tidak pernah menjadi Kesultanan dimana ada Centralization Of All Exevutive Power di dalam tangan Sultan saja, di dalam tangan dari satu orang saja. why not ?? Tidak diizinkan oleh para Kepala-kepala Adat di Alam Minangkabau, yang lebih suka Matriarchaic Democracy daripada Monarchistic Absolutism.

1619 – 1942.
Pemerintahan Kolonial Belanda di Bumi Indonesia, Agama Kristen Protestan diperkembangkan di Indonesia. Success maha besar di Amban, Minahassa, Tanah Batak Utara dan Tanah Toradja.

1697.
Sjech Burhanudin III wafat di Ulukan Pariaman. Agama Islam Mazhab Sji’ah sudah dominant di seluruh Alam Minangkabau. Selama 6 generations, selama 184 tahun (1513 – 1697), sampai 3 orang yang bernama “Sjech Burhanudin” : Menjadi pushing power dari Agama Islam Mazhab Sji’ah di Universitas Islam yang di Ulukan Pariaman.
Sampai Natal, Singkuang, Teluk Siboga dan Barus. Universitas Islam Ulukan Pariaman berjasa mengembangkan Agama Islam Mazhab Sji’ah.

1700 – 1804.
Agama Islam Mazhab Sji’ah quietly meresap di Minangkabau. Tanpa gangguan, tanpa penindasan dari pihak Agama Islam Golongan Sunnah. Sebagaimana lazim di Tanah Arab, Asia Ketjil dan Afrika Utara : Di waktu Ummayah Dynasty, Abassiyah Dynasty, serta Othmaniyah Dynasty Turky.
“Angin Mati Sebelum Taufan”.

1804 – 1807.
Gerakan Islam Kaum Putih mengganas di Minangkabau. Orang-orang Islam mazhab Sji’ah habis dibasmi dengan pedang oleh Islam Mazhab Hambali. Keluarga Radja Pagarruyung pun habis massacred.

1804 – 1821 *).
Negara Darul Islam Minangkabau. Dibawah tangan besi Tuanku Nan Rentjeh. Ber-Agama Islam Mazhab Hambali. Mempunyai Expeditionary Forces yang maha kuat. Yakni : Army Group Tuanku Rao serta Army group Tuanku Tambusai. Total sekuat 32.000 units Cavalry menurut model Janitsar Cavalrry Tentara Turki.

1816 *).
Mandailing, Angkola dan Sipirok di Tanah Batak Selatan : Di rebut dan dengan pedang di Islamkan oleh Army Group Tuanku Rao. Demikian pula Padang Lawas antara Sungai Rokan dan Sungai Asahan, antara Army Group Tuanku Tambusai. Dengan kekerasan harus masuk Agama Islam Mazhab Hambali, yang di Tanah Batak disebutkan “Ugamo Silom Bondjol”.

1818 – 1820 *).
Army Group Tuanku Rao merebut dan menduduki Tanah Batak Utara. Singamangaradja X mati pahlawan di Bakkara Toba, 1819. Akan tetapi : Karena Plague dan Cholera Epidemics, maka : Tentara Padri terpaksa mundur. Tanpa success meng-Islamkan Toba dan Silindung.

1821 *).
Pertempuran Air Bangis. Tentara Padri dihancurkan oleh Artellery Balanda dibawah commando Overste Raaf. Finished Negara Darul Islam Minangkabau.

1821 – 1837 *).
Perang Padri. Remnants dari Agama Islam Mazhab Hambali bertahan di Benteng Bondjol terhadap Aggression Belanda.

1822 – Dst.
Karena suasana Pax Neerlandica, maka : Agama Islam mazhab Sjafi’i dapat cepat sekali me-retool penduduk Minangkabau dan penduduk Tanah Batak Selatan. Meninggalkan Agama islam Mazhab Hambali dan masuk Agama Islam Mazhab Sjafi’i. Disamping itu : Agama islam Mazhab Sji’ah dapat pula sedikit kembali. Terutama dikalangan mixed population orang-orang Pasisir di pantai Barat Pulau Andalas. Di Padang, Pariaman, Air Bangis dan Natal.
Kuburan Sjech Burhanudin III di Ulukan Pariaman menjadi tujuan ziarah Basapah. Menggantikan kuburan Sultan alif di Sumpur Kudus, yang pada tahun 1804 : Atas perintah Tuanku Lintau dicungkil hilang dari muka bumi.

Kini.
Walaupun tinggal sedikit, akan tetapi : Agama Islam Mazhab Sji’ah kini msih ada di Indonesia. (Seperti orang-orang Kristen Rom Katholik kini masih ada di negeri Belanda, walaupun 1568 – 1648 mereka itu selama 80 tahun sangat parah dibasmi).
Para panganut dari Agama Islam Mazhab Sji’ah, kini tidak sampai 1% dari Total penduduk Indonesia, yang tidak pun insyaf adanya mereka itu ditengah-tengahnya. Tidak sampai 1% artinya : Tidak sampai 1.000.000 jiwa. (Kira-kira sama sedikitnya dan sama banyaknya seperti orang-orang Batak yang ber-Agama Kristen Protestan Lutheran di dalam HKBP). Para Muslimin Mazhab Sji’ah itu concentrated sebagai berikut :
1. Di pantai Timur Pulau Andalas, Aliran Fathimiyah, di Tanah Karo Dusun, Pagarawan, Bandar Kalipah, Tandjungtiram, dll. Disitulah sangat meriah Sandiwara Rakyat “Bangsawan”.
2. Di pantai Barat dari Pulau Andalas, Aliran Karmatiyah, di Padang, Pariaman, Air Bangis, dan Natal. dIsitulah sangat meriah perayaan Tabut Hassan Hussin.

Extra 1.
Berlainan dengan Agama Islam Mazhab Syafi’I, Agama Islam Mazhab Sji’ah very supple suka transforming and adopting aneka warna pagan ceremonies untuk mempermudah proselyting. Umpamanya dari orang-orang Djawa yang sudah 800 tahun tegah ber-Agama Hindu, di dalam periode Wali-wali Songo (1450 – 1550) absorbed Thanksgiving kepada Dewi Sri, yang transformed menjadi Sekaten. Lengkap dengan gunungan nasi !! Sekaten semula dirayakan di waktu selesai panen di akhir musim kemarau. Sekaten digeser ke Hari Maulud (Hari lahir Nabi Muhammad SAW. dan terpaksa turut bergeser 11 hari setiap tahun. Hilang its character selaku pemujaan di musim panen kepada Dewi Sri !! Pandai para wali-wali Songo

Imbangannya : Belainan dengan Agama kristen Protestan. Agama Kristen Rom Katholik pun very supple suka transforming and adopting aneka warna pagan ceremonies, untuk mempermudah proselyting. Umpamanya dari orang-orang Djerman : Tannenbaum yang Mid Winter dihiasi dengan lampu-lampu adopted menjadi X-mass Tree dan dimasukkan pula kedalam Geredja. Walaupun semula illuminated pohon itu harus in the open air. Hari Tannenbaum dirayakan di Mid Winter di hari yang palng pendek di musim dingin, yaitu : Di hari Winter Solisticium yang jatuh antara 20 dan 25 Desember. Karena pagan orang-orang Djerman tidak suka menggeser Hari Tennenbaum Hari (seperti orang-orang Djawa suka menggeser hari Sekaten), maka : yang terpaksa digeser adalah Hari Lahir dari Tuhan Yezus yang sebenarnya adalah menjelang Hari Paskah. Kini di abad ke-XX,illuminated pohon Tannenbaum sudah kembali lagi in the open air, berdiri setinggi gedung-gedung bertingkat di persimpangan jalan di Amerika dan di Eropah. Begitu para sehingga setiap tahun Pendeta-pendeta Amerika perlu berseru : “Bring Christ Back To The Chistmass Tree”. Mudah-mudahan bukan “Vox Clamantis In Deserto”.

Selain daripada illuminated Tannaenbaum, turut pula Wodan yang berjanggut panjang dan yang menunggu kuda pytih, adopted and transformed menjadi Sancta Claus (Sinter Klaas). Sebelum tahun 1955 di Indonesia gila-gilaan malahan Sinter Klaas disambut oleh Wali Kota !! Anyhow, “Sinjo Kelas Dan Si Nertua Pik” sejak tahun 1942 sayang sekali tidak mau lagi.

Extra 2.
Walaupun Agama Islam Mazhab Sjafi’i 1285 – 1350 di Kesultanan Samudera Pasai sangat parah membasmi Agama Islam Mazhab Sji’ah, akan tetapi : 1350 – 1750 Agama Islam Mazhab Sji’ah sangat kuat timbul kembali di daerah Atjeh, didukung oleh Feodalistic Elite yang sangat bangga berketurunan “Keudjeureut” dan berketurunan Persia. Akibatnya antara lain : Agama Islam yang 1513 – dst. diperkembangkan oleh new emerging Kesultanan Atjeh di Minangkbau lewat Pariaman, adalah Agama Islam Mazhab Sji’ah.

Agama Islam Mazhab Sji’ah malahan leading di Kesultanan Atjeh di waktu Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636), dengan mullah-mullah Agama Islam Mazhab Sji’ah : Hamzah Fansuri dan Samsudin Pasai.
Agama Islam Mazhab Sjafi’i retaliated di waktu Sultan Iskandar Sani (1636 – 1641), yang bukanlah orang Atjeh campuran “Keudjeureut”, akan tetapi adalah Orang Melayu Asli dari Penang Malaya. Ulama-ulama Agama Islam Mazhab Sjafi’i kembali leading di Atjeh , seperti :Nuruddin Arraniri.

Dengan bukunya “Asrar Al Insan” Nuruddin Arraniri semulamasih sanggat mengkagumi Mysticians dari Ahama Islam Mazhab Sji’ah, malahan ternasuj Al Hallasi !! Akan tetapi 7 tahun kemudian, di dalam bukunya “At Tibiyan” Nuruddin Arraniri sudah sangat fanatic mengecam aliran-aliran di dalam Agama Islam mazhab Sji’ah termasuk aliran-aliran Karmatiyah.

Sebelum PD II hingga 1942, perayaan “Atan Uten” tanggal (Tabut Hassah Hussin) setiap tahun sangat meriah di Atjeh. Sponsered oleh feodalistic Ellite yang masih saja sangat bangga berketurunan “Keudjeuret”. Jauh lebih parah daripada di Minangkabau, merupakan masochstic mandi-darah !! Sangat dikecam oleh new emerging PUSA. Sesudah Revolusi Rakyat 1947, no more bloody “Atan Uten” di Atjeh, terutama karena : No more Feodalistic Elite yang financing.
Entah pun masih saja ada survivals dari Agama Islam Mazhab Sji’ah di Atjeh ?? Patut diselidiki oleh para Islamologists Indonesia Caliber Besar, bangsanya : Dr. Tudjiman dan Drs. Sidi Gazalba (Kalau cuma Ahli Bom Tarik pensiunan, tentulah tidak sanggup).
Posted by Amir Husin Daulay at 9:24 0 comments
Daftar Angka-angka Tahunan: Agama Islam Mazhab Hambali di Indonesia
[Lampiran 28]
Yang bertanda *) ditambahkan untuk Background.

780 – 855 *).
Imam Muhammad Ibn Hambal. Codificator dari Agama Islam Mazhab Hambali. Bekas murid dari Imam Sjafi’i. Akan tetapi berpendapat, bahwa : Agama Islam Golongan Sunnah Mazhab Sjafi’i terlalu tolerant dan terlalu intellectual. Menolak pula sebagian terbesar dari Hadits-hadits, yang diakui Sjahih oleh Imam Buchari dan yang accepted oleh Agama Islam Mazhab Sjafi’i. Karena itu : Muhammad Ibn Hambal menjimpang dari Agama Islam Mazhab Sjafi’i dan mendirikan Mazhab Hambali yang sangat fanatic dan puritan. Dari segala Mazhab-mazhab Agama Islam Golongan Sunnah (Hanafi, Maliki,Sjafi’idan Hambali), Mazhab Hambali menjadi paling parah condemning Agama Islam Mazhab Sji’ah.

855 – 1700 *).
Selama hampir 1.000 tahun, Agama Islam Mazhab Hambali tidak pernah popular untuk massa dari Ummat Islam. Tinggal isoleted di kalangan orang-orang Badawi di Gurun Pasir Nesjed, yang turun temurun ditindas oleh orang-orang : Babylon, Persia, Arab dan Turki.

1700 – 1791 *).
Imam Muhammad Ibn Wahhab. Orang Badawi, bukan Arab. Memulai “Gerakan Wahhabi”. Artinya : Dengan fanaticism dari Agama Islam Mazhab Hambali, menggembleng Tenaga Rakyat Jelata di pedalaman Arabia, untuk mengusir Penjajahan Asing. Yakni : Penjajahan oleh orang-orang Turki yang ber-Agama Islam Mazhab Hanafi, dan yang sangat nymphomaniac pula.

1740 – 1744 *).
Gerakan Wahhabi bergerilya contra Tentara Turki. Tidak berhasil. Malahan sebaliknya : Tentara Turki lebih ganas lagi mengadakan razzia’s dan menyiksa wanita-wanita Badawi di dalam wholesale abductions. Imam Muhammad Ibn Wahhab membutuhkan seorang Military Leader, untuk memimpin Gerakan Wahhabi di dalam Levee En Masse menentang penjajahan Turki.

1744 *).
Seorang gerilya Fighter yang berpengalaman di dalam Tentara Persia, bernama Muhammad Ibn Saud. Menjadi Imam Wahhabi. Artinya : Sponsored oleh Imam Muhammad Ibn Wahhab, menjadi calon “King Of Saudi Arabia”. Menjadi Radja dari sesuatu Keradjaan Darul Islam Saudi Arabia, yang ber-Agama Islam Mazhab Hambali dan yang lepas dari penjajahan Turki.

1801 *).
Kerbela direbut oleh Tentara Wahhabi yang sangat fanatic akan tetapi sangat biadab !! Kuburan dari Sajidina Hassan dan Sajidina Hussin (yang dianggap Kuburan Suci oleh orang-orang Islam mazhab Sji’ah), dicungkil hilang dari muka bumi.

1802 *).
Mekkah dan Medinah direbut oleh Tentara Wahhabi. Penjajahan Turki lenyap dari Arabia. Untuk Hadji-hadji yang diseluruh Dunia Islam datang ke Mekkah. Gerakan Wahhabi tentulah sangat menarik, karena : Sanggup mengusir Penjajahan Asing. Terutama sangat menarik untuk Hadji-hadji yang datang dari daerah yang dijajah oleh orang-orang kafir, seperti Inggris, Belanda, dan Spanjol. Akibatnya : Gerakan Wahhabi serta Agama Islam Mazhab Hambali exploded ke seluruh Dunia Islam !! Sampai ke Sudan, India, Filippina, dan Indonesia. Kebetulan pula pada waktu Eropah Barat diancam oleh Imperialisma Napoleon.

1803 *).
Gerakan Wahhabi serta Agama Islam Mazhab Hambali dibawa masuk ke Minangkabau,oleh Hadji Piobang (bekas Cavalry Colonel Tentara Turki), Hadji Sumanik (bekas Artillery Major Tentara Turki),serta Hadji Miskin (bekas Hermit di Gurun pasir Nesjed).

1804 – 1807.
Dengan nama “Gerakan Islam Kaum Putih”, Gerakan Wahhabi mengganas di Minangkabau. Bukannya terhadap Penjajahan Asing yang diwaktu itu tidak ada di Minangkabau. Akan tetapi : Terhadap Agama Islam mazhab Sji’ah yang di waktu itu sudah 300 tahun dominant di Minangkabau. Dan juga : Terhadap Keluarga Radja Pagarruyung, Baso Nan Ampeq Balai, serta Adat Matriarchy. Dengan maksud, supaya dapat didirikan Negara Darul Islam Minangkabau yang ber-Agama Islam Mazhab Hambali.

1804 – 1821.
Negara Darul Islam Minangkabau. Dibawah tangan besi Tuanku Rentjeh. Ber-Agama Islam Mazhab Hambali.
Bagaimana Muhammad Ibn Saud membnetuk Tentara Wahhabi di Arabia, begitulah Colonel Hadji Piobang membentuk Tentara Padri di Minangkabau. Menurut model Janitsar Cavalry Tentara Turki. Menjadi Tentara Indonesia yang pertama kali well organised and good officered.

1808.
Benteng Bondjol didirikan. Dibawah commando Peto Sjarif gelar Tuanku Imam Bondjol. menjadi Depot Pendidikan Cavalry Tentara Padri.

1811.
Benteng Rao didirikan. Dibawah commando Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao. Menjadi Basis dari Army Group Tuanku Rao Tentara Padri, yang mempersiapkan untuk merebut serta meng-Islamkan daerah-daerah Mandailing, Angkola dan Sipirok, di Tanah Batak selatan.
Benteng Daressalam didirikan. Dibawah commando Hamonangan Harahap gelar Tuanku Tambusai. Menjadi basis dari Tentara Padri, yang dipersiapkan untuk merebut serta meng-Islamkan daerah Padang Lawas antara Sungai Rokan dan sungai Asahan.

1813.
Rapat Forum Radja Mandailing di Pakantan, untuk satu kali dijadikan Rapat Segala Radja-radja Batak. Supaya bersama merencanakan Pertahanan Rakyat di seluruh Tanah Batak, Utara dan Selatan. Perlu supaya Suku Bangsa Batak coordinanted menantang Aggressian dari pihak Bondjol Minangkabau. Hadir Singamangaradja X dari Bakkara Toba.

1814.
Convention London. Inggris mengembalikan Pulau Djawa serta Minangkabau kepada Belanda. Akan tetapi : Pihak Belanda yang baru saja lepas dari Penjajahan Napoleon, tidak sanggup segera menduduki the lost colonies (Conform position Belanda 1945 – 1947 ).

1816.
Army Group Tuanku Rao dari Benteng Rao, di dalam Blitzkrieg setengah bulan : Merebut daerah-daerah Mandailing, Angkola, dan Sipirok.
Army Group Tuanku Tambusai dari Benteng Daressalam di dalam Blitzkrieg setengah bulan : Merebut seluruh daerah Padang Lawas antara Sungai Rokan dan Sungai Asahan.
Penduduk Tanah Batak Selatan (yang 1513 – 1816 sudah selama 300 tahun menolak Agama Islam, karena sifat Splendid Isolation pada Proto Malayans), dengan kekerasan dipaksa oleh Tentara Padri : Harus masuk Agama Islam Mazhab Hambali. Caranya : Male population en-masse menjalani Khitanan, sambil mengucapkan Sjahadat, segala hewan b-2 exterminated. Hasilnya : “Ugamo Silom Bondjol”. Yakni : Agama Islam Mazhab Hambali berupa a thin veneer. Hasilnya yang terpenting : Hilang lenyap kegelapan jahiliyah dari Tanah Batak Selatan. Dengan pedang diawasi oleh Tentara Padri. Sanitationpun sangat bertambah tinggi, karena : Paksaan ber-Wudhu 5 kali sehari dan : Tidak ada lagi kandang b-2 di kolong rumah.

1816 – 1818.
Dari penduduk Tanah Batak Selatan yang sudah di Islamkan, recruited sejumlah 100.000 orang masuk kedalam Tentara Padri.
Orang-orang dari Marga Siregar di daerah Sipirok, malahan terlalu banyak yang mau masuk Tentara Padri, walaupun Tentara Padri adalah Tentara Minangkabau. Bukannya untuk ikut serta mengembangkan ‘Ugamo Silom Bondjol” di Toba dan Silindung. Akan tetapi : untuk membalas dendam terhadap Singamangaradja Dynasty, selaku keturunan dari Radja Oloan Sorbadibanua.

1818.
Dibawah commando Tuanku Rao, Tentara Padri di dalam jangka waktu satu bulan merebut daerah-daerah : Uluan, Toba, Silindung, Humbang dan Pahae.
Orang-rang Marga Siregar Sipirok yang di dalam Cavalry Battallions Tentara Padri mengganas di dataran tinggi Humbang. Terutama terhadap orang-orang Marga Sihombing Hutasoit dan terhadap orang-orang Marga Sinambela.

1818 – 1820.
Tuanku Rao bermarkas di Siborongborong. Tentara Padri , menduduki seluruh Tanah Batak Utara. Tentara itu seluruhnya terdiri atas orang-orang Tanah Batak Selatan, yang baru saja di Islamkan kedalam puriranism dan fanaticis dari Agama Islam Mazhab Hambali. Disitulah sangat bertambah besar controverse antara Penduduk Tanah Batak Selatan contra Tanah Batak Utara.
Tuanku Lelo bersimaharajalela di Toba. Segala rumah habis dibakar. Omly to smoke-out the womenfolk yang bersembunyi di dalamnya wanita-wanita Toba menjadi korban dari wholesale abductions, di dalam sexual orgies en-masse. Hampir mendekati Terror Tentara Turki di Balkan terhadap white squaws.
Jangka waktu 2 tahun “Tingki Ni Pidari”, menjadi malapetaka yang terbesar sepanjang sejarah Toba.

1819.
Bakkara Toba dihancurkan oleh Tentara Padri dengan Artillery. Singamangaradja X mati pahlawan. Harta pusaka dari Singamangaradja Dynasty (yang accumulated selama 10 generations Monopoly Kemenjan), digondol oleh Tuanku Lelo. Bebarapa orang Putra-putra dari Singamangaradja X (antara lain : Radja Lambung Sinambela), tertawan dan kemudian di inernix di Rontjitan Sipirok. Calon Singamangaradja XI lahir in exile di Tandjungbunga.

1820.
Karena : Plague dan Cholera Epidemics, maka : Tentara Padri terpaksa meninggalkan Toba dan Silindung, tanpa success meng-Islamkannya. Cannibalistic orgies di Lobupining, dimana remnants dari Tentara Padri yang mundur dari Silindung, dibasmi habis dan eaten-up oleh Radja Panggulamai cs.
Tentara Padri yang mundur dari Uluan Porsea, deserted di Bandar Pulau. Dibawah pimpinan Mansur Marpaung gelar Tuanku Asahan, mereka mendirikan Keradjaan Islam, yang lepas dari Bondjol Minangkabau. Yakni : Kesultanan Asahan, Keradjaan Kotapinang, Keradjaan Bila, dan Keradjaan Panai. Menyusul pula Keradjaan Marbau.
Perwira Tentara Padri yang berketurunan Tanah Batak Selatanpun, ada sejumlah yang berontak terhadap penjajahan asing oleh Bondjol dan Minangkabau atas daerah-daerah Mandailing, Angkola dan Sipirok. Tuanku Imam Parang beserta seluruhnya orang Minangkabau, massacred ataupun diusir keluar dari Tanah Batak Selatan. Radja Gadumbang berkuasa di Mandailing. Tahir Daulay gelar Tuanku Dundjungan berkuasa di Angkola Djae. Djagorga Harahap gelar Tuanku Daulat berkuasa di Angkola Djulu. Djatenggar Siregar gelar Tuanku Ali Sakti berkuasa di Angkola Dolok. (Sipirok).

1821.
Pertempuran Air Bangis. Tentara Belanda sudah dipersiapkan any time sedia untuk menyerang dari Fort Air Bangis, langsung ke Benteng Bondjol. tanpa melewati daerah Agam. Angkatan Darat Minangkabau mengambil initiative, bersama Angkatan Laut Atjeh : Mendahului menyerang pihak Belanda di Fort Air Bangis. Hasilnya menjadi Debacle untuk pihak Bondjol Minangkabau. Yakni : Cavalry Tentara Padri dibawah commando Tuanku Imam Bondjol, seluruhnya dihancurkan oleh Artillery Belanda dibawah commando Overste Raaf. Tuanku Rao mati pahlawan untuk menyelamatkan Tuanku Imam Bondjol, Tuanku Lelo deserted
Finished Tentara Padri ciptaan Colonel Hadji Piobang. Sesuatu Tentara Cavalry Islam yang maha kuat menurut model Janitsar Cavalry Tentara Turki, dan yang di dalam Blitzkrieq sanggup menembus Splendid Isolation dari Tanah Batak, Utara dan Selatan.
Tuanku Nan Rentjeh patah hati. Finished Negara darul Islam Minangkabau. Orang Minangkabau dan orang Batak yang masih tetap memperjuangkan Negara Darul Islam yang ber-Agama Islam Mazhab Hambali, hidjrah ke Benteng Bondjol dibawah pimpinan Tuanku Imam Bondjol dan ke Benteng Daressalam dibawah pimpinan Tuanku Tambusai. Siap sedia jangka panjang menentang Tentara Kafir (Tentara Belanda), yang membawa Penjajahan Asing.
Tuanku Lelo The Deserter ditunjuk oleh Tuanku Imam Bondjol, menjadi Military Governor bawahan Bondjol Minangkabau mengatasi daerah Angkola dan Sipirok. Ditugaskan pula menghukum daerah Mandailing serta Radja Gadumbang. Dengan maksud, supaya : Daerah Mandailing, Angkola, dan Sipirok menjamin supply bahan makanan untuk Benteng Bondjol, yang di dalam kepungan Tentara Belanda pasti tidak akan mendapatkan supply dari daerah Agam.
Tuanku Lelo diperkuat oleh Tuanku Tambusai dengan 2.000 units Cavalry Padanglawassians. Tuanku Lelo berhasil merebut kekuasaan di daerah Angkola dan Sipirok. Tuanku Daulat bergerilya di gunung Lubuk Raya. Tuanku Ali Sakti bergerilya di hutan Dolok Hole. Tuanku Djundjungan bergerilya di rawa-rawa pertemuan Sungai Batang Gadis dan Sungai Batang Angkola.

1821 – 1833.
Tuanku Lelo menjadi War Lord yang absolute and dictatorial menguasai daerah-daerah Angkola, dan Sipirok. Dengan bantuan Tauanku Tambusai, Tuanku Lelo mendirikan Benteng Padangsidempuan. Jauh lebih kuat dan jauh lebih besar daripada Benteng Bondjol.
Daerah Mandailing 7 kali disiksa ileh War Lord Army Tuanku Lelo dengan razzia’s membakari rumah-rumah untuk menangkapi wanita-wanita.
Tuanku Lelo dicalonkan menjadi Sultan bawahan Perfide Albion, yng di Tepian Na Uli di tepi Teluk Siboga : Menumpang Export Products hasil dari War Lord Economy Tuanku Lelo (1823).

1821 – 1824.
Tentara Belanda memasuki Pedalaman Minangkabau, tanpa perlawanan dari pihak pnduduk asli. Tentara Belanda menduduki Fort Simawang yang sudah ditinggalkan oleh Tentara Inggris. Tentara Belanda mendirikan pula Fort van der Capellen dan Fort de Kock. Dari 3 military positions itu, Tentara Belanda menguasai seluruh daerah Agam, Tanahdatar dan Limopuluh. Pax Neerlandica menggantikan terror dari police state Negara Darul Islam Minangkabau.

1822 – Dst.
Agama Islam Mazhab Sjafi’i tepat sekali meretool Agama Islam Mazhab Hambali di Minangkabau, dimana-mana saja sudah terjamin “rust en orde” oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Agama Islam Mazhab Sji’ah sedikit kembali di daerah-daerah Pesisir Minangkabau

1822 – 1837.
Perang Padri. Orang Islam Mazhab Hambali bertahan di Benteng Bondjol, di dalam kepungan Tentara Kafir (Tentara Belanda). Cavalry Tuanku Tambusai dari basis Benteng Daressalam, bebas bergerak di sebelah Timur dari Pegunungan Bukit Barisan, antara Gunungtua (di tepi Sungai Barumun) dan Bangkinang (di tepi Sungai Kampar. Karena Supply dari Lebensraum yang begitu maha luas, maka : Dengan backing dari Benteng Daressalam, Benteng Bondjol sekian lama dapat bertahan

1824.
Tractat London. Bencoolen dan Tapian Na Uli di-over oleh Pemerintah Inggris kepada Pemerintah Belanda.
Cease Fire Masang. Tipu muslihat Belanda, supaya sementara menghentikan tembak menembak di Minangkabau. Perlu, karena Offensive Power Belanda dibutuhkan untuk menghadapi Pemberontakan Belgia dan Perang Diponegoro. Cease Fire Masang turut ditanda-tangani oleh Tuanku Imam Bondjol, akan tetapi : Sangat di kecam oleh Tuanku Tambusai yang dengan his Cavalry sendang mengepung Fort van der Capellen.

1832.
Pelakat panjang. Tanpa menghiraukan Cease Fire Masang, Pemerintah Hindia Belanda memasukkan seluruh Minangkabau kebawah kekuasaannya. Katanya : Alam Minangkabau sudah dijual kepada Pemerintah Belanda oleh Yangdipertuan Arifin Muning Alam Sjah (Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung Minangkabau, yang pada tahun 1804 lolos dari Massacre Pagarruyung).
Dibawah commando Kolonel Elout, Tentara Belanda bergerak dari Fork de Kock serta menduduki Benteng Bondjol. Tanpa pertempuran, karena orang Minangkabau sudah “melempem” selama 8 tahun Cease Fire Masang. (Sebagaimana ditakutkan oleh Tuanku Tambusai).
Tuanku Imam Bondjol diam-diam pergi menyingkir. Tuanku Mudo (seorang Putra dari Tuanku Imam Bondjol), oleh Kolonel Elout katanya “resmi” dilantik menjadi Tuanku Imam Bondjol II.
Cavalry Tuanku Tambusai bergerak dari Benteng Daressalam dan kedua kalinya mengepung Fort van der Capellen. Tentara Belanda puntang panting meninggalkan Benteng Bondjol. Kembali ke Fort de Kock. Tuanku Imam Bondjol kembali ke Benteng Bondjol. Tuanku Imam Bondjol II mati dibunuh, atar perintah Tuanku Tambusai.

1833.
Untuk menghentikan razzia’s oleh War Lord Army Tuanku Lelo menyiksa wanita-wanita Mandailing, maka : Radja Gadumbang meminta supaya Tentara Belanda menduduki daerah Mandailing. Radja Gadumbang bukan pengkhianat !!
Tentara Belanda dibawah commando Majoor Eiler, secepat kilat mendarat di Natal dan dari situ merebut Benteng Rao dan Lubuksikaping. Akibatnya : Benteng Bondjol dikepung dari Selatan dari Fort de Kock dan dari Utara dari Lubuksikaping.
Perjanjian Pakantan, antara Majoot Eiler dan Radja-radja Mandailing. Disitu pihak Belanda menjamin Status Protectorate dari daerah Mandailing. Bukannya status “Veroverd Gebied’ (Daerah yang direbut), seperti daerah Minangkabau. Radja Gadumbang menjadi “Regent Van Mandailing”. (Regent bukannya di dalam arti Bupati seperti di Pulau Djawa, akan tetapi di dalam arti “Calon Sultan”. Tuanku Lelo mati dipancung di Batunadua

1834.
Tentara Belanda dibawah commando Kolonel Elout, menduduki daerah Angkola dan Sipirok. Maksud utama : Mencari harta karun Tuanku Lelo, dimana termasuk harta Pagarruyung Dynasty dan harta pusaka Singamangaradja Dynasty. Oleh Belanda mau dijadikan modal dari N.H.M. (Nederlandsche Handel Maatschappij) yang didirikan oleh Radja Willem I. Tidak berhasil. (Harta Karun Tuanku Lelo masih tetap di dalam, somewhere dibawah Poken Sidimpuan “Ketabo, Ketabo, Tu Poken Sidimpuan”).

1837.
Tentara Belanda dibawah commando Djendral Cochius, menghancurkan Benteng Bondjol dengan Artillery bekas Tentara Napoleon. Tuanku Imam Bondjol mau menyerah dan mau ditawan oleh Tentara Kafir. Tidak demikian Tuanku Saman dan Tuanku Maradjo, yang berdua berketurunan Batak. Dengan fanaticism dari Agama Islam Mazhab Hambali, mereka berjibaku mati pahlawan. Seperti pada tahun 1821 : Tuanku Rao, Tuanku Patuan Soripada dan Tuanku Sorik Marapi.

1838.
Tentara Belanda menghancurkan Benteng Daressalam, dengan Artillery bekas Tentara Napoleon, yang oleh Tentara Padri sendiri digunakan menghancurkan Bakkara Toba, 1819. Tragic !!

1838 – 1863.
Dengan fanaticism dari Agama Islam Mazhab Hambali. Tuanku Tambusai selama 25 tahun terus bergerilya, di daerah yang mha luas antara Gunungtua dan Bangkinang. Tuanku Tambusai : “The Last Of The Mohicans”.

Kini.
Agama Islam Mazhab Hambali (Ugamo Silom Bondjol) sudah habis di retool oleh Agama Islam Mazhab Sjafi’i, di Tanah Batak Selatan. Very sorry !!
Posted by Amir Husin Daulay at 9:18 0 comments
Lampiran 29
Daftar Angka-angka Tahunan: Sejarah Batak


3000 – 1000 Sebelum Masehi.
Suku Bangsa Batak, selaku bagian dari Proto Malayan Tribes, masih bertempat tinggal di pegunungan perbatasan Burma Siam. Bersama Proto Malayan Tribes lain-lainya, yakni : Suku Bangsa Karen, Toradja, Tayal, Ranau, Bontoc, Meo, dll.
Sifat characteristic dari semua Proto Malayan Tribes, adalah : Suka berkurang in Splendid Isolation di lembah sungai serta di plateaux di pegunungan. Terutama tidak suka contact dengan orang-orang yang datang dari tepi pantai laut, orang yang biasanya membawa sesuatu Agama pula, entah pun Agama Hindu, Buddha, Islam dan Kristen.
Sifat tersebut itu, sangat fanatiek dipertahankan oleh orang-orang Batak dan oleh orang-orang Toradja hingga abad ke XIX. Hingga ini hari masih sangat fanatiek dipertahankan oleh orang-orang Tayal di Taiwan, oleh orang-orang Bontoc di Filippina, serta oleh orang-orang Meo di Thailand (Siam).

1000 Sebelum Masehi.
Sud Asiatische Volkerwanderung. Oleh Suku Bangsa Mongol, terdesak ke Selatan Suku Bangsa Sjan yang kemudian menjadi orang Burma, Siam, dan Cambodja. Oleh Suku Bangsa Sjan, sepanjang Sungai Salween dan Irawady, diadakan pula desakan ke Selatan, atas Suku Bangsa Proto Malayan, yang terpaksa terdesak meninggalkan splendid isolation di pegunungan dn malahan sampai ke tepi laut di teluk Martaban. Suku Bangsa Proto Malayan pergi ke seberang lautan, mencari tempat tingal yang baru, yang lebih menjamin splepdid isolation dipegunungan.
Suku Bangsa Bontoc mendarat di Filippina, Suku Bangsa Toradja di Sulawesi Selatan, Suku Bangsa Tayal di Taiwan, Suku Bangsa Ranau di Lampung. Suku Bangsa Karen ketinggalan di Burma, serta Suku Bangsa Meo, ketinggalan di Siam.
Suku Bangsa Batak mendarat disebelah Barat Pulau Andalas di dalam 3 gelombang sebagai berikut :
1. Gelombang yang pertama Suku Bangsa Batak mendarat di Nias, Mentawai, Siberut, dll. Pulau-pulau sampai di Enggano.
2. Gelombang yang kedua Suku Bangsa Batak mendarat di muara Sungai Simpang. Memasuki pedalaman Pulau Andalas up country sepanjang Sungai Simpang Kiri dan settled di Kutatjane. Berkembang dari Kutatjane menjadi orang Gajo serta orang Alas. Yang settled disekitar Sungai Simpang kanan, menjadi orang Pakpak.
3. Mainstream dari Suku Bangsa Batak mendarat di muara Sungai Sorkam. Memasuki pedalaman Pulau Andalas sepanjang Sungai Sorkam up country, dan lewat Tele mencapai pantai Barat di Danau Toba. Settled di kaki Gunung Pusuk Buhit di Siandjur Sagala Limbong Mulana, di seberang kota Pangururan yang sekarang.

In splendid isolation di Siandjur Sagala Limbong Mulana, Suku Bangsa Batak dapat quietly berkembang. Disitu terjadi 2 branches dari Batak Main Bloc, yakni sebagai berikut :
A. Tatea Bulan Branch yang di dalam Adat dianggap yang tertua.
B. Isumbaon Branch yang di dalam Adat dianggap yang bungsu.

1000 sebelum Masehi – 1510 Sesudah Masehi.
Di Siandjur Sagala Limbong Mulana memerintah selama 90 generations, Sori Mangaradja Dynasty selaku Pagan Priest Kings serta selaku Chiet Witch Doctors mengatasi Suku Bangsa Batak, di dalam Pemerintahan Theocracy.
Sori Mangaradja Dynasty terdiri atas orang Marga Sagala dari Tatea Bulan Branch. Sori Mangaradja Dynasty sangat disegani oleh Tanah Batak Selatan, yang sebagian besar penduduknya berasal dari Tatea Bulan Branch.
Karena carrying capacity tanah pertanian tidak sangup lagi memberi makan kepada penduduk yang berkembang biak, maka : Dari Siandjur Sagala Limbong Mulana serta dari sekitar Danau Toba. Suku Bangsa Batak berkembang secara centripetaal. Migrations dari bagian Suku Bangsa Batak itu, berkali-kali terpaksa pula karena di sesuatu tempat pecah Epidemics. Migrations dari bagian Suku Bangsa Batak masih berjalan terus, hingga ini hari ke daerah Rao Sumatera Barat serta ke daerah Tandjung Morawa Sumatera Timur. Di dalam abad ke XIX sangat banyak migrations orang Batak dari Tanah Batak Selatan ke Selangor Malaya.

450.
Daerah Toba sudah diduduki serta Cultivated oleh bagian dari Suku Bangsa Batak ex Siandjur Sagala Limbong Mulana, terutama dari Isumbaon Branch Sibagot Ni Pohan Clan Group. Di Toba di waktu itu ada juga minority ex Tatea Bulan Branch, antara lain : Lubis Clan.
Sebagian dari Lubis Clan terdesak keluar dari Toba, dan pergi merantau ke arah Selatan. Sebagian dari Lubis Clan mau menetap di Toba dan Uluan, hingga ini hari.
Lubis Clan yang pergi merantau itu tahun 900 terpaksa stop di Mandailing Selatan, karena collision dengan orang Minangkabau yang ex sekitar Danau Singkarak pergi pula merantau ke arah Utara. Lubis Clan di Mandailing berbenteng di Pakantan Dolok.
Lubis Clan membasmi Suku Bangsa Lubu. Yakni : Dravidic Negroid Tribes ex Satpuri Hills India, yang via Kepulauan Andaman serta Nicobar mendarat di muara Sungai BatangToru dan sudah lebih dahulu daripada Suku Bangsa Batak, memasuki “Tanah Batak Yet To Be”. Suku Bangsa Lubu bertahan di hutan sekitar Muara Sipongi. Suku Bangsa Lubu ethnologic sama dengan yang di India terpaska menjadi “Untouchables”.

600 – 1200.
Keradjaan Nagur di Simalungun. Simalungun Batak Pagan Priests Kingdom, yang lepas dari Sori Mangaradja Dynasty di Siandjur Sagala Limbong Mulana. Didirikan oleh orang Batak Simalungun, yang berasal dari Tomok Ambarita dan Simanindo, di Pulau Samosir. Bukan dari Toba seperti orang Marga Lubis di Mandailing.
Karena export Karet Balaka (Ficus Elastica, maka : Keradjaan Nagur Simalungun sangat banyak dikunjungi oleh Chinese merchant vessel, di zaman Tiongkok Swi Dynasty, 570 – 620. Di waktu itulah pihak Tiongkok mendirikan kota pelabuhan Sang Pang To, di tepi Sungai Bah Bolon, 3 Kilometer dari kota Perdagangan yang sekarang .
Tiongkok Swi Dynasty meninggalkan Batu bersurat, sampai jauh di pedalaman Simalungun

850.
Harahap Clan dari tatea Bulan Branch, ex Habinsaran seluruhnya pergi merantau ke arah Timur. Menduduki daerah pengaliran Sungai Kualu dan Sungai Barumun di Padanglawas. Harahap Clan di daerah prairies meninggalkan pertanian serta menjadi horse mounted cattle breeders.
Karena horse mounted, maka : Harahap Clan di dalam jangka waktu generations saja, sudah menduduki seluruh daerah Padanglawas antara Sungai Asahan dan Sungai Rokan. Prairies tanpa hutan, tanpa pohon. Baik untuk peternakan.
Sebagian dari Harahap Clan lewat daerah Sipirok, memasuki dan menduduki daerah Angkola dan disitu menjadi agrarian.
Di daerah Padanglawas yang maha luas, Harahap Clan menjadi feodalistic (seperti The Sheiks Of Araby). Merekalah yang membawa feodalism dan juga membawa slaves ke Tanah Batak Selatan.

900.
Marga Nasution terjadi di Mandailing. Sejak zaman Nabi Sulaiman (King Solomon), sudah ada mixed population keturunan dari segala macam non Batak seafaring people, di Hinterland dari pelabuhan Natal dan Muaralabuh (Singkuang). Terutama element Bugis disitu sanagt kuat. Supaya dapat kawin dengan wanita Lubis dan Harahap, mixed Population itu sebagian besar suka rela masuk Adat Batak, Adat Dalihan NaTolu. Datu Nasangti Sibagot Ni Pohan dari Toba, memimpin mixed population itu membentuk Marga Nasution.
Martuaradjadoli dari Siandjur Sagala Limbong Mulana, dengan anak-anak buahnya merebut dan menduduki kampung Lottung di Samosir Timur. Disitu terjadi Lottung Si Sia Marina Clan Group. Terdiri atas 7 Marga yang dianggap berusaha di dalam. Adat Patriarchy. Yakni Marga : Situmorang. Sinaga, Nainggolan, pandiangan, Simatupang, Aritonang dan Siregar.

1050.
Plague epidemics di Lottung, menyebabkan Lottung Si Sia Marina Clan Group buyar ke segala penjuru angin. Siregar Clan terpecah-dua menjadi Siregar Sigumpar dan Siregar Muara, berdua di Toba.

1100 – 1350.
Siregar, Muara berkali-kali kalah perang, dan berupa DP’s mengembara sampai ke Sipirok di Tanah Batak Selatan.

1100 – 1250.
Vassal Kingdom Aru Sipamutung di Padanglawas. Didirikan atas perintah King Radjindratsola, seorang Shiwaitic King dari India Selatan yang merebut Buddhastic Sri Langka (Ceylon). Sangat banyak menghasilkan emas.
Berlainan dengan orang Djawa, Djambi dan Palembang (yang bertiga adalah Neo Malayan). Orang-orang Batak (yang bersama orang-orang Toradja adalah Proto Malayan): Tidak mau menerima Agama Hindu. Walaupun Agama Hindu di dalam jangka waktu setengah abad saja, sudah from coast to coast penetrated di Tanah Batak !! Yakni : Mulai dari muara Sungai Barumun, lewat Portibi, Pidjorkoling, dan Tambangan, sampai ke Batangnatal.

Vassal Kingdom Aru Sipamutung sama sekali tidak ada hubungannya dengan contemporary Keradjaan Hindu di Kepulauan Indonesia, seperti Keradjaan-keradjaan : Darmasraya Djambi, Sri Widjaja Palembang, dan Singosari Djawa Timur. (Seperti : Nederlandsch Indie tidak boleh ada hubungannya dengan British India, Filippina dan French Indo China).
Setelah exhausted gold-lodes di daerah pengaliran Sungai Barumun, Batangangkola dan Batanggadis, maka : Hindu Shiwa Gold-miners itu kembali lagi ke Sri langka. Peninggalannya yang paling terkenal adalah : Biara Sipamutung. Sesuatu candi-complex yang jauh lebih lebih besar daripada candi-complex Prambanan ataupun Panataran di Pulau Djawa.

1200.
Keradjaan Nagur di Simalungun dimusnahkan oleh orang-orang Batak Karo.

1200 – 1285.
Rudimentary Keradjaan Nagur diteruskan oleh orang-orang Batak Gajo, di daerah hulu dari Sungai Pasai. Hingga pada tahun 1285, Marah Silu Radja Nagur Jang Terakhir, menjadi Sultan Mali Us Saleh,Sultan Sumadera Pasai Jang Pertama.

1200 – 1508.
Keradjaan Haru Wampu. Sesuatu Karo Batak Pagan Priests Kingdom, juga lepas dari Sori Mangaradja Dynasty di Siandjur Sagala Limbong Mulana.

1206.
Kesultanan Daya Pasai merebut kota pelabuhan Barus dan dengan demikian merebut pula Monopoly Dagang Camphor dan Monopoly Dagang Kemenjan, disamping Monopoly Dagang Meritja.

1275 – 1289.
Pamalayu Expedition. Tentara Singosari merebut pepper producing daerah-pengaliran Sungai Batanghari dan Kampar. Berupa extra yang paling sedap, merebut pula Dara Petak (The White Maiden), dan Dara Djinggo (Keumbang Beureum), tidak pernah dilupakan oleh penulis orang-orang Djawa, walaupun mereka tetap lupa bahwa : Monopoly Dagang Meritja adalah lebih penting daripada gula kaki dua.
Untuk mengamankan hasil dari Pamalayu Expedition, maka : Armed Forces Singosari mendarat pula di muara Sungai Asahan. Prince Indra Warman menjadi Roy bawahan Singosari di Military Province Asahan.

1292.
Kraton Singosari direbut dan dimusnahkan oleh Panglima Djajakatwang, yang self-made menjadi King Djajakatwang King Of Kediri.
Prince Indra Warman tidak mau mengakui usurper King Djajakawang. Dia self made menjadi King Indra Warman, King Of Asahan, Pretender King Of Singosari.
Tentara Tiongkok Yuang Dynasty mendarat di Gelondong dan memusnahkan Kraton Kediri. Prince Brawidjaja, Prince Of Singosari, self made menjadi King Brawidjaja, King Of Modjopahit.
King Indra Warman tidak pula mengakui Cousin King Brawidjaja, dan dia tetap Pretender King Of Singosari. Indra Warman mengerti, bahwa : Dengan potency yang ada pada bekas Keradjaan Singosari, tentulah Keradjaan Modjopahit akan menjadi maritim sangat kuat. Pasti Keradjaan Modjopahit akan menghukum dia. King Indra Warman very wise memindahkan pusat dari his new Kingdom dari muara Asahan jauh ke pedalaman Pulau Andalas.

1293 – 1339.
Keradjaan Silo.Ber-Agama Hindu Djawa. Didirikan oleh King Indra Warman serta Tentara Singosari bawahan dia. Ibukotanya di Keraksaan. Religious Centre di Dolok Sinumbah. Keradjaan Silo Of Old menjadi Keradjaan Batak Simalungun yang pertama. Hanyalah Noblesse yang orang-orang Djawa Singosari. Sedangkan : Main population adalah terutama orang-orang Batak Simalungun dari Marga Siregar Silo.

1331 – 1364 *).
Keradjaan Modjopahit dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada, maritim menjadi sangat kuat.

1339.
Armed Forces Keradjaan Modjopahit mendarat di muara Sungai Asahan, bergerak up country sepanjang Sungai Silo dan memusnahkan Keradjaan Silo. King Indra Warman mati pahlawan di dalam usia tinggi. Para keturunan dari King Indra Warman berbenteng di Haranggaol, sangat jauh di tepi North bassin Danau Toba. Tentara Singosari tidak buang waktu merebut Benteng Haranggaol, karena : Masih banyak tugas yang lebih penting.

Tentara Modjopahit dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada sendiri merebut pagan Keradjaan Haru Wampu serta Kesjahbandaran Tamiang (bawahan Kesultanan Samudera Pasai). Tentara Modjopahit di rawa-rawa Sungai Tamiang, bit by bit habis exterminated in ampushes oleh para gerilyawan Islam, dibawah pimpinan Panglima Mula Setia. Perdana Menteri Gadjah Mada meninggalkan remnants dari Tentara Modjopahit (seperti Napoleon di Mesir, 1798), dan kembali ke Pulau Djawa. Disitu dia sangat terikat pula, oleh Galuh dan Padjadjaran yang walaupun bukan Islam, akan tetapi : Sangat fanatic menentang Imperialisma Modjopahit.
Para keturunan dari King Indra Warman berani keluar dari Benteng Garanggaol, dan mendirikan Keradjaan Dolok Silo serta Keradjaan Raya Kahean.

1339 – 1947.
Keradjaan Dolok silo dan Raya Kahean lambat laun berubah menjadi Keradjaan Batak Simalungun, yang tetap bersifat Hindu Javanese absolutism. Berdiri terus selama 600 tahun !! Menjadi Dynasty yang tertua di Kepulauan Nusantara di abad ke-XX. 250 tahun lebih tua daripada Mataram Dynasty di Pulau Djawa.
Terjadi pula 2 lagi Keradjaan Batak Simalungun. Yakni : Keradjaan Siantar dan Tanah Djawa. Radja Siantar pun adalah para keturunan dari King Indra Warman. Sedangkan Radja Tanah Djawa adalah newcomers dari Pulau Samosir, yakni : Orang-orang Marga Sinaga. Akan tetapi : Keradjaan Tanah Djawa sengaja memakai nama begitu, supaya tegas menunjukkan tanah-asal dari King Indra Warman (Pulau Djawa.

In Modern times di abad ke-XX, daerah Simalungun itulah yang paling parah disiksa oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Divide Et Impera. Karena : Disebabkan oleh Liparitic Tuffs dari volcanic explosion yang zaman purba menyebabkan Danau Toba, maka : Daerah Simalungun merupakan tanah perkebunan yang paling subur di seluruh dunia. Sepertiga dari Simalungun dijadikan tanah concessions 99 tahun untuk plantations milik Asing. Sepertiga pula dari Simalungun diberikan kepada homesteadders orang-orang Toba yang Kristen.
Keradjaan Simalunun dipecah belah oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Begitu parah, sehingga dari coastal regions Keradjaan Dolok Silo, malahan dibentuk Kesultanan Serdang. Diciptakan pula Keradjaan Silimakuta, Panai, Purba dan Raya.

1350.
Orang-orang Marga Siregar memasuki daerah Sipirok di Tanah Batak Selatan.

1416.
Armed Forces Tiongkok Ming Dynasty dibawah commando Laksamana Hadji Sam Po Bo (Cheng Ho), merebut dan menduduki Muaralabuh di muara Sungai Batanggadis. Disitu didirikan penggergajian kayu, dan didirikan pelabuhan Sing Kwang (Tanah Baru).

1416 – 1513.
Orang-orang Tiongkok yang ber-Agama Islam Mazhab Hanafi di Sing Kwang di Tanah Batak. Kayu meranti dari Tanah Batak digunakan untuk mendirikan Palaces dan Pagoda’s di Peking Tiongkok. Hingga ini hari masih kuat dan utuh.
Elements Tionghwa masuk kedalam Marga Nasution, tunduk kepada Adat Dalihan Na Tolu. Sesudah elements Bugis, menjadi consisting part yang paling kuat di dalam Marga Nasution.

1450 – 1500.
Dengan backing dari Kesultanan Malacca, Datuk Sahilan dan beberapa lagi orang-orang Minangkabau dari sekitar Sungai Kampar, meng-Islamkan orang Batak. Yakni : Orang Batak Toba dari Marga Marpaung, yang settled di sekitar muara Sungai Asahan, dan : Orang-orang Batak Simalungun di daerah Kisaran, Tindjauan, Perdagangan, Bandar, Tandjungkasau, Bedagai, Bangunpurba dan Sungaikarang.

1450 – 1818.
Dagang garam dengan caravans kuda beban, di daerah Uluan, Toba, dan Samosir, menjadi monopoly dari orang-orang Marga Marpaung yang sudah masuk Islam Mazhab Sjafi’i. Mereka membentuk Batak Muslim community yang pertama di Tandjungbalai.
Di Porsea didirikan Mesjid yang pertama di pedalaman Tanah Batak. (Hampir 400 tahun mendahului Mesjid yang pertama didirikan di Mandailing, oleh Tentara Padri pada tahun 1816 di Hutanagodang).
Antara Porsea dan Tandjungbalai kiri kanan dari Sungai Asahan, didirikan pula Mesjid yang selain daripada menjadi “Pusat Ibadat dan Keradjaan Islam”, menjadi “Pusat Business Exchange” dan menjadi Caravans Serails pula. (Patut di analysa oleh para Islamologists Indonesia, di dalam style dari Drs. Sidi Gazalba). Para pembeli garam sengaja dibiarkan tinggal Pagan, supaya tatap kampongbound. Batak punya macam !!

1508.
Keradjaan Haru dan Wampu yang Pagan, dimusnahkan oleh Kesultanan Atjeh in statu nascendi.
Keradjaan Haru yang Pagan di daerah pengaliran Sungai Wampu, itulah asal mula dari Kesultanan Langkat.

1508 – 1523.
Kesultanan Haru Delitua di daerah pengaliran Sungai Deli. Vassal Sultanate bawahan Kesultanan Atjeh. Main population adalah orang-orang Karo Dusun yang belum dan yang sudah di Islamkan.
Kesultanan Haru Delitua itu asal mula dari Kesultanan Deli.

1510.
Sorimangaradja Dynasty (yang sejak 90 generations memerintah selaku Batak Pagan Priest Kings di Siandjur Sagala Limbong Mulana), dihentikan oleh orang-orang dari Marga Manullang. Sorimangaradja Dynasty terdiri atas orang Marga Sagala dari Tatea Bulan Branch Suku Bangsa Batak.

1516 – 1816.
Di Tanah Batak Selatan main population adalah dari Tatea Bulan Branch Suku Bangsa Batak. Sorimangaradja Dynasty Titulair selama 11 generations diteruskan di Sipirok. Diakui oleh orang-orang Marga Siregar, Harahap, dan Lubis, yang adalah dari Tatea Bulan Branch Suku Bangsa Batak. Mengikuti majoritas, diakui pula oleh orang-orang Marga Nasution. Akibatnya : Singamangaradja Dynasty yang kemudian berkuasa di Bakkara Toba, di Tanah Batak Selatan tidak pernah diakui.

1513.
Atas perintah dari Sultan Ali Mukkajat Sjah, Kesultanan Atjeh in statu nascendi merebut dan menduduki sejumlah pelabuhan di pantai Barat dari Pulau Andalas, untuk dijadikan step-stones leap-frogging dari Atjeh ke Maluku, lewat Selat Sunda. Karena : Selat Malacca ditutup untuk Flow Of Good aliran dagang Pihak Islam, oleh Armada Portugis. Turut diduduki pelabuhan di pantai Barat dari Tanah Batak, sebagai berikut : Singkil, Pansur, Barus, Sorkam, sekitar Teluk Siboga, Sing Kwang dan Natal.

Agama Islam Mazhab Sji’ah masuk di kalangan orang-orang Batak, sebagai berikut : Pada orang-orang Batak Marga Tandjung di Pansur, Marga Pohan di Barus, Marga Batubara di Sorkam Kiri, Marga Pasaribu di Sorkam Kanan, Marga Hutagalung di sekitar Teluk Siboga, Marga Daulay di Sing Kwang. Sedangkan orang-orang Pasisir (mixed population from oversea tanpa nama Marga) disitu sudah lebih dahulu masuk Islam, sebagai berikut : Di Singkil sejak Ummayah Dynasty, di Barus dan Natal sejak Kesultanan Daya Pasai, di Sing Kwang sejak Laksamana Hadji Sam Po Bo (Chen Ho).

Nama Sing Kwang lambat laun berubah menjadi Singkuang.

1513 – 1818.
Dagang garam dengan caravans kuda beban di daerah Silindung, Humbang, dan Pahae, menjadi monopoly dari orang-orang Batak dari Marga Hutagalung, yang sudah masuk Islam Mazhab Sji’ah. Di kampung Horlian Hutagalung di Silindung terdiri Muslim Batak community dari orang-orang Batak Marga Hutagalung. Disitu didirikan Mesjid yang kedua di pedalaman Tanah Batak.

1523.
Kesultanan Haru Delitua dimusnahkan oleh Armed Forces Portugis. Putri Hidjau (Princess Of Atjeh and Queen Of Haru Delitua) mati pahlawan sambil berzikir. Diikat di mulut meriam, yang kemudian ditembakkan.

1550 – 1884.
Singamangaradja Dynasty selama 12 generations di Bakkara Toba. Batak Pagan Priest Kings, yang di Tanah Batak Utara menggantikan Sorimangaradja Dynasty. Sepenuhnya diakui di Tanah Batak Utara, dimana majoritas adalah orang-orang Batak dari Isumbaon Branch Suku Bangsa Batak.

1581.
Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung Minangkabau masuk Islam dengan nama “Sultan Alif”. Orang Djawa Singosari dari Pagarruyung Minangkabau yang tidak turut masuk Islam, sebagiab besar mengungsi ke Kurintji dan sedikit mengungsi ke Mandailing di Tanah Batak. (seperti orang-orang Baduwi yang tidak masuk Islam, dan mengungsi dari Pakuan Padjadjaran). Orang-orang Djawa Singosari dari Pagarruyung Minangkabau yang mengungsi ke Mandailing, membentuk Marga Rangkuti di Ronding, dan masuk Adat Patriarchy, Adat Dalihan Natolu. (Selaku keturunan dari orang-orang Hindu Djawa, mereka tidak pernah masuk Adat Matriarchy selama 300 tahun di Pagarruyung Minangkabau, 1289 – 1581).


1593 – 1601.
Agama Islam Mazhab Ibadiyah (Mazhab Chawaridj) di Pantjur, antara Singkil dan Barus. Dari Zanzibar dibawa oleh Abdulrauf Fansuri, seorang Ulama yang sangat tajam menulis, serta sangat berapi-api berpidato.
Antara lain mengajarkan, bahwa : Radja harus mengepalai Negara, serta harus pula mengepalai Agama Islam di dalam keradjaannya. Agama dan Negara bersatu, dan tidak mungkin terpisah. Akan tetapi, radja harus dipilih dan bukan hak keturunan. Lagipula radja harus pula dapat diturunkan serta diganti oleh seseorang yang lebih cakap dari kalangan rakyat jelata.
Ajaran itu sangat cepat berkembang di Kesultanan Atjeh serta di Kesultanan Mataram Djawa.
Atas ajuran dari Abdulrauf Singkili yang berpegangan kepada Agama Islam Mazhab Sjafi’i, oleh kesultanan Atjeh dibasmi ajaran Islam Mazhab Ibadiyah di Pantjur. Pelabuhan Pantjur habis dibumi hangus dan Abdulrauf Fansuri mati dibunuh.
Duaratus tahun kemudian, pelabuhan Pantjur dibangun lagi oleh Singamangaradja Dynasty, dengan nama : Pelabuhan “Gosong”.

1785 – 1824.
Trading post Inggris di Tapian Na Uli, di tepi Teluk Sibolga. Hanyalah berupa pied-a-terre serta tempat pengambilan air minum, antara Bencoolen serta Calcutta. Dagang Camphor serta dagang Kemenjan di Sorkam, Barus, Gosong, dan Singkil, tidak dapat direbut oleh pihak Inggris. Tapian Nan Uli menjadi penting, karena pihak Inggris dapar membeli garam di Rosa nearby. Inggris membutuhkan garam untuk Armed Forces yang concentrated di Malacca untuk merebut Pulau Djawa.

Oleh Inggris di claim, bahwa : “The Tapian Na Uli Territories” = Tanah Batak, adalah jajahan Inggris. Walaupun belum pernah diinjak oleh satu orang Inggris. Claim itu dimaksud, hanyalah untuk sesama Bangsa Eropah, yang ingin menjadi di Asia serta di Africa di daerah-daerah yang masih “blanco” menurut pembagian orang-orang Eropah. Orang Batak sendiri, tidak pernah turut tahu bahwa mereka pernah “British Subjects”.

Dari nama “The Tapian Na Uli Territories”, dari situlah asal mulanya nama “Keresidenan Tapanuli”. Diambil over oleh pihak Belanda, karena pada tahun 1824 digunakan di London di dalam perundingan “London Tractat”. Patut dihapuskan nama : “Tapanuli” itu, serta dikembalikan nama : “Tanah Batak”, seperti di dalam buku ini sangat consequent dilakukan.
Pihak Inggris di tepi Teluk Siboga sangat banyak membeli budak-budak ex daerah pengaliran Sungai Batangtoru, Puli Situmandi serta Sigeaon, yang disebutkan : “Orang-orang Nihe”. Oleh pihak Inggris, Udjung Karang = Padang settled dengan orang-orang Nihe itu. Kini di Padang masih sangat banyak orang-orang Nihe, ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, dan sangat setia merayakan Tabut Hassan Hussin.

1790.
Pagu Nasution yang lahir Pagan, menjadi Orang Batak yang pertama naik hadji. Kembali dari Tanah Mekkah dengan nama : Hadji Hassan Nasution.
Hadji Hassan Nasution kemudian menjadi : Tuanku Kadi Malikul Adil. Menteri Kehakiman di dalam Pemerintahan Tuanku Nan Rentjeh di Kamang, serta di dalam Pemerintahan Tuanku Imam Bondjol di Bondjol. Tuanku Kadi Malikul Adil adalah Ayah dari the ill famed Idris Nasution gelar Tuanku Lelo.

1800.
Tanah Batak Selatan serta Tanah Batak Utara lebih daripada 90% masih Sipelebegu = Pagan

1816.
Dibawah commando Tuanku Rao, Tentara Padri merebut daerah-daerah Mandailing, Angkola, serta Sipirok. Tuanku Rao bermarkas di Sipirok di atas Dolok Pamelean.
Zaman jahiliyah dengan pedang dihapuskan. Agama Islam Mazhab Hambali dengan nama : “Agama Silom Bondjol”, masuk di Tanah Batak Selatan.
Dibawah commando Tuanku Tambusai, Tentara Padri merebut pada seluruh daerah Padanglawas, mulai dari Sungai Rokan sampai ke Sungai Asahan.

1816 – 1833.
Zaman Bondjol di Tanah Batak Selatan.

1818.
Dibawah commando Tuanku Rao, Tentara Padri merebut daerah Uluan, Toba, Humbang, dan Silindung, di Tanah Batak Utara.
Mulai dari daerah Humbang, Plague dan Cholere Epidemics sangat parah menjangkit di seluruh Tanah Batak Utara, minus daerah Uluan. Man mode malaria menjangkit pula di daerah Mandailing serta Pahae. Suku Bangsa Batak berkurang separuh, berkurang 800.000 jiwa.

1818 – 1820.
Tingki Ni Pidari di Tanah Batak Utara. Mimpi Neraka=Night mare, yang paling parah sepanjang Sejarah Batak.
Tuanku Lelo bersimaharajalela di Toba. Setiap rumah habis dibakar, supaya terpaksa keluar wanita-wanita yang bersembunyi di dalamnya wholesale abduction di Toba, seperti oleh Tentara Turky di Balkan.
Catatan.
Pendudukan Tentara Padri di Tanah Batak Utara, bukannya 1825 – 1829, seperti tersebut di dalam Almanak HKBP. Angka-angka Tahunan yang terlalu tinggi itu terjadi, karena : Dahulu Pendeta-pendeta Djerman hanyalah menerka-nerka saja dari cerita-cerita lisan. Tanpa bandingan dengan Angka-angka Tahunan di dalam Tarich Hidjrah. Lagipula, pada tahun 1824 Tentara Belanda sudah mendirikan Fort de Kodk serta Fort van der Capellen. Mustahil, bahwa sesudah itu : Tentara Padri pergi begitu jauh ke Toba. Sayang sekali, bahwa : Pihak HKBP setiap tahun mencetak Angka-angka Tahunan yang salah itu. Tanpa critik, tanpa fikiran mencari Check Points. Patut di-correctie.

1819.
Singamangaradja X mati pahlawam satu lawan satu di dalam perang tanding contra Djatenggar Siregar gelar Tuanku Ali Sakti, di Bakkara. Pihak Sinambela menang 7 – 5, di dalam Perang Tanding 12 lawan 12 contra pihak Siregar Sipirok. Dengan demikian selesai Blood Feud antara Siregar Sipirok contra Singamangaradja Dynasty, yang mulai Sumpah Togar Natigor Siregar 650 tahun sebelumnya di Dataran Tinggi Humbang.
Singamangaradja XI lahir di Tandjungbunga.
Datu Amantagor Manullang menciptakan : “Mythos Si Pongkinangolngolan” Edition Toba = Mythos Kepala Terbang.

1820.
Tentara Padri meninggalkan Tanah Batak Utara, tanpa success meng-Islamkannya.
Kesultanan Asahan didirikan oleh Mansur Marpaung, seorang Perwira Tentara Padri yang deserted sesudah debacle Tentara Padri di Tanah Batak Utara. Demikian pula, keradjaan : Kotapinang, Panai, Bila, serta Marbau, didirikan oleh bekas Perwira Tentara Padri.

1821.
Pertempuran Air Bangis. Tuanku Rao mati pahlawan untuk penyelamatan Tuanku Imam Bondjol. Tuanku Sorik Marapi serta Tuanku Patuan Soripada, mengikuti Tuanku Rao mati pahlawan. Tuanku Lelo mengkhianat serta mengamankan diri
Radja Gadumbang membentuk Federation Mandailing lepas dari supremacy Bondjol Minangkabau.

1821 – 1833.
Tuanku Lelo bersimaharajalela di Angkola dan Sipirok, berkedudukan di Benteng Padangsidempuan. Sangat menguntungkan dagang Inggris di Tapian Na Uli. Tuanku Lelo dicalonkan Sultan oleh pihak Inggris.

1823.
Sir Thomas Stamford Raffless merumuskan policy supaya : “Atjeh yang Islam serta Minangkabau yang Islam, dipisah dengan Batak Christian Block”.
Untuk itu, harus selekas mungkin di Kristenkan Tanah Batak Utara, yang sudah ditinggalkan oleh Tentara Padri tanpa success meng-Islamkannya. Harus lekas, sebelum Kesultanan Atjeh di dalam jurusan terbalik meng-Islamkan Tanah Batak Utara, sesuai dengan policy Tuanku Nan Rentjeh.

Policy seperti itu, ditiru oleh Sir Thomas Stamford Raffless dari Lord Moira, Gubernur Djendral Inggris di Calcutta. Oleh Lord Moira sudah dirumuskan Policy, bahwa : “Burma yang Buddha serta Siam yang Buddha, harus dipisah dengan Karen Christian Block”.
Untuk itu, di Calcutta sudah tiba Pendeta-pendeta dari British Baptist Mission.

Usul dari Raffless itu, diterima oleh Lord Bentinck, pengganti dari Lord Moira di Calcutta. Pemerintah Inggris di Calcutta mengirimkan 3 orang Pendeta British Baptist Mission ke Tapian Na Uli, yaitu:
1. Pendeta Burton, seorang Philogist serta Ethnologist. Tugas : Menterjemahkan “The King James Bible kedalam Bahasa Batak. Kepala rombongan.
2. Pendeta Ward, seorang Hygienist, Tugas : Memeriksa situation dari Plague serta Cholera Epidemics di Silindung dan Toba, yang menyebabkan gagalnya Peng-Islaman Tanah Batak Utara oleh Tentara Padri.
3. Pendeta Evans, seorang Guru. Tugas : Mendirikan sekolah-sekolah di Tanah Batak Utara. Mulai di Tapian Na Uli.

1823 – 1824.
Pendeta Burton serta Pendeta Ward dari Tapian Na Uli, via Bonan Dolok serta Lobu Pining, fact finding memasuki Tanah Batak Utara, dan mencapai Silindung Valley. Pendeta Burton cepat sekali menguasai Bahasa Batak, dan sudah pula 40% selesai menterjemahkan King James Bible kedalam Bahasa Batak serta Tulisan Batak. Itulah terjemahan Bible yang pertama kedalam Bahasa Batak. Jauh lebih bagus bahasanya, daripada terjemahan Bible yang setengah abad kemudian dibuat oleh Pendeta Johannsen di Pansurnapitu, dan yang kini obligatorisch di dalam HKBP.
Akan tetapi, belum sampai ke Toba, Pendeta Ward sudah menasehatkan : “Mundur”. Plague dan Cholera Epidemics sudah padam di Silindung, akan tetapi : Masih sangat mengganas di Humbang serta di Toba.
Pendeta Burton serta Pendeta Ward kembali ke Tapian na Uli dan disitu membantu Pendeta Evans mendirikan Sekolah serta Rumah Piatu.
Pendeta Burton disalah gunakan oleh James Brookes menjadi juru bahasa di dalam perundingan dengan Tuanku Lelo. Sangat diambil marah oleh Pemerintah Belanda serta oleh Pimpinan British Baptist Mission.

1824.
Di dalam rangka Tractat London, Pemerintah Inggris menimbang terimakan The Tapian Na Uli Territories kepada Pemerintah Belanda. James Brookes, Pendeta Burton, dll. Orang-orang Inggris, harus pergi dari Tapian Na Uli. Semuanya dicurigai oleh Pemerintah Belanda : Sympathy dengan Tuanku Lelo dan sympathy dengan pihak Bondjol

1830 – 1867.
Singamangaradja XI memerintah di Bakkara Toba. Menggantikan Regency oleh Datu Amantagor Manullang 1819 – 1830. Kampung Bakkara dan daerah Toba serta Silindung, very energetic dibangun kembali dari ravage peninggalan “Tingki Ni Pidari”. Diadakan lagi Hubungan Diplomacy antara Singamangaradja Dynasty dengan Sultan-sultan Atjeh, yang sebelum Zaman Bondjol sudah sangat baik selama 10 generations. Singamangaradja XI sendiri 1843 – 1845 mengikuti Pendidikan Militair di Atjeh dan manjadi sahabat karib dari Ali Muhammad Sjah, Putra Mahkota Atjeh.

Dituliskan “Arsip Bakkara”. 23 jilid. Total satu setengah meter tebalnya. Sebagian merupakan Silsilah Radja Batak di Siandjur Sagala Limbong Mulana dan di Bakkara toba. Bersifat seperti : “The Book Of Kings” di dalam Bible, “The Twelve Caesars” oleh Suetonius. “Pararaton” dan Prapanca “Sejarah Banten”, “Sejarah Melayu”, “Bustanus Salathin” dan lain sebagainya. Sebagian berupa annals (Buku-buku Tahunan) perihal masa pemerintahan dari Singamangaradja XI.

1833.
Tentara Belanda dibawah commando Majoor Eilers mendarat di Natal dan menduduki daerah Mandailing. Perjanjian Pakantan. Radja Gadumbang menjadi “Regent van Mandailing”.
Tuanku Lelo mati dipancung di Batunadua. Finished Zaman Bondjol di Tanah Batak.

1833 – 1834.
Tentara Belanda dibawah commando Kolonel Elout menduduki daerah Angkola dan Sipirok. Bermarkas di bekas GHQ Tentara Padri di Dolok Pamelean di Sipirok. Untuk kedua kalinya, Sipirok digunakan menjadi batu loncatan untuk merebut daerah Toba dan Silindung di Tanah Batak Utara.

Kolonel Elout mengambil over “Raffless Policy”, perihal Divide Et Impera atas Suku Bangsa Batak. Formulated di dalam Bahasa Belanda, menjadi : “Wig Politiek”, yang bunyinya sebagai berikut :
“Een wig te drijven tusschen het Mohammedaansche Atjeh, “en het eveneens Mohammadansche Sumatra’s West Kust. “Een wig in de vorm van de gekerstende Bataklanden.

Pemerintah Belanda accoord dengan “Wig Politiek” akan tetapi : Tidak punya uang untuk mengongkosi peng-Kristenan Tanah Batak Utara secara expresse. Pemerinta Belanda sudah bancrupt, karena : Perang Belgia, Perang Djawa, serta Perang Padri yang masih berlangsung. Lagipula, Negeri Belanda sendiri sudah dirampas kosong oleh Tentara Napoleon.
Pemerintah Belanda mengizinkan kepada Kolonel Elout, dengan usaha sendiri meng-Kristenkan Tanah Batak Utara, tanpa perongkosan dari pihak Pemerintah Belanda.

Kolonel Elout very active. Dia ada Pendeta Tentara Belanda bawahan dia, antara lain : Pendeta Verhoeven di tangsi Tentara Belanda yang sedang dibangun di Pakantan Mandailing. Lewat Majoor Eillers turun perintah, bahwa : Pendeta Verhoeven harus mempersiapkan diri untuk meng-Kristenkan penduduk asli di Tanah Batak Utara. Pendeta Verhoeven harus bergaul dengan penduduk asli di Pakantan, dan harus belajar Bahasa Batak.

Disamping itu, kolonel Elout via his Sister in Boston USA, meminta pula kepada American Baptist Mission supaya mengirim Pendeta ke Tanah Batak Utara yang masih Pagan, dan yang sudah ditinggalkan oleh British Baptist Mission. Permintaan itu, diperkuat pula dengan financing oleh Clipper Millionairs di Boston, yang mau saja sedikit investment mengongkosi Pendeta ke Tanah Batak Utara. Dengan maksud supaya Dagang Export dan Import dari Tanah Batak Utara, seluruhnya jatuh kepada mereka itu.

Catatan.
Seperempat abad kemudian Hamburg Millionairs mengongkosi Pendeta dari Barmen untuk meng-Kristenkan Tanah Batak Utara. Hasilnya, 1880 – 1940, di belakang “Rheinische Missions Gesselschafft, seluruh Dagang import dan Export dari Tanah Batak Utara, 100% di Monopoly oleh “Hennemanu Aktions Gesellschafft”. Sesudah PD II total dari Pengusaha National, tidak pun sanggup mendekati 100% dari volume dagang “Hennemann & Co”. dahulu di Tanah Batak Utara.


1833 – 1865.
“Agama Silom Bondjol” = Agama Islam mazhab Hambali berupa a thin veneer di Tanah Batak Selatan, di retool oleh Agama Islam Mazhab Sjafi’i.
Di dalam bidang itu, di daerah Sipirok sangat berjasa : Kulipah Somad Nasution yang datang dari Hutasiantar Mandailing. Yakni : Seorang cucu pula dari Pagu Nasution alias Hadji Hassan Nasution gelar Tuanku Kadi Malikul Adil. Dengan demikian, Kulipah Somad Nasution serta Djarumahot Nasution adalah bersaudara sepupu =Cousins. Kulipah Somad Nasution sangat banyak dibantu oleh Djamarilun Nasution, seorang Putra dari Djarumahot Nasution.


1833 – 1930.
Big Treck penduduk Tanah Batak Selatan yang sudah Islam, via Kelang ke Selangor Malaya. Semula, karena segala kaki tangan dari “Bondjol” di Tanah Batak Selatan diburu-buru oleh Pemerintah Hindia Belanda, terutama untuk memperoleh Harta Karun Tuanku Lelo. Lagipula, sangat banyak orang-orang Namartjap peninggalan Tuanku Lelo,yang menyingkirkan diri ke Selangor Malaya. Last but not least, Entjik Hussein bin Idris di Selangor Malaya suka menampung orang-orang ex Tanah Batak Selatan. Exodus itu, berhenti pada tahun 1930 karena mulai malaise.
Orang ex Tanah Batak Selatan dibawah pimpinan Radja Asal bin Idris seorang Putra dari Tuanku Lelo, berontak terhadap Yangdipertuan Radja Negeri Sembilan, untuk mendirikan Keradjaan Kelang. Tidak success, karena dibasmi oleh pihak Inggris. Akibatnya, daerah Kelang lepas dai Keradjaan Negeri Sembilan dan masuk kedalam Kesultanan Selangor.
Kini sangat banyak pembesar Negara Persekutuan Tanah Melayu, termasuk Duta besar, yang mengaku berketurunan Tanah Batak Selatan

1834.
Djamandatar Lubis serta Kalirantjak Lubis, 2 orang bekas Perwira Tentara Padri yang selamat kembali dari Toba, di Pakantan Mandailing di baptiskan oleh Pendeta Verhoeven masuk Kristen Protestan Calvinist. Itulah orang-orang Batak yang pertama masuk Kristen, 1834. Bukannya Simon Siregar serta Jakobus Tampubolon (1861), sebagaimana setiap tahun masih saja salah dicetak di dalam Almanak HKBP.

Dari Boston USA. Pimpinan dari American Baptist Mission benar mengirim 3 orang Pendeta ke Tanah Batak. Yakni : Pendeta Lyman. Ellys ditempatkan di Mandailing, untuk meladeni orang-orang bekas Islam yang tidak disangka dapat di-Kristenkan oleh Pendeta Verhoeven. Pendeta Lyman serta Pendeta Munson harus mengikuti jejak dari Pendeta Burton serta Pendeta Ward 10 tahun sebelumnya.

Dari Siboga, Pendeta Lyman serta Pendeta Munson Memasuki pedalaman Tanah Batak Utara. Mereka di sertai oleh Djamal Pasaribu selaku juru bahasa. Karena, Berlainan dengan Pendeta Burton, Pendeta Lyman serta Pendeta Munson tidak suka buang waktu untuk terlebih dahulu belajar Bahasa Batak di tepi Teluk Siboga. Very stupid Radja Panggulamai

Lagipula, Pendeta-pendeta Amerika itu, adalah good shots=pandai berburu. Mereka membawa Kentucky rifles yang lebih tinggi daripada, manusia, untuk deer hunting for meat supply. Di dekat kampung Labupining, Pendeta Lyman accidentally menembak mati seorang wanita tua, Pendeta Lyman accidentally menembak mati seorang wanita tua, yang kebetulan adalah Namboru (Fathers Sister), dari Radja Panggulamai.

Oleh Radja Panggulamai, Pendeta-pendeta Amerika itu disuruh tangkap, diikat pada tonggakl dan dihukum mati. Djamal Pasaribu yang di Tapian Na Uli, sedikit Pidgin English, tidak berhasil membebaskan 2 orang tawanan kulit putih itu.

Pendeta Lyman serta Pendeta Munson di Lobupinang menjalani hukuman mati “Ermordet and augegessen” begitulah kamudian dituliskan atas batu marmar pada tugu peringatan Pendeta yang malang itu, dituliskan oleh Pendeta Djerman yang setengah abad kemudian datang di Lobupining. Oleh orang Indonesia tulisan yang sangat menghina itu, dihapuskan sesudah Pendeta Djerman semuanya dikurung di belakang kawat duri dari Pemerintah Belanda, 1940.
“The Blood Of The Martyr.
“Is The Seed Of Religion.

1834 – 1838.
Pemerintah Militair Belanda di Tanah Batak Selatan. Di atas Dolok Pamelean di Sipirok didirikan rumah Kolonel. Sipirok untuk kedua kalinya menjadi bau loncatan, untuk merebut Tanah Batak Utara. Di dalam jangka waktu seperempat abad saja. Dolok Pamelean di Sipirok berturut-turut menjadi GHQ’s Tuanku Rao dan Kolonel Elout.

1838 – 1884.
Residentie Air Bangis di dalam Gouvernment Sumatra’s West Kust. Ber-Ibukota di Air Bangis. Meliputi Tanah Batak yang bit by bit ditundukkan kebawah Pemerintah Kolonial Belanda, sebagai berikut.
Mandailing, Angkola, dan Sipirok, 1838 menjadi “Direct Bestuurd Gebied” (Daerah Pangreh Pronjo). Radja Gadumbang tidak benar dijadikan Sultan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, akan tetapi : Dibohongi menjadi “Regent Voor Het Leven” (Pemangku Seumur Hidup).

Daerah Padanglawas masih dikuasai oleh Tuanku Tambusai hingga tahun 1863. Kemudian sebagian dari daerah Padanglawas menjadi daerah Pangred Prodjo di dalam Residentie Air Bangis (yang sejak 1905 menjadi Residentie Tapanuli), dan sebagian menjadi daerah Swapadja di dalam Residentie Bengkalis (yang menjadi Sumatra Timur).
Silindung masuk kedalam Residentie Air Bangis pada tahun 1873, dan Toba pada tahun 1881.

1843 – 1845.
Singamangaradja XI mengikuti Pendidikan Militair di Indrapuri Atjeh.

1845 – 1847.
Teku Nangta Sati mengepalai Atjeh Military Mission di Bakkara Toba. Bersama Singamangaradja XI, Teku Nangta Sati membuat siasat gerilya, yang kemudian 1873 – 1907 sangat membingungkan pihak Imperialis Belanda.

1846.
Di Bakkara Toba lahir Prince Parobatu, satu-satunya Putra dari Singamangaradja XI.

1857 – 1861.
Zending Calvinist Belanda dari “Geredja Petani Ermeloo Holland”, active di Tanah Batak Selatan. Yakni : Pendeta van Asselt di Parausorat Sipirok, Pendeta Dammerboer di Hutarimbaru Angkola, Pendeta van Danen di Pagarutan Angkola dan Pendeta Betz di Bungabondar Sipirok.

Tidak success membendung Agama Islam Mazhab Sjafi’i, yang di dalam suasana Pax Neerlandica meretool “Ugamo Silom Bondjol” (Agama Islam Mazhab Hambali) di Tanah Batak Selatan. Pemerintah Kolonial Belanda mempercayakan Peng-Kristenan Tanah Batak Utara dan Selatan, kepada Pendeta Djerman dari “Rheinische Missions Gesellschafft”, yang nganggur di Batavia sejak diusir keluar dari Kalimatan Selatan, oleh Pangeran Hidayat.

Pemerintah Belanda menghubungkan Pendeta Fabri pemimpin “Rheinische Missions Gesellschafft” di Barmen Djerman, dengan Pendeta Witteveen pemimpin dari “Geredja Petani Ermelo Holland”. Pendeta Witteveen terpaksa mengalah, karena : Tidak punya uang. Sedangkan “Rheinische Missions” sangat kuat keuangannya, karena backing dari “Hennemann Aktions Geskffschaft” di Hamburg. Yang kemudian 1880 – 1940 benar berhasil memonopoly dagang import serta export dari Tanah Batak Utara, yang sudah di Kristenkan.

1861.
pada tanggal 7 October 1861, di dalam rumah Pendeta van Asselt di atas tanah pusaka Bondanalolot Nasution di Parausorat Sipirok. Diadakan Rapat Bersama oleh Pendeta Belanda yang sudah active di Tanah Batak serta Pendeta Djerman yang baru datang. Rapat dibuka oleh Pendeta van Asselt, dan ditutup oleh Pendeta Klammer. Artinya : Pimpinan peng-Kristenan Tanah Batak sudah berpindah dari tangan Pendeta Beland dan sudah dipegang oleh Pendeta Djerman.

Pendeta Dammerboer serta Pendeta van Dalen tidak suka dikebawahkan kepada “Moffen” = orang Djerman. Mereka menempuh ujian dan berpindah menjadi guru pada Pemerintah Hindia Belanda. Nama Dammerboer kemudian sangat terkenal berhubung dengan Kweekschool Padangsidempuan.

Tanggal 7 October 1861 kemudian sangat dimuliakan oleh orang-orang Batak Kristen Protestan Lutheran selaku tanggal lahir dari HKBP=Huria Kristen Batak Protestan. Walaupun sebenarnya HKBP, didirikan pada tanggal 11 Juni 1931, dengan sesuatu “Acte Rechtspersoon”.


1861 – 1907.
Supaya lebih mudah mendapatkan tanah concession untuk plantations, maka : Pemerintah Hindia Belanda mengadakan “Zelfbestuur” (Swapradja), di Keresidenan Bengkalis Sumatra Timur. Sekaligus untuk Divide Et Impera, Tanah Batak dipecah sebagai berikut :
1. Yang di Keresidenan Tapanuli. “Direct Bestuurd Gebied”=Pamong Pradja.
2. Yang di Sumatra Timur. “Zelfbestuurs Gebied”=Swapradja.
3. Daerah-daerah : Singkil, Gajo dan Alas, atas permintaan Komandan Tentara Belanda di Kotaradja, dimasukkan kedalam Atjeh.

Daerah-daerah Batak yang menjadi Swapradja dan yang sedikit banyak menjalani Malayation, adalah sebagai berikut :
1. Kesultanan Langkat. Bekas Keradjaan Haru Wampu di Tanah Karo Dusun.
2. Kesultanan Deli. Bekas Vassal Sultanate Haru Delitua di Tanah Karo Dusun.
3. Kesultanan Serdang. Bekas daerah-daerah : Perbaungan, Pakam, Patumbukan, serta Bangunpurba, dari Keradjaan Dolok Silo Simalungun.
4. District Bedagai. Dilepaskan dari Keradjaan Raya Kahean Simalungun. Dibawah seorang Tengku, mendapat status seperti Pakualaman Djokdja.
5. Kesultanan Asahan, yang didirikan oleh Mansur Marpaung gelar Tuanku Asahan
6. Keradjaan Kotapinang, yang didirikan oleh Alamsjah Dasopang gelar Tuanku Kotapinang.

Catatan :
Keradjaan Kotapinang di muara Sungai Barumun, itulah yang paling banyak tinggal Batak, di antara “Daerah-daerah Tengku” ciptaan Belanda itu.
7. Dll, dll, yang kecil-kecil seperti : Marbau, Panai, Bila, dan lain sebagainya.
8. Lagipula, di Simalungun diciptakan 3 Keradjaan yang baru, untuk memecah belah Keradjaan Dolok Silo, serta Keradjaan Raya Kahean.
9. Climax di Tanah Karo Gunung diciptakan Keradjaan Sibayak.
Pada tahun 1947, Revolutie Rakyat menyapu bersih segala Feodallism ciptaan Belanda di Sumatera Timur. Kesultanan Siak Sri Indrapura tidak diganggu oleh Revolutie Rakyat. Akan tetapi kemudian dihapuskan oleh Pemerintah Republiek Indonesia. Di Kesultanan Siak Sri Indrapura tidak terjadi massacre, seperti di Kesultana Langkat.

1863.
Pendeta Nommensen dari Sipirok memasuki Silindung. Peng-Kristenan Tanah Batak Utara dimulai,dan dikerjakan very systematic. Dengan backing dari Radja Pontas Lumbantobing, Pendeta Nommensen mendirikan Geredja yang pertama di Tanah Batak Utara, yakni di Hutadamai Silindung.

1864 – 1866.
Prince Parobuta selama 2 tahun mengikuti Pendidikan Militair di XXV Mukim, Atjeh. Prince Parobuta pun membawa sesuatu Acheh Military Mission ke Bakkara.

1867.
Pecah lagi Cholera epidemics di Tanah Batak Utara. Singamangaradja XI The Great wafat karena Cholera. Prince Parobatu naik tahta menjadi Singamangaradja XII gelar Ompu Radja Pulo Batu.
Pendeta Nommensen serta Radja Pontas Lumbangtobing sangat mujur, unexpecpectedly dapat meng-Kristenkan orang-orang Batak yang mendadak berduyun-duyun datang ke Christian community di Hutadamai, untuk mencari perlindungan dari Cholera.

1867 – 1884.
Singamangaradja XII selama 17 tahun memerintah di Bakkara dengan tangan besi. Untuk mempertahankan “Singgasana Batak Pagan Priest Kings”, yang di Tanah Batak Utara sudah selama 12 generations diduduki oleh Singamangaradja Dynasty, maka : Singamangaradja XII secara totalitair menentang Pemerintah Belanda, serta menentang infiltration dari Agama Kristen yang dibawa oleh Pendeta Djerman. Terang bahwa orang-orang Batak yang sudah Kristen (dan lebih lagi yang sudah Islam), tentulah tidak mau mengakui seorang Batak Pagan Priest King.

Radja Pontas Lumbantobing di Saitnihuta Silindung, menjadi Antipode dari Singamangaradja XII.
1. Radja Pontas lumbantobing berpendirian bahwa Singamangaradja Dynasty pada tahun 1819 sudah putus, pada waktu Singamangaradja X mati dipancung oleh Tentara Padri.
2. Radja Pontas Lumbantobing berpendirian, bahwa orang-orang Tanah Batak Utara harus menyesuaikan diri dengan Zaman Modern. Artinya :
A. Harus Bersekolah, dan
B. Harus ber-Agama Monotheist.
Sangant benar pendirian Radja Pontas Lumbantobing.

Radja Pontas Lumbantobing, bukanlah primair Pengkhianat Bangsa selaku Antipode dari Singamangaradja XII, Pahlawan Nasional Indonesia. Akan tetapi : Radja Pontas Lumbantobing adalah primair El Benefactor Tanah Batak Utara, selaku penganjur supaya orang-orang Tanah Batak Utara mulai bersekolah serta mulai ber-Agama Monotheist. Setiap orang Tanah Batak Utara yang Kristen, dan yang pandai membaca dan menulis, harus berterima kasih hal itu kepada Radja Pontas Lumbantobing, dan bukanlah kepada Singamangaradja XII, Pahlawan Nasional Indonesia.

Di Tanah Batak Utara didirikan sangat banyak Sekolah-sekolah Zending jauh lebih banyak per capita daripada pernah ada Sekolah-sekolah Desa di Pulau Djawa. Anak-anak dari Sintua=Elders Of The Church, mendapat priority masuk Sekolah Zending. Untuk menjadi Sintua, orangnya harus patuh Kristen. Orang Tanah Batak Utara berlomba-lomba menjadi Sintua. Anak-anak dari Sintua serta cucu dari Sintua di dalam abad ke-XX sangat banyak membanjir ke Sumatra Timur serta ke Pulau Djawa, turut memperebutkan kedudukan yang lucrative. Benar bahwa Radja Pontas Lumbantobing adalah El Benefactor Tanah Batak Utara. Patut dihormati.

Singamangaradja XII Pagan Priest King menjadi kehilangan bantuan dari Rakyat Jelata di toba dan Silindung, yang sudah masuk Kristen, dan sudah berlomba-lomba menjadi Sintua.
Penduduk Dairi, Pakpak, dan Simsim, masih Pagan dan karena itu : Masih sangat setia kepada Singamangaradja XII tidak selaku Pahlawan Nasional Indonesia, akan tetapi : Selaku Batak Pagan Priest King. Singamangaradja XII meninggalkan Bakkara dan pergi bergerilya di daerah-daerah yang masih Pagan itu, 1884 – 1907.

1869.
Karya dari Pendeta Ellys di Mandailing, sangat melanjutkannya karena sebagai berikut :
1. Baptists=”Doopsgezinden” sangat sedikit di dunia ini. Baptists melepaskan diri dari Geredja Rom Katholiek, lebih dahulu daripada Protestants dengan Martin Luther pada tahun 1517. Baptist meng-Kristenkan orang-orang dewasa dengan cara kecemplung seluruh badan di dalam sungai. Seperti oleh Johannes Pembaptis, sebelum Jezus Christus.
2. American Baptist Mission serta British Baptist Mission tidak mau lagi mengongkosi Pendeta di Pakantan Mandailing, yang sudah solide ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i. Disitu tidak ada lagi orang-orang Silom Bondjol, yang entah dapat di-Kristenkan. Rugi orang-orang yang sudah Islam, hanyalah exceptionally mau masuk Kristen, artinya : “Se-olah-olah kembali kafir”.

Romanov Dynasty = Pemerintah Tsar di Russia, ber-Agama Kristen Orthodox Katholiek. Akan tetapi : di Ukraina Russia Selatan ada sedikit Baptists keturunan Belanda, yang disitu disebutkan : “mennoniets”, karena mereka adalah para keturunan dari Menno Simons. Baptists, “Doopsgezinden” di Negeri Belanda habis dibasmi oleh Protestants, di dalam periode 1568 – 1648. Baptists orang-orang Belanda para pengikut dari Menno Simons, melarikan diri ke Ukraina Rusia. Disitu mereka dilindungi oleh Romanov Dyanasty, karena mereka sangat pandai perihal pertanian serta peternakan.

Romanov Dynasty sedang asyik menanam pengaruh di seluruh Asia, mulai dari selat, Dardanella, sampai ke Wladiwostok. Oleh Romanov Dynasty diatur, supaya Pendeta Mennoniet dari Ukraina Russia, pergi ke Pakantan Mandailing, 1869 – 1918.
Geredja yang di Pakantan Mandailing didirikan pada tahun 1838 dirombak dan diganti dengan sesuatu Geredja model Basilyk Russia, lengap dengan atap yang “berbentuk bawang”, 1869. Pendeta-pendeta Mennoniet Russia pada tahun 1918 berhenti di Pakanta Mandailing, karena Romanov Dynasty pun berhenti di Russia. Pendeta Iwan Tissanov, Pendeta Mennoniet Russia yang terakhir di Pakantan Mandailing, pindak ke Bandung. Disitu dia sangat berjasa menjadi pelopor dari “Cabaret Dardanella”, meng-introduceer high kicking kedalam “extra” dari Sandiwara Rakyat.

Para Keturunan dari Kalirantjak Lubis serta Djamandatar Lubis, kini menjadi anggota yang sangat setia dari HKBP menjadi orang Kristen Protestan Lutheran. Namanya harum semerbak karena nama : Martinus Lubis, Pahlawan Medan 1947. Tidak percuma para keturunan dari Perwira Tentara Padri yang 1818 – 1820, turut merebut Toba.

1870.
Situation Agama di Tanah Batak.
1. Di Tanah Batak Selatan.
a. 90% ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i.
b. Remaining 10% ber-Agama : Islam Mazhab Sji’ah di Natal dan Siboga, Kristen Protestant Calvinist di Sipirok, serta Kristen Baptist di Pakantan Mandailing.
c. “Agama Silom Bondjol” serta Paganism sudah tinggal exceptional.
2. Di Tanah Batak Utara.
a. 90% Pagan = Sipelebegu.
b. Remaining 10% ber-Agama : Islam Mazhab Sjafi’i di daerah pengaliran Sungai Asahan, Islam Mazhab Sji’ah di kampung Hutagalung, serta Kristen Protestan Lutheran di kampung Hutadamai Silindung serta kampung Saitnihuta Silindung.

1873.
Mesjid yang sedang dibangun di Tarutung, dirombak oleh Tentara Hindia Belanda. Hadji-hadji dari orang Marga Hutagalung dikeluarkan dari Silindung Valley, oleh Pemerintah Belanda. Agama Islam di Tanah Batak Utara, dibendung oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Pertempuran Tanggabatu yang kedua, Singamangaradja XII luka kena tembak, dan mengeluarkan darah. Hal mana sangat menggoncangkan kepercayaan akan Alemu pada Singamangaradja XII.
Offensive Power Singamangaradja XII patah dilumpuhkan oleh Tentara Belanda. Dari Dataran Tinggi Humbang. Bakkara ditembaki oleh Tentara Belanda dengan Artillery, akan tetapi tidak diserang dengan Infantry.

1881.
Toba direbut serta diduduki oleh Tentara Belanda. Di Balige di tempatkan Controleur BB. Di Laguboti ditempatkan Detachement Tentara Belanda, di bekas tempat Markas Tuanku Lelo. L’histoire se repete.
Pendeta Pilgram di Balige, serta Pendeta Bonn di Muara, mulai peng-Kristenan daerah Toba. Tentara Belanda diperkuat, dan Laguboti menjadi garnizoen tetap.

1882 – 1884.
Singamangaradja XII di Bakkara sangat active meng-organiseer pengusiran Pemerintah Belanda serta pengusiran Pendeta-pendeta Djerman keluar dari Tanah Batak Utara.
Singamangaradja XII menjanjikan uang sebanyak 300 Ringgit Burung, untuk setiap orang yang memancung seorang Pendeta Djerman serta membawa bukti berupa kepala yang dipancung itu. Terutama Pendeta Bonn di Muara (antara Bakkara dan Balige) berada di dalam keadaan bahaya maut dan mesti mendapat pengawalan.

1883.
Destor Nasution, Putra dari Djarumahot Nasution alias Hussni bin Idris serta cucu dari Idris Nasution gelar Tuanku Lelo, menjadi Pendeta. Orang Batak yang pertama ditahbiskan menjadi Pendeta. Greatgrandson dari Pagu Nasution alias Hadji Hassan Nasution gelar Tuanku Kadi Malikul Adil. Orang Batak yang pertama naik Hadji, 1790.
Tentara Singamangaradja XII menyerang Muara, dengan maksud hendak merebut kembali daerah Toba, serta mengusir Tentara Belanda dari Laguboti. Pendeta Bonn serta isterinya, luput dari bahaya maut dari rumahnya yang dibakar di Muara.
Bakkara dikepung oleh Artillery serta Infantry Belanda serta ditembaki hancur lebur.

1884.
Para keturunan dari Idris Nasution gelar Tuanku Lelo yang ber-Agama Kristen, diusir keluar dari kampung Parausorat Sipirok, oleh para keturunan dari Idris Nasution gelar Tuanku Lelo yang tetap ber-Agama Islam. Destor Nasution alias Pendeta Petrus Nasution mendirikan kampung Padang Matinggi, sesuatu Kampung Kristen di Tanah Batak Selatan. Khusus Kristen hingga ini hari. Menyusul pula kampung Sumurana didirikan oleh Orang-orang Marga Pulungan yang ber-Agama Kristen, dan dikeluarkan dari Baringintumburjati.
Dibawah cover Artillery, Bakkara direbut oleh Infantry Belanda.
23 jilid buku-buku “Arsip Bakkara” diamankan oleh Pendeta Pilgram.

Singamangaradja XII cs hidjrah ke Tamba, dan dari situ bergerilya di daerah-daerah : Dairi, Pakpak, serta Simsim, yang masih Pagan dan yang tetap setiap kepada Singamangaradja XII selaku Batak Pagan Priest King.

Putri Lopian Boru Sinambela muncul di gelanggang sejarah. Di dalam usia 11 tahun, Putri Lopian Boru Sinambela di Bakkara mendirikan “Tortor”, untuk memintakan Rachmat dari Debata Muladjadi Nabolon untuk perjuangan Ayahnya, Singamangaradja XII. 1884 – 1907 selama 23 tahun, Putri Lopian Boru Sinambela sangat setia mendampingi Singamangaradja XII, Pahlawan Nasional Indonesia, di dalam gerilya di hutan-hutan. Satu-satunya wanita Indonesia yang pernah bergerilya non stop selama 23 tahun. Patut dihormati Putri Lopian Boru Sinambela, Sri Kandi Batak. Sedikitnya dihormat dengan nama taman serta dengan nama sesuatu Girl College.

1884 – 1905.
Padangsidempuan ibukota Keresidenan Tapanuli, yang dipindahkan dari Air Bangis. Karena Guru Batak murid dari Willem Iskandar, maka : “Kweekschool Padangsidempuan menghasilkan orang-orang Batak intellektueel, yang pertama merasa dirinya : “Batak Sejati”. Antara lain : Sutan Martua Radja yang kemudian sepenuh hati menjadi “Penyelidik Sejarah Batak”, 1891 – 1941.

1884 – 1907.
Singamangaradja XII, Pahlawan Nasional Indonesia dengan heroisma yang maha besar, gagah perkasa bergerilya contra Penjajahan Belanda, di daerah : Pakpak, Dairi, dan Simsim. Tanpa sedikit pun bantuan dari Orang-orang Toba dan Silindung, yang sudah berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya serta cucu-cucunya, dan untuk itu rebut-rebutan untuk menjadi Sintua.

1905.
Ibukota Keresidenan Tapanuli dipindahkan dari Padangsidempuan ke Siboga “Europeesche School” di Siboga membuka kemungkinan untuk Orang Batak, supaya menuntut ilmu di dalam Bahasa Belanda, antara lain untuk menjadi Dokter.

1907.
Singamangaradja XII mati Pahlawan.

1912.
Permulaan dari Islam Reveille di Tanah Batak Selatan, yang sudah satu abad lepas dari Kegelapan Jahiliyah. Dimulai di Tanobato Mandailing , oleh Hadji Mustafa Hussin Purbabaru, seorang bekas murid dari Renovator Besar : Sjeich Muhammad Abduh Rector Magnificus dari Sjafi’itic Al Azhar University di Cairo Mesir. Didirikan “Perguruan Mustafawiyah”, Perguruan Islam secara methodiek modern, yang pertama di Tanah Batak. Menarik siswa-siswa sampai dari Sipirok dan dari Porsea.


Catatan :
Parallel dengan itu di Minangkabau juga sangat active bekas murid-murid Sjeich Muhammad Abduh seperti : Hadji Karim Amarullah, Hadji Djamil Djambek, dll, dll.
Demikian pula di Kesultanan Langkat, para keturunan dari Djatenggar Siregar gelar Tuanku Ali Sakti, yang mendirikan : “Lilbanaad College”.

CATATAN :
1. Daftar Angka-angka Tahunan ini, sangat diperpendek serta streamlined dari aslinya : “Sejarah Batak”, yang 900 halaman tebalnya, disusun oleh Sutan Martua Radja pada tahun 1939. Itulah percobaan yang pertama, menuliskan Sejarah Batak yang exact serta terikat pada Angka-anagka Tahunan. Sudah mulai disusun pada waktu orang-orang Batak masih ribut-ribut nonsense “Mythos Batak” serta nonsense “Taromba”=genealogies yang hanyalah mengenai keturunan dari satu Marga saja.
2. Angka-angka Tahunan sesudah tahun 1914, dikeluarkan dari Daftar ini tersendiri disusun berupa : “Contemporary Batak History”.
Posted by Amir Husin Daulay at 9:14 0 comments
Lampiran 30
Renaissance Suku Bangsa Batak


1816 – 1833.
‘”Zaman Bondjol” di Tanah Batak Selatan, yakni : Pendudukan selama 17 tahun oleh Tentara Padri serta oleh War Lord Army Tuanku Lelo.

1818 – 1820.
“Tingki Ni Pidari” di Tanah Batak Utara, yakni : Pendudukan selama 2 tahun oleh Tentara Padri

Balance.
Untuk penduduk Tanah Batak Selatan dan untuk penduduk Tanah Batak Utara, pendudukan Tentara Padri merupakan malapetaka yang terbesar sepanjang zaman. Apakah untung ruginya pendudukan Tentara Padri, untuk Suku Bangsa Batak yang didapatinya masih pagan ??
I. Untuk penduduk Tanah Batak Selatan, Tentara Padri berjasa besar menghapuskan kegelapan jahiliyah, dan menanamkan Agama Islam, Mazhab Hambali. Sehingga setangah abad kemudian, penduduk Tanah Batak Selatan mudah dapat retooled kedalam Agama Islam, Mazhab Sjafi’i. Agama Islam, Mazhab Hambali (Ugamo Silom Bondjol), hanya itulah bentuk dari Agama Islam yang sanggup mendobrak paganism pada Suku Batak in splendid isolation.
II. Untuk penduduk Tanah Batak Utara, Tentara Padri berjasa memungkinkan perkembangan dari Agama Kristen Protestan Lutheran. Kedengaran seperti contradictio-in-terminis, akan tetapi dududknya very simple, sebagai berikut :
1. Tentara Padri memancung Singamangaradja X. penduduk Silindung mengerti bahwa : Singamangaradja Dynasty bukannya unvulnerable, bukannya infallible. Goncang kepercayaan akan Alemu (magic powers) pada Radja-radja Singamangaradja, selaku Halinu Ni Debata Muladjadi Nabolon, selaku Batak Pagan Priest Kings.
2. Radja-radja Singamangaradja Dynasty serta Radja-radja Sorimangaradja Dynasty sudah selama 100 generations, selama 3.000 tahun, merupakan “Halinu Ni Debata Muladjadi Nabolon” (Gods Shadow On Earth). Merupakan penghalang yang terbesar di dalam perkembangan segala Agama Monotheist di Tanah Batak Utara, termasuk Agama Islam yang sejak tahun 1500 sudah ada di Barus, Teluk Siboga, dan sekitar muara Sungai Asahan.
3. Karena runtuh Singamangaradja Dynasty, maka : Paganism pun turut runtuh di Tanah Batak Utara, mulai di Silindung.
4. Diatas reruntuhan dari Paganism, sejak tahun 1863 di Tanah Batak Utara dapat berkembang Agama Kristen QED.
Di dalam military parlance dapat dikatakan :
A. Tentara Padri di Tanah Batak Utara merupakan Artillery, to soften-up Paganism.
B. Agama Kristen di Tanah Batak Utara merupakan Infantry, menyusul, menduduki, dan memperbaharui Law and Order.
C. Catatan : Orang-orang yang segera mengenai strategy tersebut itu adalah : Sir Thomas Stamford Reffless dan Kolonel Elout. Itulah sebabnya maka : Selekas mungkin penduduk Toba dan Silindung segera setelah tanpa di-Islamkan ditinggalkan oleh Tentara Padri, hendak di-Kristenkan oleh Sir Thomas Stamford Reffless dengan menggunakan Pendeta Burton dan Pendeta Ward. Mutares mutandis demikian pula oleh Kolonel Elout, dengan menggunakan Pendeta Lyman dan Pendeta Munson.

Selection.
Tidak kurang jasa dari pendudukan Tentara Padri untuk penduduk Tanak Batak Utara Selatan, di dalam bidang selection. Karena mati di pancung dan karena epidemics, penduduk Tanah Batak di waktu pendudukan Tentara Padri berkurang separuh berkurang 800.000 jiwa. Artinya : Orang-orang Batak yang ada sekarang ini, adalah para keturunan dari the fittest, para keturunan dari mereka yang sanggup mengatasi segala malapetaka di waktu pendudukan Tentara Padri.
Bandingkan : Selection 50% atas orang-orang Djawa, hanyalah berupa prophesy dari King Djojo Bojo, akan tetapi : Belum pernah benar dijalani. Seandainya masih mesti dijalani, maka berarti bahwa harus + 40.000.000 orang Djawa yang mesti mati serentak. Berat juga !!
Di seluruh Indonesia. Suku Bangsa Batak adalah satu-satunya Suku Bangsa yang pernah menjalani selection 50%.
Karena nenek moyangnya 5 @ 7 generation yang lau, begitu berat selected-out maka : Di dalam abad ke-XX dan di dalam Republik Indonesia. Orang-orang Batak sanggup mengambil tempat yang jauh tidak seimbang dengan sensus. Artinya : Orang Batak yang tidak pun cukup 2% dari total orang-orang Indonesia, sanggup nmenghasilkan sampai puluhan persent dari Doctorandus, Sarjana Hukum, Insinyur, Notaris, Accountans. Mendadak ketinggalan kawannya selaku Proto Malayans yang juga berkurung in splendid isolation selama 3.000 tahun, yakni : Suku Bangsa Toradja.
Karena selamat mendapat selection tersebut itum Suku Bangsa Batak malahan sanggup berlomba dan meninggalkan Suku Bangsa lan di Indonesia, yang ratusan tahun lebih dahulu mengenal civilizations Agama Hindu, Islam, dan Kristen. Yang ratusan tahun pula lebih dahulu mengalami penjajahan asing oleh pihak Belanda. Itulah sebabnya maka di dalam Republik Indonesia. Orang-orang Batak yang baru saja lepas dari paganism, lepas dari cannibalism, berani tanding dengan orang-orang Minangkabau, orang-orang Djawa, siapa saja heran bin ajaib yang hanyalah dapat dimengerti, jika diperhitungkan selection maha berat yang dijalani oleh Suku Bangsa Batak di waktu pendudukan Tentara Padri.

Orang-orang Batak di dalam Nation Building Indonesia.
Sebelum PD II, masih di zaman Kolonial Belanda. Suku Bangsa Bataj yang baru saja melek dan dikira masih cannibal, sudah sanggup turut menyumbangkan outstanding Indonesians. Menyumbangkan Pioneers yang patut memorized. Antara lain sebagai berikut :
1. Seorang bintang wartawan nasional : Parada Harahap.
2. Seorang Pendiri “Antara” : Sipahutar.
3. Seorang non cooperator : Bung Amir.
4. Sangat banyak Digulists seperti : Banteng Gemuk, Urbanus Pardede, Jahja Malik dll, dll.
5. Seorang independent ahli sejarah : Sutan Martua Radja.
6. Seorang industrialist : Baginda Pipin.
7. Seorang importer exporter : Hadji Muhammad Yassin Tambunan.
Sanggup meladeni new emerging Republik Indonesia, Suku Bangsa Batak sangup menyumbangkan tenaga-tenaga sebagai berikut :
1. Seorang seniman perang : Cornel Simandjuntak.
2. Seorang gentlemen parliamentarian : Mangara Tambunan.
3. Seorang KSAP : Kolonel Sim.
4. Seorang KSAD : Kolonel Nas.
5. Seorang ahli bom tarik : Scram !!
Pada waktu concept dari buku ini di tutup (tahun 1964), ada tiga orang menteri yang berketurunan Batak lebih penting lagi : Ada pula seorang majikan yang memberikan mata pencaharian kepada puluhan ribu orang, yakni : RTD Pardede Industrialist Besar.
Begitulah kedudukan dari Suku Bangsa Batak di dalam Republik Indonesia, di abad ke –XX. Bukannya cuma sangat penting di dalam hal procentage, akan tetapi juga sangat terhormat !!

Penghargaan.
Patut maha tinggi dihargai jasa-jasa dari dua orang Batak, yang berjasa besar : Melepaskan Suku Bangsa Batak lepas dari kegelapan jahiliyah, lepas dari cannibalism, lepas dari kungkungan splendid isolation selama 100 generations. Berdua mereka itu adalah sebagai berikut :
1. Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao, Pembawa Agama Islam ke Tanah Batak. Pada tahun 1816 melepaskan penduduk Tanah Batak Selatan lepas dari kegelapan jahiliyah. Tuanku Rao : Maha Putra Batak yang terbesar selama sepanjang zaman.
2. Radja Pontas Lumbantobing, Protector Agama Kristen di Tanah Batak Utara, di waktu disitu Pendeta Nommensen masih setiap hari menghadapi bahaya maut karena pengracunan ataupun pembunuhan. Karena Radja Pontas Lumbantobing, maka : Orang-orang Silindung, Humbang, dan Toba, berlomba-lomba menjadi good Christians. Artinya : Berlomba-lomba menjadi Sintua, supaya anak-anaknya boleh masuk Sekolah Zending. Karena Radja Pontas Lumbantobing, maka orang-orang Silindung, Humbang, dan Toba, di dalam jangka waktu hanya three generations after paganism, sudah berlimpah-limpah menghasilkan Academici : Sarjana Hukum, Doctorandus, dan Insinyur. Radja Pontas Lumbantobing El Benefactor Tanah Batak Utara.
Secara jujur harus diakui bahwa : Karena Tuanku Rao serta Radja Pontas Lumbantobing, maka : Suku Bangsa Batak tidak sampai terpaksa memasuki abad ke-XX dan memasuki Republik Indonesia, di dalam keadaan bachward and underveloped keadaan zaman batu, sebagaimana memang ada yang demikian Suku Bangsa di Indonesia. Lepas dari perasaan sempit perdaerahan, mesti diakui bahwa : Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao yang adalah 100% orang Toba, benar berjasa maha besar untuk orang-orang Mandailing, Angkola dan Sipirok. Mutates mutandis : Radja Pontas Lumbantobing yang adalah 100% orang Silindung, benar berjasa naha besar untuk orang-orang Toba dan untuk orang-orang Humbang juga.
Very tragic harus pula diakui bahwa : Penghargaan dan penghormatan untuk Tuanku Rao dan Radja Pontas Lumbantobing, sama sekali tidak ada !! Bagaimana mungkin ?? Tegasnya : Tidak satu pun nama jalan, nama Universitas, nama asrama mahasiswa, lebih parah lagi : tidak pun ada malam peringatan !!
Patut diadakan malam peringatan untuk menghargai jasa-jasa dari Tuanku Rao. Menjadi “Malam Peringatan Pahlawan Batak Tuanku Rao”. Tanggal yang paling tepat untuk peringatan itu adalah : tanggal 15 malam 16 Ramadhan sekali setahun. Di tengah-tengah Bulan Puasa, bulan bahagia. Dibawah sinar bulan purnama !! Karena : Pada tanggal itulah di tahun 1231 H ( 1816 M), Tuanku Rao mengadakan upacara Agama Islam yang pertama di Tanah Batak, yakni : Sembahyang Attarawich di atas bukit Dolok Pamelean di Sipirok. Diperingati oleh ribuan orang-orang Batak, dengan Malam Gembira. Dapat dimulai dengan sembahyang Attarawich, disambung dengan tortor modern. Muda, tua ditutup dengan makan saur.
Patut diadakan malam peringatan untuk menghargai jasa-jasa dari Radja Pontas Lumbantobing. Menjadi “Malam peringatan El Benefactor Tanah Batak Utara”. Untuk tanggal dari malam peringatan itu janganlah diambil hari wafat dari Radja Pontas Lumbantobing. Karena : Untuk orang Batak, hari wafat adalah “ari siluluton” (mourning day) yang tidak boleh digembirakan !! Tanggal yang paling tepat untuk peringatan itu, adalah : Tanggal 27 Agustust sekali setahun. Karena : Pada tanggal itulah di tahun 1865,Radja Pontas Lumbantobing dibaptiskan oleh Pendeta Nommensen masuk Kristen. Orang Tanah Batak Utara yang pertama masuk Kristen. Patut diperingati oleh ribuan orang-orang Batak, pantas dengan malam gembira !! Dapat dimulai dengan Partangiangan (prayers silih berganti), seperti sudah lazim diadakan oleh orang-orang Batak yang Kristen setiap tahun di Bulan Januari digedung Balai Prajurit di Djakarta. Disambung dengan Malam Gembira, seperti sudah sering success besar di Bali Room Hotel Indonesia Djakarta.
Kedua-duanya malam gembira itu, diadakanlah kiranya dan dikunjungi kiranya sama banyaknya pada setiap perayaan, oleh orang-orang Batak yang Islam dan orang-orang Batak yang Kristen. Saling harga menghargai, saling hormat menghormati. Agar supaya kembali bersatu Suku Bangsa Batak, yang sejak Zaman Bondjol tegasnya sejak tahun 1820, sudah terpecah dua karena perbedaan Agama. Insya Allah.

Penutup.
Semoga, Maliki Jaumidin Arrachman Irrachim di Hadirat Illahi, sudilah menghargai amal ibadah dari Tuanku Rao dan dari Radja Pontas Lumbantobing. Amin amin. Ja Rabbi Ul Alamin.


Xxxxx
Posted by Amir Husin Daulay at 9:11 0 comments
Lampiran 30
Renaissance Suku Bangsa Batak


1816 – 1833.
‘”Zaman Bondjol” di Tanah Batak Selatan, yakni : Pendudukan selama 17 tahun oleh Tentara Padri serta oleh War Lord Army Tuanku Lelo.

1818 – 1820.
“Tingki Ni Pidari” di Tanah Batak Utara, yakni : Pendudukan selama 2 tahun oleh Tentara Padri

Balance.
Untuk penduduk Tanah Batak Selatan dan untuk penduduk Tanah Batak Utara, pendudukan Tentara Padri merupakan malapetaka yang terbesar sepanjang zaman. Apakah untung ruginya pendudukan Tentara Padri, untuk Suku Bangsa Batak yang didapatinya masih pagan ??

I. Untuk penduduk Tanah Batak Selatan, Tentara Padri berjasa besar menghapuskan kegelapan jahiliyah, dan menanamkan Agama Islam, Mazhab Hambali. Sehingga setangah abad kemudian, penduduk Tanah Batak Selatan mudah dapat retooled kedalam Agama Islam, Mazhab Sjafi’i. Agama Islam, Mazhab Hambali (Ugamo Silom Bondjol), hanya itulah bentuk dari Agama Islam yang sanggup mendobrak paganism pada Suku Batak in splendid isolation.

II. Untuk penduduk Tanah Batak Utara, Tentara Padri berjasa memungkinkan perkembangan dari Agama Kristen Protestan Lutheran. Kedengaran seperti contradictio-in-terminis, akan tetapi dududknya very simple, sebagai berikut :
1. Tentara Padri memancung Singamangaradja X. penduduk Silindung mengerti bahwa : Singamangaradja Dynasty bukannya unvulnerable, bukannya infallible. Goncang kepercayaan akan Alemu (magic powers) pada Radja-radja Singamangaradja, selaku Halinu Ni Debata Muladjadi Nabolon, selaku Batak Pagan Priest Kings.
2. Radja-radja Singamangaradja Dynasty serta Radja-radja Sorimangaradja Dynasty sudah selama 100 generations, selama 3.000 tahun, merupakan “Halinu Ni Debata Muladjadi Nabolon” (Gods Shadow On Earth). Merupakan penghalang yang terbesar di dalam perkembangan segala Agama Monotheist di Tanah Batak Utara, termasuk Agama Islam yang sejak tahun 1500 sudah ada di Barus, Teluk Siboga, dan sekitar muara Sungai Asahan.
3. Karena runtuh Singamangaradja Dynasty, maka : Paganism pun turut runtuh di Tanah Batak Utara, mulai di Silindung.
4. Diatas reruntuhan dari Paganism, sejak tahun 1863 di Tanah Batak Utara dapat berkembang Agama Kristen QED.

Di dalam military parlance dapat dikatakan :
A. Tentara Padri di Tanah Batak Utara merupakan Artillery, to soften-up Paganism.
B. Agama Kristen di Tanah Batak Utara merupakan Infantry, menyusul, menduduki, dan memperbaharui Law and Order.
C. Catatan : Orang-orang yang segera mengenai strategy tersebut itu adalah : Sir Thomas Stamford Reffless dan Kolonel Elout. Itulah sebabnya maka : Selekas mungkin penduduk Toba dan Silindung segera setelah tanpa di-Islamkan ditinggalkan oleh Tentara Padri, hendak di-Kristenkan oleh Sir Thomas Stamford Reffless dengan menggunakan Pendeta Burton dan Pendeta Ward. Mutares mutandis demikian pula oleh Kolonel Elout, dengan menggunakan Pendeta Lyman dan Pendeta Munson.

Selection.
Tidak kurang jasa dari pendudukan Tentara Padri untuk penduduk Tanak Batak Utara Selatan, di dalam bidang selection. Karena mati di pancung dan karena epidemics, penduduk Tanah Batak di waktu pendudukan Tentara Padri berkurang separuh berkurang 800.000 jiwa. Artinya : Orang-orang Batak yang ada sekarang ini, adalah para keturunan dari the fittest, para keturunan dari mereka yang sanggup mengatasi segala malapetaka di waktu pendudukan Tentara Padri.

Bandingkan : Selection 50% atas orang-orang Djawa, hanyalah berupa prophesy dari King Djojo Bojo, akan tetapi : Belum pernah benar dijalani. Seandainya masih mesti dijalani, maka berarti bahwa harus + 40.000.000 orang Djawa yang mesti mati serentak. Berat juga !!
Di seluruh Indonesia. Suku Bangsa Batak adalah satu-satunya Suku Bangsa yang pernah menjalani selection 50%.

Karena nenek moyangnya 5 @ 7 generation yang lau, begitu berat selected-out maka : Di dalam abad ke-XX dan di dalam Republik Indonesia. Orang-orang Batak sanggup mengambil tempat yang jauh tidak seimbang dengan sensus. Artinya : Orang Batak yang tidak pun cukup 2% dari total orang-orang Indonesia, sanggup nmenghasilkan sampai puluhan persent dari Doctorandus, Sarjana Hukum, Insinyur, Notaris, Accountans. Mendadak ketinggalan kawannya selaku Proto Malayans yang juga berkurung in splendid isolation selama 3.000 tahun, yakni : Suku Bangsa Toradja.

Karena selamat mendapat selection tersebut itum Suku Bangsa Batak malahan sanggup berlomba dan meninggalkan Suku Bangsa lan di Indonesia, yang ratusan tahun lebih dahulu mengenal civilizations Agama Hindu, Islam, dan Kristen. Yang ratusan tahun pula lebih dahulu mengalami penjajahan asing oleh pihak Belanda. Itulah sebabnya maka di dalam Republik Indonesia. Orang-orang Batak yang baru saja lepas dari paganism, lepas dari cannibalism, berani tanding dengan orang-orang Minangkabau, orang-orang Djawa, siapa saja heran bin ajaib yang hanyalah dapat dimengerti, jika diperhitungkan selection maha berat yang dijalani oleh Suku Bangsa Batak di waktu pendudukan Tentara Padri.

Orang-orang Batak di dalam Nation Building Indonesia.
Sebelum PD II, masih di zaman Kolonial Belanda. Suku Bangsa Bataj yang baru saja melek dan dikira masih cannibal, sudah sanggup turut menyumbangkan outstanding Indonesians. Menyumbangkan Pioneers yang patut memorized. Antara lain sebagai berikut :
1. Seorang bintang wartawan nasional : Parada Harahap.
2. Seorang Pendiri “Antara” : Sipahutar.
3. Seorang non cooperator : Bung Amir.
4. Sangat banyak Digulists seperti : Banteng Gemuk, Urbanus Pardede, Jahja Malik dll, dll.
5. Seorang independent ahli sejarah : Sutan Martua Radja.
6. Seorang industrialist : Baginda Pipin.
7. Seorang importer exporter : Hadji Muhammad Yassin Tambunan.
Sanggup meladeni new emerging Republik Indonesia, Suku Bangsa Batak sangup menyumbangkan tenaga-tenaga sebagai berikut :
1. Seorang seniman perang : Cornel Simandjuntak.
2. Seorang gentlemen parliamentarian : Mangara Tambunan.
3. Seorang KSAP : Kolonel Sim.
4. Seorang KSAD : Kolonel Nas.
5. Seorang ahli bom tarik : Scram !!

Pada waktu concept dari buku ini di tutup (tahun 1964), ada tiga orang menteri yang berketurunan Batak lebih penting lagi : Ada pula seorang majikan yang memberikan mata pencaharian kepada puluhan ribu orang, yakni : RTD Pardede Industrialist Besar.
Begitulah kedudukan dari Suku Bangsa Batak di dalam Republik Indonesia, di abad ke –XX. Bukannya cuma sangat penting di dalam hal procentage, akan tetapi juga sangat terhormat !!

Penghargaan
Patut maha tinggi dihargai jasa-jasa dari dua orang Batak, yang berjasa besar : Melepaskan Suku Bangsa Batak lepas dari kegelapan jahiliyah, lepas dari cannibalism, lepas dari kungkungan splendid isolation selama 100 generations. Berdua mereka itu adalah sebagai berikut :
1. Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao, Pembawa Agama Islam ke Tanah Batak. Pada tahun 1816 melepaskan penduduk Tanah Batak Selatan lepas dari kegelapan jahiliyah. Tuanku Rao : Maha Putra Batak yang terbesar selama sepanjang zaman.
2. Radja Pontas Lumbantobing, Protector Agama Kristen di Tanah Batak Utara, di waktu disitu Pendeta Nommensen masih setiap hari menghadapi bahaya maut karena pengracunan ataupun pembunuhan. Karena Radja Pontas Lumbantobing, maka : Orang-orang Silindung, Humbang, dan Toba, berlomba-lomba menjadi good Christians. Artinya : Berlomba-lomba menjadi Sintua, supaya anak-anaknya boleh masuk Sekolah Zending. Karena Radja Pontas Lumbantobing, maka orang-orang Silindung, Humbang, dan Toba, di dalam jangka waktu hanya three generations after paganism, sudah berlimpah-limpah menghasilkan Academici : Sarjana Hukum, Doctorandus, dan Insinyur. Radja Pontas Lumbantobing El Benefactor Tanah Batak Utara.

Secara jujur harus diakui bahwa :
Karena Tuanku Rao serta Radja Pontas Lumbantobing, maka : Suku Bangsa Batak tidak sampai terpaksa memasuki abad ke-XX dan memasuki Republik Indonesia, di dalam keadaan backward and underveloped keadaan zaman batu, sebagaimana memang ada yang demikian Suku Bangsa di Indonesia.
Lepas dari perasaan sempit perdaerahan, mesti diakui bahwa : Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao yang adalah 100% orang Toba, benar berjasa maha besar untuk orang-orang Mandailing, Angkola dan Sipirok.
Mutates mutandis : Radja Pontas Lumbantobing yang adalah 100% orang Silindung, benar berjasa naha besar untuk orang-orang Toba dan untuk orang-orang Humbang juga.
Very tragic harus pula diakui bahwa :
Penghargaan dan penghormatan untuk Tuanku Rao dan Radja Pontas Lumbantobing, sama sekali tidak ada !! Bagaimana mungkin ??
Tegasnya : Tidak satu pun nama jalan, nama Universitas, nama asrama mahasiswa, lebih parah lagi : tidak pun ada malam peringatan !!
Patut diadakan malam peringatan untuk menghargai jasa-jasa dari Tuanku Rao. Menjadi “Malam Peringatan Pahlawan Batak Tuanku Rao”. Tanggal yang paling tepat untuk peringatan itu adalah : tanggal 15 malam 16 Ramadhan sekali setahun. Di tengah-tengah Bulan Puasa, bulan bahagia. Dibawah sinar bulan purnama !!
Karena : Pada tanggal itulah di tahun 1231 H ( 1816 M), Tuanku Rao mengadakan upacara Agama Islam yang pertama di Tanah Batak, yakni : Sembahyang Attarawich di atas bukit Dolok Pamelean di Sipirok. Diperingati oleh ribuan orang-orang Batak, dengan Malam Gembira. Dapat dimulai dengan sembahyang Attarawich, disambung dengan tortor modern. Muda, tua ditutup dengan makan saur.

Patut diadakan malam peringatan untuk menghargai jasa-jasa dari Radja Pontas Lumbantobing. Menjadi “Malam peringatan El Benefactor Tanah Batak Utara”. Untuk tanggal dari malam peringatan itu janganlah diambil hari wafat dari Radja Pontas Lumbantobing.
Karena : Untuk orang Batak, hari wafat adalah “ari siluluton” (morning day) yang tidak boleh digembirakan !!
Tanggal yang paling tepat untuk peringatan itu, adalah : Tanggal 27 Agustus sekali setahun. Karena : Pada tanggal itulah di tahun 1865, Radja Pontas Lumbantobing dibaptiskan oleh Pendeta Nommensen masuk Kristen. Orang Tanah Batak Utara yang pertama masuk Kristen. Patut diperingati oleh ribuan orang-orang Batak, pantas dengan malam gembira !! Dapat dimulai dengan Partangiangan (prayers silih berganti), seperti sudah lazim diadakan oleh orang-orang Batak yang Kristen setiap tahun di Bulan Januari digedung Balai Prajurit di Djakarta. Disambung dengan Malam Gembira, seperti sudah sering success besar di Bali Room Hotel Indonesia Djakarta.

Kedua-duanya malam gembira itu, diadakanlah kiranya dan dikunjungi kiranya sama banyaknya pada setiap perayaan, oleh orang-orang Batak yang Islam dan orang-orang Batak yang Kristen. Saling harga menghargai, saling hormat menghormati. Agar supaya kembali bersatu Suku Bangsa Batak, yang sejak Zaman Bondjol tegasnya sejak tahun 1820, sudah terpecah dua karena perbedaan Agama. Insya Allah.

Tidak ada komentar: